NUSANTARANEWS.CO – Pidato Presiden Cina, Xi Jinping di Davos, Swiss beberapa waktu lalu saat hadiri Forum Ekonomi Dunia (world economic forum) dinilai hanya pencitraan semata. Mengkampanyekan tatanan dunia baru dan globalisasi inklusif, Xi dinilai media HeatStreet tidak mencerminkan permasalahan-permasalahan yang terjadi internal Cina sendiri.
Menurut media ini, Xi berbicara di depan para audiens di Davos yang terdiri dari sejumlah pemimpin negara, bankir, politisi dan pengusaha tentang pembelaannya terhadap globalisasi. Pidato tersebut dinilai hanya bermaksud untuk menggalang dukungan global guna menyikapi Presiden AS Donald Trump yang kurang tertarik dengan ide globalisasi inklusif yang digagas Cina.
Seperti diketahui, globalisasi inklusif yang ditawarkan Cina di forum Davos merupakan gagasan negara Tirai Bambu untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang tengah menimpa dunia, terutama soal kondisi perekonomian global yang terus mengalami pelemahan sejak 2008 silam hingga kini.
Namun, Xi dinilai juga telah gagal menyampaikan banyak perspektif tentang masyarakat Cina sendiri. Sehingga, Xi dianggap telah bersikap ekslusif dan tidak tidak terbuka kepada para pemimpin dunia. Selain itu, partai komunis yang berkuasa di Cina dinilai sudah terkenal bersikap tanpa kompromi dan intoleransi terhadap perbedaan pendapat.
Laporan terbaru dari Amnesty Internasional, yang dikutip HeatStreet mengungkapkan bahwa penindasan di Cina sudah sedemikian parah. Penindasan terhadap kebebasan politik, agama dan intelektual marak. “Tren hak asasi manusia di bawah presiden Xi Jinping terus menuju ke arah negatif,” demikian laporan Human Rightc Watch yang dikutip HeatStreet.
Bahkan sebuah laporan dari GreatFire.org, mengatakan saat ini Cina memblokir Google, Tumblr, Facebook, Twitter, Instagram dan Youtube. Di Cina bahkan masyarakat tidak diizinkan untuk membaca berbagai pemberitaan yang disajikan New York Times, Reuters, dan Bloomberg. (Sego/Er)
