Pandemi Covid-19 Peluang Besar Mengangkat Kembali Kearifan Lokal untuk Kedaulatan Bangsa dan Negara

Pandemi Covid-19 Peluang Besar Mengangkat Kembali Kearifan Lokal untuk Kedaulatan Bangsa dan Negara
Pandemi Covid-19 Peluang Besar Mengangkat Kembali Kearifan Lokal untuk Kedaulatan Bangsa dan Negara

 

Oleh: Buya Zuari Abdullah

 

Minangkabau adalah suatu eknik yang memperkaya keragaman bangsa Indonesia, suatu peradaban unik dengan segala kekayaan kasanahnya, konsep peradaban disusun dengan kearifan leluhur menyimak isyarat alam berlandasan wahyu dan ilham sebagai dasar ilmu pengetahuan, seperti ungkapan filsafat mengatakan: “dibalun saleba kuku, dikambang saleba alam, alam takambang jadi guru bumi jo langik ado ka taladan” artinya, suatu kearifan leluhur memahami pengetahuan sehingga mampu merumuskan dalam satu pemahaman yang tersyirat dalam ungkapan dibalun saleba kuku, kearifan menterjemahkan wahyu dan ilmu dengan mengamati gejala alam sehingga dapat dipahami, diteladani dalam kehidupan inilah isyarat, alam takambang jadi guru bumi jo langik kataladan.

Kearifan leluhur menyusun peradaban dengan konsep keseimbangan dalam acuan keselarasan untuk memelihara keharmonisan kehidupan sesuai ekosistim alam yang telah ditetapkan, peradaban disusun untuk memelihara kerukunan masyarakat dengan sikap toleransi dan tenggang rasa, menjaga keharmonisan sosial dengan semangat demokrasi dan gotoroyong, memelihara keamanan dengan keadilan dan kebijaksanaan dan menjunjung tinggi nilai budi pekerti, menjaga kesejahteraan dengan kearifan, menata lingkungan sesuai kultur dan ketentuanya yang diperkuat dengan harta pusaka, mengembangkan pengetahuan dengan rumusan yang membuka wawasan pengetahuan, “satitiek jadikan lawik, sakapa jadikan gunuang”, menjunjung tinggi budi pekerti dan keindahan tutur kata dan bahasa, “nan baik budi nan indah baso” dan banyak lagi keelokan peradaban yang tersusun rapi dengan kesempurnaan pengetahuan dalam warisan, namun peradaban tersebut akhir-akhir ini seolah tenggelam ditelan zaman, entah oleh hegemoni, entah oleh penjajahan, seolah peradaban hanya tinggal sebatas seremonial dan terkadang telah jauh dari tuntunan warisan dan konsep peradaban.

Oleh sebab itu kami melihat kondisi pandemi Covid 19 adalah peluang untuk mengangkat kembali kearifan lokal tersebut, dimana kepanikan masyarakat terhadap wabah covid 19 disebabkan kehilangan pegangan dalam hidup, bahkan kehilangan pedoman, entah karena krisis kepercayaan, atau kurang informasi yang komplit sehingga dapat diterima dan mudah dipahami, informasi yang memberikan kenyamanan dalam jiwa, mungkin karena kehilangan keteladanan atau kehilangan pedoman. Sesungguhnya semua itu terjadi karena genarasi saat ini telah kehilangan jati diri, kebanyakan kita tidak lagi mengenal peradaban sebagai pedoman kehidupan, peradaban yang mengatur dan memberikan ketentraman sehingga memunculkan kegelisahan dan kecemasan dalam kehidupan, kita telah melupakan kearifan lokal orang-orang terdahulu yang juga telah menghadapi berbagai kesulitan bahkan wabah, berbagai kesulitan yang dihadapi orang-orang terdahulu, berupaya menemukan berbagai solusi dan antisipasi, berbagai obat telah ditemukan, berbagai cara telah dilakukan dan kearifan inilah yang akan diangkat kembali sebagai salahsatu solusi menghadapi pandemi saat ini.

Dibulan-bulan pertama munculnya covid 19 di Indonesia khususnya sumatera barat, kondisi masyarakat menerima dengan beragam, ada yang percaya, ada juga yang tidak memperdulikan, ada yang cemas ada juga yang ketakutan, ada yang panik ada juga yang menganggap biasa saja, oleh sebab itu kami melihat peluang ini merupakan sebuah jalan untuk mengangkat kembali kearifan lokal untuk mempersatukan, sebagaimana yang telah dialami oleh orang orang terdahulu, kami menyuarakan berbagai solusi kearifan lokal dan disambut baik oleh pemerintah daerah dalam hal ini dinas kebudayaan provinsi sumatera barat dengan menyusun program kearifan lokal menyikapi covid 19.

