Politik

Pasca Pilkada Serentak 2018, Kampanye #2019GantiPresiden Kian Digandrungi

Peneliti senior LSI Denny JA, Adjie Alfaraby memaparkan analisa dan temuan survei terbaru Pilkada DKI/Foto: poskotanews.com
Peneliti senior LSI Denny JA, Adjie Alfaraby/Foto: poskotanews.com

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pasca Pilkada Serentak pada bulan Juli 2018 lalu, elektoral Jokowi dinilai meningkat. Hal tersebut diketahui dari hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA paling mutakhir.

Kendati kenaikan elektoral Jokowi tertinggi, ternyata masih ada tiga catatan penting yang perlu diperhatikan Jokowi yang berpotensi menjatuhkan elektabilitasnya hingga jelang pilpres mendatang.

Baca Juga:

Menurut peneliti senior LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, kenaikan elektoral Jokowi di survei LSI Denny JA, pasca Pilkada Juli cenderung bukan diperoleh oleh parpol pendukung. Dengan demikian ada tiga hal yang perlu diperhatikan alan menjadi titik kritis Jokowi jelang pilpres. “Pertama pemilih loyal Jokowi masih berada di bawah 40 persen,” ujarnya, Jakarta, Selasa (10/72018).

Alfaraby menyebut, pemilih militan Jokowi masih sangat rendah hanya di angka 32 persen. Dengan demikian banyak pendukung Jokowi masih sebatas soft suporter di angka 17,3 persen dari total 49,3 persen. “Titik kritis kedua Jokowi jelang pilpres adalah pemilih loyal lawan Jokowi,” jelasnya.

Baca Juga:  Jelang Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres 2024, Khofifah Optimis Prabowo-Gibran Menang

Sementara itu, tambahnya, pemilih loyal lawan Jokowi adalah 30,5 persen dari 45,2 persen pemilih yang tidak memilih Jokowi. Mereka adalah pemilih yang hampir mustahil memilih Jokowi, dan mereka akan memilih siapapun lawan Jokowi, tidak peduli siapa pun yang dicapreskan. Mereka akan akan tetap selama selain Jokowi.

Dan titik kritis Jokowi ketiga, menurut Alfaraby merujuk survei LSI Denny JA terbaru adalah menguatnya kampanye 2019GantiPresiden. “Pamor #2019GantiPresiden cenderung naik pascapilkada,” katanya.

Survei terbaru di Juli pascapilkada, kampanye ganti presiden naik 60,50 persen sedangkan pada Mei pamor kampanye ini baru 50,80 persen.

“Ini artinya banyak kalangan di masyarakat yang menyukai kampanye ganti presiden ini, dan pamornya naik justru setelah pilkada. #2019GantiPresiden semakin dikenal dan disukai, pamornya makin naik,” jelas Alfaraby.

Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana

Related Posts

1 of 3,158