Budaya / SeniHukumPolitik

PB PMII Sarankan Dai dan Ulama Bimbing Sukmawati

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sukmawati Soekarno Putri sudah melayangkan klarifikasi dan permintaan maaf terkait puisi karangannya yang membuat polemik dan gaduh publik negeri. Namun, puisi Ibu Indonesia milik Sukmawati masih terus menjadi bahan perbincangan.

Wakil Sekretaris Jendera Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bidang Keagamaan (Wasekjen PB PMII) Faikar Romdhon turut menyampaikan pendapatnya puisi Sukmawati yang pekan ini telah menyita perhatian orang banyak serta mendapat respon yang beragam di ruang publik.

Puisi berjudul Ibu Indonesia itu dinilai Faikar dapat mengancam keutuhan bangsa.

“Saya merasa, Sukmawati hanya ingin mengatakan bahwa kita berbangsa dan bernegara itu harus utuh dengan segala jenis keragamannya,” katanya, Jakarta, Kamis (5/4/2018).

Menurut Faikar, karena keterbatasan pengetahuannya tentang ajaran dan syariat Islam, seperti diakui ibu Sukmawati, maka pilihan bahasannya terdengar tidak tepat.

“Menggunakan kerudung cadar sebagai pembanding konde tentu bukan pilihan diksi yang baik, walaupun sama-sama terlahir dari produk kebudayaan, dan itulah fenomena nyata yang ada di bangsa kita,” ucap dia.

Baca Juga:  Punya Stok Cawagub, PDI Perjuangan Berpeluang Usung Khofifah di Pilgub Jawa Timur

Faikar menambahkan, Islam mengajarkan kepada umat muslim untuk melakukan proses tabayun (klarifikasi) dalam setiap persoalan, ini lebih baik dan bijak. Bukan memperkeruh persoalan.

Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Cabang PMII Jakarta Timur ini menambahkan landasan bertutur dan besikap patut merujuk pada empat prinsip dasar.

“Kita mempunyai prinsip yang diamanatkan para kiai untuk bersikap tasamuh (toleran), tawassuth (tengah-tengah), tawazun (berimbang) dan I’tidal (adil). Dengan begitu, ada landasan dalam bertutur dan bersikap dalam melihat persoalan,” katanya.

“Jika memang puisi Ibu Sukmawati dianggap keliru, saya berharap para tokoh agama maupun tokoh masyarakat melakukan pembinaan dan pembekalan pemahaman sebagaimana yang dilakukan para Da’i dan Ulama terdahulu. Bukan memperkeruh pertikaian,” pungkasnya.

Pewarta: Robiatul Adawiyah

Related Posts

1 of 797