Program tersebut diawali dengan mengangkat berbagai metode pengobatan tradisional, diantaranya kami sendiri sebagai salah satu narasumber dengan tema keseimbangan silek dan pengobatan tradisional menyikapi covid 19, program tersebut dibuat dalam sebuah vidio pendek oleh dinas kebudayaan provinsi sumatera barat dengan narasumber kami bersama Prof, Dr, Henny Lucida, kemudian dalam program lain masih menyangkut obat tradisional bersama Prof. Deddi Prima Putra, dan ibu Gemala Ranti sebagai kepala dinas kebudayaan Sumbar, berlanjut dengan progran kearifan lokal menyikapi covid yang diselenggarakan oleh KMDM RESOURCE MENAGEMENT dengan narasumber kami sendiri, Prof . Henny Lucida, dan Dr, Arina Widia Murni, dengan moderator Dr, Henny Herwina, acara tersebut berlangsung secara online dengan peserta banyak dari akademisi, dan cukup banyak yang berminat untuk berkolaborasi mencari solusi, bahkan ada pemerhati dan peneliti kesehatan yang sengaja datang ketempat kami dari daerah Riau beberapa hari setalah acara tersebut untuk melanjutkan penelitian di tempat kami.

Sangat diharapkan program tersebut berlanjut dengan berbagai kearifan lokal lainnya, namun sayang program tersebut seolah terhenti, antah karena pandemi sudah mereda atau persoalan lain, namun yang jelas program tersebut tidak berjalan sesuai harapan, hingga kini tahun 2021 pandemi covid 19 semakin ganas, berbagai informasi menyeber melalui televisi dan berbagai media sosial, beragam sikap masyarakat  bermunculan, ada yang menyikapi biasa saja ada yang ketakutan, seolah miskomunikasi tanpa sumber informasi yang jelas, berbagai program pemerintah telah dijalankan, sejak dari PSBB hingga kini PPKM, namun masih banyak yang diperdebatan, mengkin karena kecemasan atau ketakutan, baik bidang ekonomi maupun masalah kesehatan, atau mungkin masalah jaminan keberlansungan kehidupan, dan jaminan kesejahteraan, seolah masyarakat telah kehilangan kepercayaan sehingga sangat ketakutan tentang kesejahteraan, banyak yang tidak mau menerima dan tidak patuh dengan berbagai aturan, seolah mereka hanya karena terpaksa mengikuti aturan yang diterapkan dengan perasaan dongkol dan membangkang. Persoalan ini harus dicarikan solusi oleh pemimpin yang berwenang, dimana mereka menawarkan diri waktu pencalonan sebagai orang yang akan membawa perbaikan, sebab masyarakat butuh bukti bukan sekedar argumentasi yang memberikan keyakinan.

Dasar kajian

Dari berbagai kenyataan dilapangan yang kami lihat bagaimana kebanyakan masyarakat menyikapi kondisi wabah covid 19 saat ini, kami menyimpulkan persoalan kegalauan dan berbagai kekacauan masyarakat dalam menyikapi aturan dan kebijakan, semuanya disebabkan karena kurang informasi dan mis komunikasi sehingga banyak yang tidak faham dengan keadaan, apalagi masyarakat Minangkabau kususnya yang ada di Sumatera barat dalam menyikapi aturan maka dibutuhkan informasi yang komplit dan lengkap, karena keyakinan hanya tumbuh dari pemahaman, dan pemahaman hanya didapat dari pengetahuan yang dilandasi dengan informasi dan data yang lengkap sehingga bisa menemukan defenisi dan mendapatkan esensi yang bisa dipahami.

Masyarakat Minangkabau dididik dengan warisan dan kearifan komunikasi sebagaimana filsafat mengatakan: “kato bakieh rundiang bapamisa, danga kato simak bunyinyo” artinyanya filsafat tersebut mengajarkan masyarakat tentang kearifan menyikapi kata dalam komunikasi sebagaimana kato bakieh (kata berkias) melatih seseorang menelusuri untuk menemukan makna dan arti dari setiap kata, konsep ini mengajarkan cara luas memandang berbagai persoalan sampai menemukan landasan permasalahan, sebelum menemukan pemahaman, maka ia akan selalu mencari dari berbagai sumber informasi sehingga bisa dimengerti dan difahamkan.

