Politik

PDIP Terikat Dua Alasan untuk Tidak Mendukung Ahok

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya/Foto nusantaranews via kompas
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya/Foto nusantaranews via kompas

NUSANTARANEWS.CO – Jakarta hanya ilusi, kata seorang sastrawan tanah air. Sementara yang nyata adalah kekuasaan (politik) dan menumpuk kekayaan. Jakarta kini berada di zona genting dan pening. Api kekuasaan semakin berkobar dari tubuh-tubuh partai, penghuni partai, bahkan tokoh publik diangkat untuk menandingi Kandidat Gubernur petahana DKI Basuki Tjahaja Purnama.

Ibarat pribahasa, “lidah tak bertulang”. Begitu pula dengan politik, ia lentur, penuh kelokan, tanjakan, bahkan jurang jebakan. Kini Ahok sudah tegas menyatakan sikap untuk maju lewat partai politik. Ahok yakin sebab mendapat masukan sekaligus peringatan langsung dari Presiden Joko Widodo.

(Baca: Gagal Maju Independen, Ahok: Inilah Demokrasi yang Kita Harapkan)

Bersama dengan pernyataan itu, Ahok juga menyampaikan akan mengelaborasi antara Teman Ahok dengan beberapa partai pendukungnya yakni Nasdem, Hanura, dan Golkar. Dimana ketiga partai ini dinilai oleh cenderung tidak ingin menambah partai lagi di dalam koalisi. Namun, politik tetaplah sebagai seni kemungkinan yang penuh kejutan. Semua kemungkinan masih bisa terjadi, bahkan beberapa menit sebelum wakti pendaftaran calon dimulai.

Baca Juga:  Turun Gunung di Lumajang, Ribuan Emak PKS Berjibaku Menangkan Kbofifah-Emil di Pilgub

Terbukti dengan cukup agresif, Hanura langsung mengumumkan akan segera mendeklarasikan pencalonan Ahok dalam waktu dekat. (Lihat: Hanura Segera Deklarasikan Pencalonan Ahok).

Namun, tidak menutup kemungkinan, PDIP yang disinyalir akan mengangkat Tri Rismaharini sebagai calon Gubernur DKI, akan mendukung Ahok pada akhirnya. Dimana menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya ada dua alasan PDIP masih sangat mungkin untuk mendukung Ahok di Pilgub DKI.

“Pertama, sudah tidak ada lagi perbedaan mendasar yang selama ini menjadi penghalang hubungan PDIP dengan Ahok, terkait dengan pilihan Ahok untuk maju melalui jalur independen. Toh sekarang Ahok sudah menyatakan diri memilih jalur partai. Yang menjadi faktor penghalang adalah faktor komunikasi ketika ada beberapa sikap dan statement Ahok yang mungkin dirasakan menyinggung sebagian struktur di PDIP yg harus bisa diselesaikan,” papar Yunarto kepada awak media, Senin (8/8).

Adapun alasan yang kedua tak lain adalah faktor Presiden Jokowi yang baru-baru ini telah memberi sinyal positif pada Ahok. Di samping itu, Yunarto juga menilai, Jokowi tak akan membiarkan penerusnya berhadapan dengan PDIP.

Baca Juga:  Survei Sering Unggul, Khofifah-Emil Berpeluang Menang Besar di Pilgub Jawa Timur

“Kedua, faktor Jokowi, saya tidak bisa membayangkan seorang Jokowi berpangku tangan melihat penerus posisi politiknya harus berhadap-hadapan degan partainya sendiri, dan pertarungan ini apabila didiamkan akan berpengaruh negatif (siapapun yang menang) bagi kedua sosok tadi, dalam menatap kepentingan 2019 nanti,” ujar Yunarto. (Sul/Red-02)

Related Posts

1 of 77