NUSANTARANEWS.CO – Pasokan drone Turki dan UEA menambah sengit perang saudara di Libya. Pasukan Field Marshal Khalifa Haftar berhasil menahan gempuran yang dilancarkan oleh pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) di selatan kota Tripoli. Juru bicara Brigade Infanteri ke-73 (LNA), Mundhir Kartoush mengatakan bahwa pasukan GNA dengan dukungan pesawat tanpa awak Turki menyerang di pagi hari pada 11 September, namun berhasil dilawan oleh pasukan LNA di sekitar Al Urban.
Menurut juru bicara LNA, sampai hari ini LNA masih menguasai wilayah Ghout Al Reeh dan Al Urban. “Semua posisi masih di bawah kendali kami,” kata Kartoush.
Pernyataan itu sekaligus membantah pernyataan GNA yang mengatakan bahwa sejak 9 September pasukan mereka telah bergerak maju di selatan Tripoli dan membuat kerugian besar terhadap pasukan Haftar.
Seperti diketahui, sejak pasukan Haftar melancarkan serangan besar-besaran untuk merebut Tripoli pada bulan April lalu, pertempuran semakin sengit setelah kedua belah pihak mengerahkan skuadron tempur pesawat tanpa awak. GNA mendapat dukungan unit Bayraktar buatan Turki sementara LNA menggunakan Emirati Wing Loong II buatan Cina.
Turki tampaknya semakin terang-terangan melibatkan diri dalam perang saudara di Libya dengan mendukung pemerintahan GNA yang berbasis di Tripoli. Serangkaian serangan udara drone tempur Turki berhasil memukul pasukan Haftar yang mengepung Tripoli pada bulan akhir Juni sehingga pasukan darat GNA dapat merebut kembali kota Gharyan yang dikuasai pasukan Haftar.
Namun pertempuran kembali berimbang setelah pasukan Haftar mendapat pasokan armada drone Wing Loong II dari Uni Emirat Arab (UEA). Pasukan Haftar kemudian membalas dengan serangkaian serangan untuk menghancurkan skuadron drone tempur Bayraktar Turki di pangkalan mereka di Bandara Internasional Mitiga Tripoli dan Misrata.
Armada drone LNA yang berbasis di pangkalan udara al-Jufra di Libya tengah, tampaknya berhasil menghancurkan sebagian drone Bayraktar Turki yang mendarat di pangkalan. Tampaknya drone-drone Turki tersebut berhasil dilacak oleh oleh ISR (intelligence, surveillance and reconnaissance) Wing Loong – yang kemudian menguntit hingga ke pangkalan dan menghancurkannya.
Tidak mengherankan bila pasukan Haftar kemudian dapat kembali merebut Gharyan pada bulan Juli dan kembali mengepung Tripoli dengan ketat.
Pada akhir Agustus, Turki tampaknya kembali memperkuat skuadron drone Bayraktarnya untuk memperkuat GNA setelah sebagian dihancurkan oleh serangan armada drone Wing Loong II LNA, kata Oliver Imhof, seorang peneliti Libya asal Inggris.
“GNA telah menerima pasokan baru drone Turki lainnya pada 27 Agustus. Jumlahnya tidak terlalu jelas, tetapi mengingat tingginya serangan drone GNA pada saat ini, paling tidak enam hingga delapan drone tambahan telah dioperasikan,” tambah Imhof.
Sementara jumlah armada pesawat tanpa awak UEA yang beroperasi di Libya tidak jelas. Menurut Imhof, kedua belah pihak tampaknya memiliki kekuatan yang berimbang berdasarkan ferkuensi jumlah serangan yang mereka lakukan terhadap satu sama lain. (Agus Setiawan)