Kemudian “rundiang bapamisa” filsafat ini melatih seseorang untuk memahami inti diskusi, mencoba mencari makna permisalan dari segala sisi dalam setiap perundingan, termasuk landasan persoalan sehingga mengerti maksud dan tujuan yang sesungguhnya, dalam berbagai diskusi, untuk mengungkapkan dengan kearifan lokal, maka seseorang sering berkata menggunakan berbagai permisalan, dan sebagai contoh dalam kearifan lokal, seorang mamak yang menasehati kesalahan keponakannya dengan mengucapkan kata sanjungan, sebagai contoh: “yo rancak paragai ang yo, lah tinggi tampak sikola ang dek den, yo gak acok ulang dih” mendengar ucapan tersebut keponakan yang arif akan membungkuk ketakutan penuh penyesalan. Ungkapan tersebut secara umum menunjukan sanjungan, namun dalam kondisi tertentu ungkapan tersebut merupakan teguran bagi keponakannya, maka untuk membedakan defenisi kata maka filsafat mengatakan “danga kato simak bunyinyo”, artinya defenisi kata akan berubah sendirinya dengan perbedaan nada dalam penyampaian, dan inilah gaya komunikasi kearifan lokal Minangkabau yang sangat sedikit dipahami saat ini, oleh sebab itu sering terjadi miskomunikasi di tengah masyarakat luas sehingga menimbulkan kesalahfahaman.

Dalam penerapan aturan PSBB hingga PPKM banyak menjadi persoalan ditengah masyarakat luas, banyak masyarakat yang tidak menerima karena kurangnya informasi yang komplit tentang persoalan PPKM itu sendiri dalam menyikapi pandemi covid 19, banyak berita yang simpang siur, ada berita yang mengatakan, ada masyarakat yang terpapar di suatu nagari, yang terkadang ketika dikonfirmasi masyarakat tidak mendapatkan kejalasan yang memuaskan, bahkan orang yang bersangkutan sebagaimana yang berita bahwa dia terpapar covid hanya biasa-biasa saja, melakukan isolasi mandiri tanpa dibantu obat-obatan atau vitamin, mereka bisa sembuh sendiri, sementara diberita mengabarkan banyak yang mati bahkan mayat banyak yang antri, sementara masyarakat dikampung tidak menemukan hal tersebut walau mereka berbaur dengan orang yang dikatakan terpapar covid19, bahkan mayat yang dinyatakan mati karena covid 19 yang dikuburkan secara biasa tiada masalah dengan masyarakat dan anggota keluarga yang menguburkannya.

Informasi inilah yang perlu di evaluasi kembali, memberikan informasi yang lengkap dan terperinci, tanpa informasi yang lengkap dan jelas maka masyarakat akan terus mencari sumber informasi lain, bahkan yang memiliki otak intelejen akan mengkaji banyak hal, sejak dari awal sebab kejadian sampai orang-orang yang diuntungkan, dari berbagai kajian mereka menemukan yang paling diuntungkan adalah perusahan farmasi dan perusahan peralatan kesehatan, sehingga mereka sampai mengkaji tentang politik internasional, sejak dari teori konspirasi hingga elit global, sejak dari fremason hingga iluminati, bahkan mereka akan selalu mencari sampai menemukan kesimpulan yang dapat dipahamkan, disinilah peran penting pemerintah dan unsur-unsur terkait khususnya di Sumatera barat, sejak dari tuangku malin sampai niniek mamak, dan tidak ketinggalan para cadiek pandai yang diistilahkan tungku tigo sajarangan, tali tigo sapilin yang mencakup niniek mamak dalam hal ini terutama pemerintah. Alim ulama dan cadiek pandai/para ahli, akademisi maupun para praktisi.

Inspirasi dan motivafis

Kami mencoba mengali berbagai konsep kearifan lokal, sejak dari konsep peradaban sampai konsep sains atau berbagai ilmu pengetahuan, dan tidak ketinggalan masalah kesehatan, berbagai rumusan pitutur yang tersimpan dalam rumusan “kato Pusako”, kami coba mengurai rumusan warisan untuk menemukan rahasia pengetahuan, sangat banyak pengetahuan yang diwariskan, sejak dari kejadian alam hingga ilmu perbintangan, sejak dari kajian energi hingga kajian materi dan elemen yang terkandung, sejak dari ilmu alam dan seluruh ekosistimnya namun semuanya tersimpan dalam rumusan warisan yang perlu diurai dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan, setelah kami mulai melakukan kajian, kami selalu menemukan persamaan berbagai kajian dengan pengetahuan yang sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing, baik dari obat-obatan dengan ilmu farmasi, pengetahaun masakan dan ilmu kesehatan dari kandungan racikan rempah yang digunakan, dan termasuk masalah pengobatan, dan banyak yang lainnya dan perlu diurai untuk mudah dimengerti oleh generasi muda saat ini.

