NUSANTARANEWS.CO – Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei mengecam rencana perdamaian Timur Tengah yang disponsori oleh Amerika Serikat (AS) sebagai “pengkhianatan besar terhadap dunia Islam” dan menyebut bahwa konflik Israel-Palestina sebagai agenda nomor satu dunia Islam.
Kecaman Ayatullah Khamenei terkait rencana Konferensi Perdamaian Timur Tengah tersebut disampaikan saat khutbah Idul Fitri di Masjid Agung Imam Khomeini pada hari Rabu (5/6) di, Teheran. Ayatullah juga mengecam Arab Saudi dan Bahrain karena kesediaan mereka membahas rencana yang disiapkan oleh menantu Presiden Trump Jared Kushner.
Konferensi Perdamaian Timur Tengah yang disebut sebagai “Kesepakatan Abad ini” di Bahrain yang dijadwalkan pada 24-25 Juni – bukanlah kesepakatan “damai untuk kemakmuran” – tapi lebih merupakan rencana “Jahat Amerika” untuk rakyat Palestina, ungkap Khamenei.
Rencana perdamaian rahasia untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina selama puluhan tahun tersebut, pertama kali diumumkan oleh Presiden Trump pada dua setengah tahun yang lalu.
“Sepanjang hidup saya, saya telah mendengar bahwa itu adalah kesepakatan terberat, tetapi saya merasa Jared akan melakukan pekerjaan dengan baik,” kata presiden terpilih saat itu.
Rencana itu memicu kekhawatiran di antara negara-negara Muslim dan di dalam Gedung Putih bahwa itu mungkin memicu gelombang kekerasan baru di wilayah tersebut,terutama karena solusi dua negara tampaknya telah ditinggalkan. Apalagi rencana perdamaian yang ditangani oleh menantu Presiden Trump tersebut telah ditolak oleh Palestina, dan menyebut kebijakan Gedung Putih itu terang-terangan telah mendukung Israel.
Sekutu AS, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) menyatakan akan menghadiri konferensi Bahrain pada 25-26 Juni. Meski begitu, Arab Saudi dan UEA telah meyakinkan Palestina bahwa mereka tidak akan mendukung rencana perdamaian AS.
Badan keuangan global, IMF, dan Bank Dunia, juga telah mengkonfirmasi bahwa mereka berencana untuk hadir.
Para kritikus mengatakan acara Bahrain merupakan langkah awal AS untuk membuang solusi “dua negara” – formula internasional lama untuk negara Palestina merdeka bersama Israel di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Gaza. Cetak biru negara kembar Isreal dan Palestina telah menjadi solusi dasar selama abad ke 20. Cetak biru itu juga telah menjadi pedoman pemberian pinjaman dan dukungan teknis dalam beberapa dekade dari lembaga keuangan global kepada Palestina.
Dalam sebuah rilis di situs resminya pada Rabu malam, Khamenei juga menegaskan bahwa Iran melihat referendum sebagai solusi untuk konflik Palestina-Israel. Iran mengusulkan diadakan pemungutan suara dengan partisipasi “warga Muslim, Kristen dan Yahudi di Palestina serta para pengungsi Palestina” pada suatu sistem pemerintahan.
Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Hotovely mengatakan dalam sebuah wawancara radio pada akhir pekan bahwa “Israel” akan menghadiri Konferensi Bahrain. (Banyu)