Inspirasi

Para Siswa Madrasah Pamerkan Inovasi di ISE 2017

NUSANTARANEWS.CO – Gelaran Indonesia Science Expo (ISE) 2017 yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI diikuti oleh siswa madrasah yang turut menunjukkan karya inovasinya. ISE 2017 diisi ratusan pameran hasil riset para pelajar dan mahasiswa di Indonesia. Hasil-hasil riset tersebut dilombakan, dinilai oleh para juri profesional, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Berdasarkan laporan Humas Kemenag, ada 10 tim yang menjadi finalis pada ISE 2017. Mereka berasal dari tujuh madrasah. Empat tim menjadi finalis kluster National Young Invention Award (NYIA). Lima tim finalis Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR). Semantara 1 tim menjadi finalis pada Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI). Mereka terpilih setelah melewati tahapan seleksi  dari tingkat kabupaten hingga provinsi.

Untuk kategori National Young Invention Award (NYIA). Pertama adalah Naufal Ashari dan Lalu Muhammad Ihsan Rabbani asal MTs Sayang Ibu, Nusa Tenggara Barat. Inovasi yang ditawarkan adalah ACER P2IO (Alat Cerdas Penebar Pakan Ikan Otomatis).
Latar belakang: banyaknya kolam ikan di lingkungan Madrasah Sayang Ibu terkadang membuat repot siswa-siswinya dalam memberi pakan ikan, karena aktivitas madrasah padat. Lalu muncul ide membuat alat penebar pakan ikan. Komponen alat: 1. Tabung untuk pakan, 2. Mulut alat sebagai jalan keluarnya makanan, 3. Penyangga dan pelontar pakan ikan, dan 4. timer untuk mengatur waktu pemberian ikan.  Dengan alat ini, siswa-siswi tidak perlu keluar kelas berlarian memberikan makan ikan. Produksi alat ini kira-kira menghabiskan dana sekitar 178 ribu.

Selanjutnya adalah Muhammad Ikhsan dan Agung Pratama asal MTsN 6 Slemen, DI Yogyakarta. Inovasi yang disuguhkan adalah “Bamboo Dryer” Solusi Pengering Bantu. Latar belakang: Penciptaan alat ini berangkat dari lingkungan mereka hidup. Di Sleman, banyak pengrajin bambu. Untuk mengeringkan produk bambu dalam musim panas saja membutuhkan waktu 2 minggu. Dan kalau musim hujan membutuhkan waktu 3 minggu. Namun, dengan alat ini, produk kerajinan dari bambu bisa dikeringkan dalam waktu rata-rata 5 menit. Dengan demikian, alat ini mampu meningkatkan produktivitas pengkrajin bambu.

ketiga, Haidar Azzamuddin dan Rizka Fajriana Putri R dari MAN 3 Malang. Inovasi yang ditawarkan bernama “Dalle”. Alat ini merupakan implementasi dari teori ‘Tonggeret sebagai Teknologi Prediksi Cuaca yang Akurat dan Spesifik’. Alat ini merupakan alat perekam dan pengolah suara Tenggeret yang kemudian menjadi data-data yang bisa memberikan informasi tentang prediksi cuaca, yang terdiri dari filter frekwensi, penguat voltase, analog 2 digital, mikrokontroler dan layar LCD. Alat ini sudah diuji coba selama beberapa tahun dan menghasilkan 700an data dengan tanpa kemelesetan sama sekali.  Bila diproduksi, alat ini diprediksi akan menghabiskan biaya sekitar 250-300.

Keempat, Abdul Malik Pamasengi dan Muhammad Irsahadulrizal asal MAN Insan Cendekia Gorontalo. Inovasi: “Prototipe Pergerakan Angin Buatan”.

Editor: Romandhon

Related Posts

No Content Available