Kemudian yang menjadi motivasi adalah kecintaan terhadap peradaban, sebagai sebuah landasan untuk memperkokoh kedaulatan kebangsaan, sebagaimana ungkapan Bung Karno & Bung Hatta yang mangatakan bahwa, negara belum merdeka sebelum berdaulat dalam masalah ekonomi dan politik. (Sukarno & Hatta). Untuk meraih kedaulatan itu hanyalah dengan kekuatan kebudayaan itu sendiri sehingga mampu untuk berdikari, berdiri diatas kaki sendiri, tapi sayang kebanyakan kita memandang peradaban hanya sebatas seremonial tanpa mau melihat konsep pengetahuan dalam menyusun peradaban itu sendiri yang telah berhasil menata kehidupan masyarakat tempo dulu dengan kedamaian dan kemakmuran penuh dengan keharmonisan dan kesejahteraan.

Selanjutnya dimotivasi oleh semangat yang ingin mengembangkan berbagai warisan pengetahuan kepada generasi muda sebagai pegangan dan pedoman dalam kehidupan, banyak generasi muda yang kehilangan jati diri karena tidak mengenal kearifan lokal, sementara kami melihat peradaban penuh kesempurnaan dengan konsep yang berladaskan kepada agama, sebagaimana filsafat “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarat mangato adat mamakai” artinya adat berlandaskan kepada konsep kebenaran yaitu agama Islam, agama terakhir yang telah disempurnakan sebagai petunjuk untuk keselamatan kehidupan dunia sampai akhirat.

Pokok persoalan

Kurangnya pewarisan kearifan lokal kepada generasi muda membuat mereka kehilangan jati diri, bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa generasi Minangkabau saat ini menjadi tamu didaerahnya sendiri, banyak generasi yang tidak mengenal kebudayaanya, sehingga sulit bersosialisasi ditengah masyarakat karena perbedaan pendangan yang begitu siknifikan, banyak generasi muda sulit mengaplikasikan pengetahuan mereka ditengah masyarakat walau mereka telah bersekolah tinggi, mungkin karena mereka terlalu banyak mengkonsumsi pengetahuan barat tanpa diimbangi dengan pengetahuan kebudayaan sendiri sehingga sulit beradabtasi.

Para akademisi kesulitan untuk menelusuri peradaban karena kurang pemahaman tentang gaya bahasa lokal dalam berkomunikasi, banyak yang melakukan penelusuran terkadang tidak menemukan apa yang dicarinya, karena mereka menggunakan gaya komunikasi yang berbeda, dimana kearifan lokal berbicara dengan gaya bahasa penuh kiasan, misalan dan umpama, sementara generasi saat ini lebih suka dengan kejelasan yang rinci dengan definisi kata yang mudah mereka terima, kebiasaan tersebut membuat mereka kesulitan mengurai rumusan dalam setiap tutur kata, hal ini juga terlihat dalam penerapan aturan kebiasan baru AKB yang diatur dalam perda Sumatera Barat. Tidak ada yang memberikan penjelasan dengan rinci tentang perda tersebut sehingga memunculkan miskomunikasi karena ketimpangan informasi.

Banyak pertanyaan yang belum mendapat jawaban dari setiap persoalan kusus dalam masalah covid saat ini, sehingga banyak dari masyarakat yang hanya memprediksi atau mengira-ngira sehingga sulit menemukan solusi atau jalan keluar dari kondisi sulit yang dihadapi, untuk itu dibutuhkan kerjasama dari seluruh pihak untuk menghasilkan sebuah kesepakatan, menyediakan sumber informasi yang komplit dan lengkap dari satu pintu sebagai pusat informasi yang lengkap dengan narasi yang tepat.

