Pemberitaan Tindak Bunuh Diri yang Keliru Mengakibatkan Peniruan

pemberitaan tindak pembunuhan/Foto Ilustrasi/sindo/nusantaranews

pemberitaan tindak pembunuhan/Foto Ilustrasi/sindo/nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pemberitaan mengenai tindak bunuh diri ternyata bisa berdampak signifikan terhadap masyarakat. Benny Prawira Siauw, aktivis Into the Light, komunitas pencegah bunuh diri di Indonesia mengatakan bahwa berita tindakan bunuh diri membutuhkan sudut pandang khusus agar tidak merugikan masyarakat.

“Intinya, pemberitaan (kejadian bunuh diri) harus yang berempati kepada korban,” ujar Benny melalui rilisnya yang diterima, Sabtu (25/3/2017).

Menurut dia, kesalahan menampilkan sudut pandang berita yang tidak berpihak pada korban terbukti meningkatkan risiko orang yang berkecenderungan bunuh diri untuk semakin berniat melakukan aksinya. “Orang yang memiliki kecenderungan bunuh diri semakin terdorong usai mengkonsumsi berita yang tidak empati dan cenderung melebih-lebihkan,” kata Benny.

Lebih dari 50 hasil riset di bidang suicidologi, sebuah ilmu yang mempelajari bunuh diri dan pencegahannya menyebut, berita bunuh diri yang tidak tepat meningkatkan kemungkinan individu melakukan tindakan nekat itu. Fenomena itu, dikenal dengan istilah ‘werther effect‘. Sebaliknya, pemberitaan tindak bunuh diri yang disajikan dengan penuh empati disertai rujukan konseling terbukti mencegah atau mengurungkan niat seseorang untuk bunuh diri.

Dalam beberapa pekan terakhir, Benny mencatat, ada dua kasus bunuh diri yang disorot media massa Indonesia. Komunitas Into the Light pun khawatir dengan dampak negatif pemberitaan itu. Benny mengatakan, World Health Organization (WHO) dan organisasi lain di dunia telah menerbitkan panduan peliputan bunuh diri bagi jurnalis di seluruh dunia.

Di sana terdapat prinsip apa yang harus ditonjolkan dan mana yang harus diredam dalam pelaporan tindak bunuh diri. “Pelaporan pemberitaan bunuh diri yang aman ini mengandung ‘papageno effect’ dan telah teruji aktif dapat mencegah bunuh diri akibat dari paparan media yang salah,” ungkap Benny.

Dalama kesempatan yang sama, Benny juga menyoroti konseling bagi orang dengan kecenderungan bunuh diri di Indonesia masih sangat terbatas. Data International Association of Suicide Prevention menunjukan bahwa terdapat 9.103 angka kematian di Indonesia yang diakibatkan oleh aksi bunuh diri pada 2016.

Angka ini diyakini meningkat hingga tahun 2017. Data lain menunjukan bahwa setiap satu orang bunuh diri, terdapat 25 orang yang juga menjadi berkecenderungan bunuh diri. Dengan demikian, terdapat setidaknya 227.625 orang di Indonesia yang berkecenderungan bunuh diri.

Sementara itu, 800.000 orang di seluruh dunia meninggal akibat bunuh diri. Artinya, setiap 40 detik, terdapat satu nyawa melayang akibat tindakan nekat bunuh diri. Oleh sebab itu, media massa diharapkan hati-hati serta teliti benar saat menayangkan berita tindak bunuh diri.

Reporter: Richard Andika

Exit mobile version