Budaya / SeniEsai

Pemuda, Dakwah dan Politik

Sumpah Pemuda/Ilustrasi: mojok.co
Pemuda/Ilustrasi: mojok

(Sebuah Refleksi)

NUSANTARANEWS.CO – Dengan melihat adanya fenomena pemuda jaman sekarang yang sangat sulit ditemukan keberadaanya sebagai aktivis dakwah, saya menjadi tergugah untuk mengajak pembaca khususnya pemuda untuk turut andil dalam kegiatan dakwah. Memang kegiatan dakwah sekarang masih dinilai monoton dan klasik seperti masih menggunakan metode ceramah yang membosankan, kultum dan lain-lain.

Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab kurangnya peran pemuda dalam berdakwah dan mengikuti kegiatan dakwah, karena pada usia pemuda sekitar usia SMA-tingkat perkuliahan (sekitar umur 17-23 tahun) adalah masa pencarian dan perjuangan maksimal dalam hidupnya dengan ditandai keingintahuan yang tinggi, tingkat kreativitas meningkat dan daya kritis-pun berkembang. Tetapi banyak yang tidak memanfaatkan masa ke-emasan kedua ini setelah masa keemasan pertama (usia kanak-kanak) dengan tidak melakukan hal hal positif.

Perkembangan teknologi yang sangat pesat memunculkan dampak pemikiran pemikiran modern yang kebanyakan melanggar norma-norma sosial di dalam masyarakat. Hal ini yang dapat memicu terjadinya masalah sosial pada remaja (read: pemuda) di kalangan keluarga, lingkungan pendidikan maupun masyarakat. Sudah banyak contoh yang terjadi dalam masayarakat  seperti masalah sosial yang ditunjukkan dalam bentuk perbuatan kriminal, asusila, dan pergaulan bebas; masalah budaya dalam bentuk kehilangan identitas diri, terpengaruh budaya barat; dan masalah degradasi moral yang diwujudkan dalam bentuk kurang menghormati orang lain, tidak jujur sampai ke usaha menyakiti diri seperti mengkonsumsi narkoba, mabuk – mabukan dan bunuh diri (Puspitawati, 2009, 2010).

Hal ini juga dipertegas dengan data yang saya ambil dari Badan Pusat statistik (BPS) bahwa terdapat kenaikan angka kriminilitas setiap tahun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2015.Tercatat pada tahun 2013 angka kenakalan remaja di Indonesia mencapai 6325 kasus, sedangkan pada tahun 2014 mencapai 7007 kasus dan pada tahun 2015 mencapai 7762 kasus. Artinya dari tahun 2013 – 2014 mengalami kenaikan sebesar 10,7%, kasus tersebut terdiri dari berbagai kasus kenakalan remaja diataranya, pencurian, pembunuhan, pergaulan bebas dan narkoba. Penelitian (Gillen, 2003; Uyun & Hadi, 2005; Sert, 2003; Marini & Andriani, 2005; Sikone, 2007; Puspitawati, 2009) menunjukkan bahwa para remaja terjerumus dalam hal negatif seperti tawuran, narkoba, seks bebas, salah satunya disebabkan oleh kepribadian yang lemah yaitu ketidakmampuan para remaja untuk bersikap asertif.

Baca Juga:  Malam Penentuan

Perilaku asertif ini dapat dilatih dengan kita melakukan pendekatan dengan keluarga, teman sebaya dan  forum-forum positif yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah daripada yang mungkar. Salah satunya mengikuti kegiatan dakwah yang dikemas melaui pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan asas dakwah seperti asas psikologis, asas social, asas kemampuan da’i dan sebagainya.

Kembali kepada definisi dakwah itu sendiri sebenarnya tidak terpatok pada ceramah atau kultum, Ceramah atau kultum hanya salah satu metode yang digunakan dalam berddakwah.

Salah satu tokoh agama, H.M. Arifin memberikan definisi bahwa “Dakwah adalah sesuatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mampengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara kelompok, agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan”.