Dari pengamatan dilapangan kami melihat masyarakat seolah kehilangan kepercayaan terhadap berbagai informasi karena tidak memiliki argumen yang jelas, sulit menemukan informasi sebagaimana yang diharapkan, sehingga memunculkan kegelisahan pada sebagian orang, bahkan ada diantara masyarakat yang kehilangan kepercayaan terhadap diri sendiri, mungkin karena berbagai persoalan kehidupan termasuk masalah covid 19 yang sedang dihadapi dan tidak ada informasi yang menjelaskan dengan menjadi solusi, baik masalah kesehatan termasuk masalah ekonomi.

Bergesernya nilai-nilai kebudayaan sebagaimana dahulunya surau sebagai sumber informasi dan solusi, niniek mamak yang memberikan pandangan dan keteladanan, pemimpin dinagari yang mengayomi dan memberikan rasa aman, sebagaimana surau tempo dulu sebagai tempat konsultasi dari berbagai persoalan, namun nilai dari surau itu sekarang telah berubah, kini surau hanya sebatas tempat ibadah dan tempat belajar mengaji untuk anak-anak sekolah, sangat jarang surau yang memiliki seorang ulama seperti zaman dahalu sebagai tempat meminta berbagai pandangan dan pertolongan dari berbagai kesulitan, atau mamak yang membantu menyelesaikan berbagai persoalan, sebagaimana tugas utamanya “karueh manjaniekan, kusuik manyalasaikan” peran ini sulit ditemukan dalam berbagai persoalan terutama masalah wabah covid yang melanda.

Sulit menemukan keteladanan dalam kehidupan dewasa ini, bahkan ada ungkapan yang mengatakan, banyak yang memberi contoh tapi jarang yang bisa menjadi contoh, hal ini menjadi persoalan mendasar yaitu krisis keteladanan, mamak tidak mengayomi keponakan, ulama tidak mencontohkan dengan perbuatan, cadiek pandai tidak memberikan solusi dengan bukti, hanya argumentasi diplomasi yang terkadang hanya sebatas pembenaran bukan kebenaran, masyarakat membutuhkan bukti yang menumbuhkan rasa aman dan nyaman.

Diantara persoalan yang kami lihat dilapangan yaitu tidak ada yang menyediakan tampat pendidikan kearifan lokal secara formal, sehingga ada generasi yang ingin mendalami budayanya sendiri tidak menemukan tempat yang jelas sebagai sarana pendidikan kearifan lokal, sehingga sulit mendapatkan informasi tentang perjalanan peradaban masa lampau yang dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam kehidupan.

kutipan  diskusi

Kami sangat tertarik dari poster yang dibagikan dalam sebuah grup oleh Prof. Deddi Prima Putra tentang diskusi dengan konsep: (Kolaboraksi) Kolaborasi & aksi prodi komunikasi UNIDHA, dangan tema: Peran komunikasi tungku tigo sajarangan, dalam menangani dampak covid 19  di Sumatera barat, acara tersebut berlansung distasiun PADANG TV.

Sebuah acara yang sangat menarik bagi kami karena membicarakan konsep kearifan lokal dalam mencari solusi sebagai jalan keluar dari pandemi wabah covid 19 saat ini, banyak tokoh dihadirkan dan saling mengeluarkan pendapat dan pandangan dalam mencari solusi wabah yang dihadapi. Kami mencoba merangkum beberapa pendapat dari berbagai tokoh yang hadir sebagai berikut:

Hj. Ema Yohana Anggota DPD-RI

Bagaimana komunikasi dalam persoalan yang besar yaitu Covid 19, bagaimana mekanismenya supaya infromasi lengkap sampai kemasyarakat, karena informasi ini belum sampai kepada masyarakat secara utuh sebagaimana mestinya, dari hasil kenjungan kelapangan, banyak menemukan hal yang masih dipertanyakan oleh masyarakat, maka harus kita siapkan dengan seluruh kelengkapan, dan kita evaluasi apa yang telah diterapkan dilapangan untuk menyempurnakan sehingga mencapai hasil yang maksimal. Dari kunjungan kelapangan masih banyak kaum ibu yang mempertanyakan, disinilah peran kita untuk memberikan informasi yang komplit dan terarah.

Prof. Dr. Apt. Deddi Prima Putra. Rektor Universitas Dharma Andalas

Bagaimana mengemas informasi secara utuh sehingga pesan tersebut sampai kepada masyarakat, maka diharapkan informasi satu pintu dari tungku tigo sajarangan, dalam hal ini, pemerintah/niniek mamak, alim ulama, cadiek pandai/akademisi maupun praktisi, mengumpulkan suluruh pandangan dari tungku tigo sajarangan untuk menyatukan informasi, menformulasikan dan disampaikan kepada masyarakat sekaligus melawan informasi yang bias dari berbagai pihak yang tidak bertanggungjawab, dengan formulasi informasi satu pintu membarikan kepahaman kepada masyarakat, sehingga mereka akan menjadi lokomitif untuk mengarakan yang lain, Informasi yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya, sehingga bisa diterima dengan ketentuan adat salingka nagari, kemudian memperkuat ketahanan dan kemampuan tubuh untuk menciptakan kekebalan alami sebagai solusi membantu mengatasi pandemi covid 19.

