MancanegaraTerbaru

Pemerintah Myanmar Klaim Stabilitas di Rakhine Sudah Pulih

NUSANTARANEWS.CO – Myanmar mengklaim stabilitas di Rakhine State telah kembali pulih dan anak-anak etnis Rohingya sudah diperbolehkan untuk belajar karena sekolah-sekolah telah dibuka. Namun, ribuan Rohingya masih bertahan di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh.

Rakhine State telah terkoyak-koyak setelah kerususan pada akhir Agustus lalu ketika serangan militan Rohingya memicu tindakan keras pasukan keamanan besar-besaran dari pemerintahan Myanmar yang kemudian disebut PBB sebagai tindakan pembersihan etnis.

Namun, pemerintah Myanmar membantah mereka telah melakukan tindakan pembersihan etnis. Malah, pemerintah menyalahkan militan Rohingya atas meletusnya kekerasan dan krisis paling memilukan di Asia Tenggara ini.

Setengah dari sekitar satu juta populasi Muslim Rohingya di Rakhine telah melarikan diri ke Bangladesh sejak kerusuhan dan kekerasan itu dimulai. Akhirnya, tragedi kemanusiaan ini tercatat sebagai krisis pengungsi terbesar di dunia.

Kekerasan juga telah menyebabkan hampir 30 ribu etnis Rakhine yang beragama Buddha dan Hindu juga mengalami nasib serupa Rohingya.

Baca Juga:  Terkait Tindak Premanisme terhadap Wartawan Cilacap, Oknum Dinas PSDA Disinyalir Terlibat

Seorang pejabat pendidikan Myanmar seperti diberikatakan media-media pro pemerintah mengatakan bahwa skolah telah dibuka kembali di kota-kota Maungdaw dan Buthidaung, menurut sebuah laporan Global New Light of Myanmar seperti dilansir AFP, Minggu (1/10/2017).

“Sekolah di desa-desa mereka telah aman dan stabil. Tapi kita perlu memikirkan sekolah di desa-desa Bengali,” katanya.

Rohingya diketahui tidak diakui status etnisitasnya oleh pemerintah Myanmar. Malah, Rohingya dituduh sebagai etnis ilegal dan dijuluki “Orang Bengali” oleh negara.

Saat ini, AFP melaporkan akses ke Rakhine masih dikontrol ketat oleh pasukan pemerintahan Myanmar. Daerah yang paling parah dilanda kekerasan itu dilarang untuk dimasuki media-media internasional dan melarang lembaga bantuan untuk memasukinya. (ed)

(Editor: Eriec Dieda)

Related Posts

1 of 17