NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Mantan Bendahara Umum (Bendum) Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin membeberkan bagi-bagi ‘uang haram’ dari proyek Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik (e-KTP) TA 2011-2012 di persidangan e-KTP dengan terdakwa Irman dan Sugiharto.
Dalam kesaksiannya, Nazar menyebut bahwa ada komitmen yang nilainya mencapai Rp 500 miliar antara pengusaha proyek e-KTP yakni Andi Agustinus dengan Anas Urbaningrum. Komitmen tersebut untuk mengawal anggaran e-KTP di DPR.
Nazar menjelaskan, uang tahap awal yang diterima Anas dari Andi kemudian digunakan untuk Kongres Demokrat di Bandung. Anas saat itu maju menjadi Ketua Umum (Ketum) Demokrat melalui kongres.
“Singkatnya uang tersebut digunakan untuk persiapan pemenangan Ketua Umum (Anas Urbaningrum),” jelasnya di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Senin (3/4/2017).
Nazaruddin kemudian menjelaskan bagaimana alur uang tersebut. Kata Nazar uang tersebut diserahkannya kepada staff-nya di fraksi bernama Eva secara bertahap. Hal tersebut pun dibenarkan oleh Eva.
“Iya saya sempat terima uang dari bapak (Nazaruddin), tapi saya tidak tahu uang itu darimana. Jumlahnya saya tidak ingat, karena tidak langsung Rp 20 miliar diberikan, tetapi secara bertahap. Yang jelas uang tersebut jumlahnya puluhan miliar,” timpal Eva saat memberikan kesaksian.
Eva bilang, Ia disuruh oleh Nazaruddin untuk menyewa Kamar dan Ball Room di Hotel Sultan, yang terletak di kawasan Jakarta. Namun Ia tak menjelaskan secara rinci.
Ditempat yang sama Nazaruddin menjelaskan bahwa di hotel tersebut memang sengaja dipesannya untuk mengumpulkan seluruh kader demokrat guna membahas pemenangan Anas sebagai Ketum Dekokrat.
“Dibuka 700 kamar di Hotel Sultan, pas pulang, kita kasih 1 DPC Rp 15-20 juta. Ada 3-4 kali pertemuan. Uang dikumpul di satu kamar, uang tersebut dipegang bu Yulianis,” jelas Nazaruddin.
Reporter: Restu Fadilah