Najmuddin, Ph.D pakar komunikasi politik

Mengharapkan satu informasi dari tungku tigo sajarangan dengan peranan yang sangat penting ditengah masyarakat, dengan kebersamaan mengemas informasi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, termasuk dalam sosialisasi AKB (aturan kebiasan baru) yaitu informasi satu pintu yang diharapkan dari tungku tigo sajarangan, menghimpun seluruh informasi kemudian dirumuskan dan diinformasikan dengan kekuatan power tungku tigo sajaran itu sendiri, dan menyelesaikan persoalan secara bersama dan melibatkan seluruh instansi yang berkaitan

Drs. M Sayuti, M.Pd Dt Pangulu, Ketua LKAAM Sumatera Barat

memahami makna tungku tigo sajarangan untuk memahami gaya komunikasi, kesalahan dalam penyampaian akan merubah pemaknaan, kemudian tali tigo sapilin menggambarkan kebersamaan dalam berbagai persoalan dan solusi, dengan konsep malin samo sakitab maka kita akan menghasilkan solusi dengan kesepakatan.

Solusi yang diusulkan Memperbanyak buku saku yang telah disiapkan pemerintah dan memaksimalkan percetakannya, kemudian memberikan contoh yang baik kerena masyarakat hanya patuh kepada ketaladanan, selanjutnya memahami masalah ketergantungan antara pemerintah dan masyarakat, dan terakhir keterbukaan pemerintah kepada masyarakat sehingga memberikan kepuasan informasi itu sendiri, dan terkahir kembali kerumah masing-masing sesuai dengan porsi dan fungsi dan kapasitasnya, mengaktifkan kembali hakikat dan nilai dari tungku tigo sajarangan itu sendiri.

Prof. Dr. H. Makmur Syarif, S.H. M.Ag. Pakar hukum Islam

Kekuragan pemahaman masyarakat tentang takdir, takdir terbagi dua takdir mubaram dan takdir mualam, tadir mubaran adalah takdir yang jelas dan pasti seperti kita dilahirkan dengan takdir laki-laki atau perempuan, sementara takdir mualam yaitu takdir yang telah ditetapkan namun harus digapai dengan usaha, dalam kondisi ini bagimana kita berusaha menjaga diri dan keluarga dari paparan covid 19, pemahaman ini harus disampaikan kepada masyarakat luas sehingga mereka memiliki pemahaman dan keyakinan yang kuat sesuai dengan ajaran Islam.

  1. Mahyeldi Ansharullah, S.P, Gubernur Sumatera Barat

Penegasan kebijakan pemerintah sebagaimana garis yang telah disepakati bersama dan dilahirkan dalam bentuk perda, AKB (aturan kebiasaan baru). sebab perbedaan harus disikapi dengan kebijakan pemerintah, jangan kita terjebak dalam perbedaan pendapat berkaitan dengan covid 19, kita harus mematuhi keputusan sebagaimana kebijakan pemerintah pusat yang diturunkan dalam perda, kemudian menfokuskan kebijakan di nagari sebagai pusat masyarakat sebagaimana program nagari tageh, yaitu mengambangkan kekuatan nagari dengan kearifan lokalnya sendiri.

  1. Farhan Abdullah, ST. THT-KL. Ahli Kesehatan

Metigasi proses hulu dan hilir yang diharapkan dari tungku tigo sajarangan dalam menerapkan prokes, seperti peran ulama untuk menyampaikan di berbagai kotbah. Dimana masyarakat Minang berlandasan dengan tiga tempat dasar surau, lapau, dan semangat gotoroyong sehingga mudah mendapat informasi bersama. Kemudian selama covid untuk tidak tatap muka dalam berbagai acara, selanjutnya diusulan pasar tageh sehingga dapat mengontrol pengunjung pasar sebagai pasar percontohan, kemudian Evaluasi perda dan memperkuat titik yang lemah atau melengkapi yang belum maksimal

