Hankam

Penaataan Ruang di Indonesia Dinilai Penting Untuk Dukung Penurunan Temperatur Global

Guru Besar Untan (Universitas Tanjung Pura Pontianak) Prof. Dr. Ir. Gusti Anshari (Foto Dok. Nusantaranews.co/Adhon)
Guru Besar Untan (Universitas Tanjung Pura Pontianak) Prof. Dr. Ir. Gusti Anshari (Foto Dok. Nusantaranews.co/Adhon)

NUSANTARANEWS.CO, JakartaIntergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) baru saja mengeluarkan publikasi spatial report untuk target penurunan temperatur global tidak lebih dari 1.5°C dalam seratus tahun terakhir. Sementara target penurunan global sebelumnya berada di level 2°C. Menanggapi perubahan itu Guru Besar Untan (Universitas Tanjung Pura Pontianak) Prof. Dr. Ir. Gusti Anshari, MES menilai ada banyak yang perlu disiapkan. Diantaranya adalah melakukan spatial planning atau penataan ruang.

“Yang kemarin itu kan dua (2) derajat targetnya. Sekarang targetnya lebih kecil ya? Perlu banyak perubahan sekali oleh kita,” ungkap dia kepada kantor berita online Nusantaranews.co saat ditemui usai jumpa pers, di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (10/10/2018).

Sebagai bentuk dukungan pihaknya untuk terlibat dalam menjaga kelangsungan iklim dunia, Gusti Anshari menyoroti beberapa hal yang menjadi sumber emisi di Indonesia. Khususnya di sektor perhutanan.

“Di Indonesia, kita tahu bahwa sumber emisi terbesar (berasal) dari penggunaan lahan, sektor kehutanan,” ungkapnya.

Baca Juga:  Hut Ke 78, TNI AU Gelar Baksos dan Donor Darah

Baca Juga: Ahli Perubahan Iklim Mendesak Penguatan Kemitraan Global untuk Membatasi Pemanasan Global Kurang dari 1.5°C 

“Jadi kita bahas, perlu juga seleksi kehutanan ditangani dengan baik. Sekarang sudah ada moratorium, sudah banyak kebijakan untuk mengurangi emisi itu, walaupun masih sangat sulit,” terangnya.

Disebut sulit, kata dia, karena di daerah daerah, penduduk masih tumbuh dan membutuhkan lahan. Begitupun juga adanya ekspansi perkebunan kelapa sawit misalnya oleh masyarakat.

“Itu rasional juga sih, karena mereka juga pengen mendapatkan kekayaan. Tapi ini perlu diatur. Jangan sampai terlalu ekspansi terus,” ujarnya.

Ia menjelaskan salah satu model pengaturan yang ideal, sejauh ini kata dia adalah melakukan spatial planning atau penataan ruang. “Nah kalau ini idealnya sih, sebetulnya spacial planning yah, tata ruang, itu yang paling ideal. Tapi kenyataan kan tidak sampai, belum ada seluruh kan?” kata Gusti Anshari.

Tropical Peat Soil Expert ini menyarankan kepada pemerintah melakukan inspeksi. Tujuannya agar masyarakat tidak hanya berekspansi pada sektor kebun, melainkan juga melihat potensi lain untuk dijadikan sebagai sumber mata pencaharian yang selama ini banyak ditingalkan.

Baca Juga:  Satgas Catur BAIS TNI dan Tim Gabungan Sukses Gagalkan Pemyelundupan Ribuan Kaleng Miras Dari Malaysia

“Misalnya perikanan, peternakan, hortikultura, kemudian sumber sumber lahan pangan juga jangan ditinggalkan,” kata dia.

Dirinya menjelaskan dengan adanya spatial planning (tata ruang) yang baik, maka akan memudahkan dalam melakukan pengelolaan lingkungan guna mengurangi emisi.

Misalnya, “Oh ini untuk produksi tanaman pangan sekian hektar. Kebun sekian hektar. Sesuai dengan rasio di kampung lah ya? Lain buat perusahaan perusahaan besar yang sudah dikasih izin pemerintah di lahan negara. Jadi, mungkin ini juga perlu diatur sebaik baiknya, sehingga tidak ada timbul kecemburuan sosial,” kata dia.

Editor: Romadhon

Related Posts

1 of 3,049