Dengan melihat definisi di atas, maka dakwah dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menarik pemuda untuk bergabung dalam suatu kegiatan dakwah. Salah satunya dengan memberikan pemahaman tentang politik yang sesungguhnya. Islam memandang politik adalah sebagai suatu tindakan memimpin dan dipimpin.

Baca Juga:  Gelar Deklarasi, Pemuda Pancasila Sumut Dukung Pemilu Damai 2024

Sejarah menegaskan bahwa islam sangat menjunjung tinggi politik, kata politik berawal dari kata Yasusu kemudian kata as-siyasah dalam hadist sahih dari Iman Bukhari dari Abu Huraira r.a yang artinya “(Zaman dahulu) bani Israil itu dipimpin oleh para Nabi”. Hadis ini menunjukkan bahwa politik atau as-siyasa dalam Islam berarti masyarakat harus memiliki seseorang yang mengelola dan memimpin mereka ke jalan yang benar, dan membela yang teraniaya dari para pelanggar hukum sesuai dengan penjelasan Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathu Al-Bari.

Bukti yang lain tentang kolaborasi dakwah dan politik tertulis dalam sejarah pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, para da’i atau para pejuang Islam memberikan motivasi, pengajaran, latihan dan kegiatan lainnya untuk melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diraihnya. Kegiatan-kegiatan dakwah sebagai basis pembelajaran yang bersifat kultural telah dimainkan oleh para da’i. Materi-materi dakwah, khususnya khutbah, didesain sedemikian rupa sehingga semangat perjuangan dan membela yang benar menjadi tema sentral yang ada pada masyarakat (Basit: 2006).

Memang pada era sekarang, menjadi tugas besar kita agar isu-isu politik kotor menjadi suci kembali, pastinya dengan langkah-langkah yang tidak mudah. Apalagi semboyan “politik itu kotor” sudah membekas pada jiwa  para pemuda jaman sekarang. Banyak pemuda yang bersikap apatis dengan politik, karena politik dalam praktiknya menimbulkan hal negatif sehingga mengotori esensi politik itu sendiri. Seperti politik hanya kekuasaan membabi buta hak hak rakyat, politik hanya permainan uang, dan sebagainya.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Dari pendapat beberapa tokoh, politik merupakan alat yang cukup ampuh untuk merubah zaman. Dengan adanya politik, penentuan-penentuan kebijakan yang berkaitan dengan persoalan ummat manusia dapat terwujud sebaik mungkin (Yusuf Al-Qardhawi : 1994).

Dakwah memberikan jalan keluar dalam setiap persoalan, salah satunya politik. Oleh karena itu, “mensucikan politik”, dapat dilakukan alternative menggerakkan para pemuda sebagai aktivis dakwah. Pemuda adalah pemegang estafet kepemimpinan di masa depan. Regulasi tentang segala bidang kehidupan baik dalam bidang ekonomi, social, budaya, keamanan, pertahanan dan kesehatan; yang tersirat maupun tersurat; akan menjadi bagian hidupnya mendatang sebagai penentu kebijakan. Sehingga jika pemuda tidak dibekali dengan mental yang baik maka akan hancurlah suatu negara bahkan dunia.

Dengan pemuda menjadi aktivis dakwah, mereka akan menerima bimbingan dan pondasi yang kuat dengan nilai-nilai agama, akhlaknya terbentuk dengan baik dan mampu menjadi pemimpin di masa depan. Aktivis dakwah adalah The Best Agent of Change. Pemuda mempunyai peran penting disini. Pemuda adalah  agen perubahan menuju kemajuan yang berkeadaban, pernyataan ini juga dipertegas oleh pendapat Hasan Al Banna, “…. sejak dulu hingga sekarang, pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji panjinya.”

Penulis: Rosy Panggih Mulyani. Dilahirkan di Purbalingga pada tanggal 06 November 1997. Seorang mahasiswi IAIN Purwokerto jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah. Penulis aktif di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban IAIN Purwokerto.

Related Posts

1 of 3,143