Defriman Djafri, S.KM., M.KM., Ph.D Pakar Epidemiologi

Soladaritas bersama mengatasi masalah infodemik, memperbaiki disinformasi, menyempurnakan mall informasi dengan narasi-narasi sehingga memberikan kemudahan dam kepahaman kepada masyarakat, dan final seluruh kebijakan adalah pemerintah, serta peran penting cadiek pandai (akademisi, ahli maupun praktisi) dengan memberikan informasi yang komplit dan dapat memberikan pemahaman yang sama kepada masyarakat dalam segala bidang. Perda AKB menjadi unik di provinsi sumatera barat dengan keputusan bersama. selanjutnya bagaimana masyarakat kita beradabtasi dengan cerdas sebagai tanggungjawab tungku tigo sajarangan, dan kecerdasan adabtasi tersebut untuk mempersiapkan berbagai kemungkinan dimasa depan.

Kesimpulan diskusi

Dari diskusi para tokoh-tokoh Sumatera barat tersebut dapat disimpulkan hampir semuanya sepakat dengan dengan kekuatan bersama yang melibatkan seluruh pihak yang tersyirat dari tungku tigo sajarangan, sehingga bisa menyempurnakan data dan informasi untuk diformulasikan sehingga memudahkan pemahaman, memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat sehingga memberikan rasa aman ditengah-tengah masyarakat, disamping itu data tersebut dapat dikaji lebih lanjut untuk menghasilkan berbagai solusi terbaik dalam segala bidang.

Solusi

Kita kembali kepada warisan leluhur sebagai acuan menyelesaikan berbagai persoalan sebagai filsafat yang diwariskan “kok karueh aie di muaro, tolong caliek ka hulunyo, ado koh gajah manyubarang atau tabiang nan runtueh” filsafat tersebut mengajarkan tentang solusi menyelesaikan suatu persoalan dengan bijak, maka harus ditelusuri dengan rinci sampai ke hulunya sehingga bisa memahami situasi dan kondisi dengan rinci dan bisa memberikan solusi dengan penuh kebijaksanaan sehingga menumbuhkan rasa aman dan nyaman bagi seluruh lapisan masyarakat.

Menyelengkapi seluruh data secara lengkap supaya bisa dikaji dari berbagai sisi untuk menemukan solusi yang tepat dalam berbagai persoalan terutama persoalan kesehatan dan ekonomi masyarakat, memaksimalkan kemampuan cadiek pandai sesuai dengan keahlian masing-masing, untuk menghasilkan kajian yang rinci dalam segala bidang, bidang kesehatan, politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya sehingga mampu memberikan informasi yang lengkap dan memuaskan bagi masyarakat luas. Memberikan jawaban dari seluruh pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama ini, meluruskan berbagai informasi simpang siur yang membuat kegalauan ditengah-tengah masyarakat.

Mengambil kebijakan yang sesuai dengan kondisi yang tepat, menumbuhkan keyakinan masyarakat dengan kebijaksanaan dalam berbagai program, menumbuhkan sikap tenggang rasa ditengah masyarakat, membangkitkan semangat gotoroyong dengan keterbukaan informasi satu pintu dan satu arah dengan narasi yang sama dan tepat sehingga tercipta adabtasi yang cerdas dengan mengingatkan kebiasaan hidup bersih sebagaimana yang diajarkan agama Islam.

Mengangkat berbagai kearifan lokal sebagaimana konsep keseimbangan yang dikembangkan dalam silek sebagai ilmu beladiri yang menjangkau hakikat beladiri sejati, yaitu membeladiri dari segala ancaman termasuk ancaman ekonomi dan kesehatan, mengali berbagai metode pengobatan tradisional dengan kebersamaan dan mengkolaborasikan berbagai konsep pengetahuan untuk mengali kearifan lokal lebih dalam, sebagaimana anjuran filsafat “satitiek jadikan lawik, sakapa jadikan gunuang” dengan konsep “bulieh duduek bakisa asa dilapiek nan sahalai, bulieh tagak bapaliang asa ditanah nan sabingkah” artinya mengembangkan berbagai pengetahuan tradisional, menghasilkan berbagai produk untuk kemaslahatan bersama.

Menyediakan tempat-tempat bagi generasi muda yang ingin mengetahui tentang berbagai konsep pengetahuan tradisonal, membekali masyarakat dengan berbagai keterampilan selama PPKM untuk menyiapkan diri menghadapi percaturan modren dan global, dimana masa PPKM dapat dijadikan sebagai sarana untuk intropeksi diri dan mengali berbagai potensi diri yang dapat dikambangkan dalam berbagai keadaan.

