Budaya / SeniPuisi

Paragraf Ibtidaiy, Thalaby, Inkary – Puisi Muhammad Rifki

Santri Mambaus Sholihin saat membaca kitab Kuning/Foto: Dok. darulanshar.wordpress.com
Santri Mambaus Sholihin saat membaca kitab Kuning/Foto: Dok. darulanshar.wordpress.com

Nama

Ibu menamaiku demikian
Bapak memanggilku kebalikan
Kakek menyebutku tanpa panggilan
Nenek menertawaiku dengan sebutan
Teman mengataiku keanehan
Kamu menuduhku kegilaan
Namaku seperti bukan aku
Mengutukku dan tersemat kaku
Lebih buruk dari kolor ijo

April, 2019

Ibtidaiy, Thalaby, Inkary

Sehimpun kata melesat ke dalam kepala
Berumah hingga berbiak di sana
Bertandun anak lahir dari purba kata
Riwayat tak kunjung usai dibaca
Namun debat terus dicerca
Seperti kedunguan kembala
Di hadapan serigala

Sementara induk kalimat meminta pulang
Anak kalimat bertanya girang
Ke mana perginya paragraf malam-malam
Tapi inkar justru menghadang
Tanda tanya terbuang
Anak kalimat tak lagi
Merasa perlu menghormat

Kata telah mati
Si tuan memeras darahnya sendiri
Sebab kata yang mengendap di kepalanya
Sudah gila

April, 2019

Paragraf

Tidak kutemukan wajahmu
Di tengah lembaran buku
Atau di rimbunnya paragraf
Atau mungkin wajahmu tersesat
Pada kata yang tertinggal
Di halaman pertama
Baris yang sengaja tak kubaca
Sebab ibu bilang
“Awalan hanya lahirkan akhiran”
Sedang aku membenci perpisahan

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

April, 2019

Muhammad Rifki, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aktif menulis cerpen, puisi, lakon dan artikel. Beberapa karyanya tersebar di berbagai media, baik offline maupun online.

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected]

Baca: 10 Hal Yang Harus Diketahui Sebelum Kirim Tulisan ke Nusantaranews.co

Related Posts

1 of 3,187