Para Pembajak Agama dan Air Mata untuk Rohingya

Wanita Rohingya lari dan menangis. Foto: Dok. Turner.com

Wanita Rohingya lari dan menangis. Foto: Dok. Turner.com

NusantaraNews.co – Genosida atau pembantaian massal di Myanmar yang dinilai paling brutal dan mengerikan di Asia Tenggara. Dimana warga Rohingya -notabene mayoritas muslim- harus menerima perlakuan tak berprikemanusiaan. Fatalnya, kejadian terkutuk itu pecah menjelang hari raya Idul Adha.

Atas nama kemanusiaan, para tokoh agama, politisi, dan aktivis kemanusiaan di Indonesia menyatakan keprihatinannya terhadap peristiwa penuh jerit dan tangis warga Rohingya. Kecaman demi kecaman diluncurkan kepada para pelaku dan orang-orang di baliknya. Bahkan, bantuan untuk para korban dikirim dari Indonesia.

Lalu bagaimana respon seorang sastrawan Indonesia menanggapi tragedi Rohingya ini? Sastrawan Denny JA menulis dua buah puisi yang menggambarkan situasi dan kondisi di Myanmar saat ini. Berikut ini dua buah sajak yang ditulisnya:

Air Mata Untuk Rohingya

Ketika kesembelih kambing dan sapi
untuk kurban suciku di Idul Adha,
Ya Allah…
Mereka sembelih pula puluhan manusia, di Rohingya,
Termasuk bayi temanku

Ketika  kuambil air wudhu memulai sholat malamku,
Ya Allah …
Mereka  mulai pula perkosa puluhan wanita di Rohingya,
Termasuk  adik bungsu temanku

Ketika kumulai pagi
Kembali  mencari rejekiMU,
ya Allah…
Kembali pula mereka mengusir
puluhan ribu manusia di Rohingya.

Mereka usir paksa
dari tanahnya sendiri.
Kini Rohingya terlunta
Tak tahu harus kemana
termasuk ibu temanku

Darta namanya
Bukan politisi.
Ia hanya peduli saja
Tersentuh tragedi manusia
Kebun yang layu di Rohingya

Di tengah zikir si Darta
Menetes itu air mata
Seolah terdengar rintihan suara,
suara puluhan ribu manusia,
Rohingya sedang berdoa

“Ampun ya Allah.
Puluhan tahun sudah mereka siksa kami.
Ribuan kali sudah mereka bunuh kami.”

“Tak tahu apa salah kami?
Apakah semata karena agama kami?
Apakah semata karena etnis kami?
Apakah semata karena nenek moyang kami?”

Darta terdiam lama
Terasa ada yang menyentuh hatinya
Iapun menulis surat
Kepada penguasa di sana

“Aung San Suu Kyi
Dulu aku merapat di sisimu
Saat itu kau menjadi bunga
Melawan tanpa kekerasan
Walau kau dizalimi

Oh, Kau begitu teguh
Terus kibarkan bendera nurani
Walau di atas bambu yang goyah
Walau kau terus disiksa

Oh, kau pahlawan kami
Kami ikut syukuran
Ketika kau terima Nobel Perdamaian
Kami kirimkan mimpi kami

Tapi kini, Aung San Suu Kyi
Kau menjadi penguasa
Astaga! kau lakukan
Apa yang dulu kau lawan

Karena kau diam saja
Ketika kezaliman terjadi di tanahmu
Karena kau diam saja
Ketika para wanita diperkosa

Karena kau diam saja
Ketika para bayi dibunuh
Karena kau diam saja
Ketika para ibu dipaksa mengungsi

Karena kau diam saja
Ketika dunia menegurmu
Maka kini
Aku melawanmu
Maka kini
Kukatakan TIDAK padamu

Zaman mengubah wajah
Kau yang bunga
Kini menjadi bedil

Selesai sudah pesan ditulis Darta
Dibacanya kembali pesan itu
Dari huruf-huruf pesan itu
Mengalir air mata
Dari titik dan koma pesan itu
Mengalir darah***

September 2017

Para Pembajak Agama

Ya Tuhan
Mereka kutip kebajikan
Tangan kanan pegang kitab suci
Tapi tangan kiri mereka membunuh

Ya Tuhan
Mereka agungkan kebenaran
Lidah fasih sebarkan  ajaran kasih
Tapi mata mereka penuh angkara

Dengarlah ia punya mantera
Oh begitu teduh dan cerah
Tapi, iiiiiiiihh lihatlah taring giginya
Siap melahap siapa yang beda

Lama terdiam Rosa
Dimatikannya itu handphone
Tak sepenuhnya ia mengerti
Siapa sebenarnya penguasa hati?

Ia baru membaca berita
Penganut Budha menganiaya massal di Rohingya
Penganut  Kristen membunuh massif di Afrika Tengah
Penganut  Islam ledakkan bom bunuh diri di Indonesia
Penganut  Hindu tebarkan teror di India
Penganut Yahudi menganiaya puluhan tahun di Palestina

Apa yang salah dengan mereka?
Doa melembutkan hatiku
Tapi mengapa doa yang sama
menjadi alasan mereka membunuh?

Agama mengajariku cinta
Tapi mengapa agama yang sama
Membuat mereka penuh amarah?

(Rosa bertanya pada Darta
Guru yang mengerti ilmu hidup
Dartapun berfalsafah)

Ketika agama lahir dari rahim kehidupan
Lahir pula pembajaknya
Ketika cinta mekar di kebun hati
Mekar pula para penunggangnya

Roh jahat punya seribu wajah
Ia lihai menyelinap mengelabui hati manusia

Kenalilah para pembajak agama
Ular di hati mereka
Oh begitu ganasnya
Setiap pagi mereka juga berdoa
Tapi doa itu mereka tipu
Mereka sebut nama Tuhan
Sambil membunuh

Kristen, Islam dan Budha
HIndu, Yahudi atau agama apa saja
Itu adalah bunga
Tapi para pembajak agama
Menyembunyikan bedil di dalam bunga

(Rosa terdiam lama
Darta terus berkhotbah)

Di Rohingya
Para pembajak sebar kebencian
Mereka tabur kekerasan
Mereka kobarkan perang agama

Namun agama tidak berperang
Para nabi bersaudara
Hanya pembajaknya yang berperang

Datanglah ke Rohingya
Datanglah dengan cinta sesama
Bantulah Rohingya
Bantulah dengan cinta manusia

September 2017

Baca: Puisi-puisi Nusantaranews.co yang lain

Denny JA, Satrawan Nasional yang Populer dengan puisi esainya.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.

Exit mobile version