Menunjukan bukti nyata dari setiap konsep dalam program yang tepat sehingga menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap pemerintah, menempatkan orang yang tepat ditempat yang tepat pada waktu yang tepat sehingga bisa maksimal dalam menjalankan berbagai program yang menunjukan marwah tungku tigo sajarangan, dengan konsep tali tigo sapilin, yaitu kebersamaan yang kokoh dalam setiap keputusan dan kebijakan.

Memahami kato pusako sebagai landasan untuk menghasilkan kemunikasi yang baik, sehingga bisa memahami dan dipahami satu sama lainnya, komunikasi adalah kunci ketentraman hidup sosial masyarakat, komunikasi yang baik akan memberikan kenyamanan kepada yang lain, dapat dikatakan komunikasi dapat mempengaruhi dan merubah pandangan seseorang dalam memahami sesuatu hal dalam kehidupan, maka dapat disimpulkan persoalan yang terjadi dalam masalah pandemi disebabkan lemahnya kekuatan komunikasi sehingga terjadi misinformasi yang bias ditengah-tengah masyarakat, Untuk itu diperlukan formulasi kemunikasi yang kokoh sehingga menumbuhkan rasa aman dan nyaman.

Menyediakan pendidikan anak-anak yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi untuk mempersiapkan generasi masa depan, karena hal ini menjadi perbincangan penting disebagian masyarakat, yaitu kegamangan orang tua melihat kondisi generasi muda, yang semakin hari semakin rapuh, semakin menurunnya prestasi generasi muda dalam segala bidang walau mereka telah menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dibutuhkan metode pendidikan yang memberikan pemahaman, bukan sekedar pengetahuan, sehingga bisa diaplikasikan dalam berbagai sendi kehidupam dan siap bersaing dalam berbagai percaturan, termasuk percaturan global.

Mengembangkan berbagai konsep kearifan lokal menghadapi berbagai situasi sehingga mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat luas, sebagaimana kampuang tageh yang diusulkan pemerintah, memaksimalkan berbagai potensi yang ada disetiap nagari dalam segala bidang, mengenal kemampuan diri yang dimiliki oleh setiap pribadi untuk disatukan dalam menghadirkan solusi terbaik.

Penutup

Kesimpulan

Berbagai konsep dan kajian diharapkan bisa membarikan solusi dari banyak persoalan yang dihadapai saat ini, sekaligus memunculkan sebuah konsep sebagai subuah data dan dokumentasi yang bisa dikaji lebih dalam untuk manfaat yang lebih luas dimasa mendatang, setiap data merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Dibutuhkan keseimbangan pengetahuan dengan mengkolaborasikan berbagai sumber pengetahuan, mengkaji berbagai konsep kearifan lokal untuk menjadi landasan dalam perkembangan pengetahuan, menjadikan kearifan lokal sebagai sebuah kekuatan kedaulatan yang memiliki nilai tawar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sesungguhnya sebagaimana yang diketahui bersama bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya dengan berbagai kearifan lokal sebagai SDM yang dapat dikembangkan, kemudian dilengkapi dengan kekayaan SDA yang luar biasa, namun potensi itu tidak dikelola dengan maksimal, kebanyakan kita terlena dengan kemajuan teknologi yang ditawarkan oleh bangsa barat di Eropa dan America, padahal bangsa ini menjadi salahsatu dari tiga negara yang menjadi sumber bahan baku dalam kemajuan teknologi itu sendiri, sebagaimana tanah jarang yang menyediakan berbagai kandungan alam selama ini dikeruk tanpa kita peduli.

Mari kita bangkit kembali sebagai sebuah peradaban tinggi dengan bukti kesempurnaan peradaban itu sendiri, sejak dari konsep politik dengan sistim demokrasi yang telah lama diamalkan, konsep kesejahtaraan, konsep keseimbangan dan lain sebagainya, dan contoh nyata diantaranya terlihat dari alat musik yang mengolah bahan logam, termasuk senjata kebesaran seperti keris yang mengolah tujuh sampai sembilan macam bahan tambang dari jenis logam, hal ini menunjukan ketinggian peradaban yang kita miliki, dimana paradaban barat baru bisa mengolah kayu sebagai alat musik, kita telah mampu mengolah berbagai jenis bahan tambang dari logam mulia, dimana keris ditempa dari lagam tujuh rupa.

Semoga tulisan sekilas ini menjadi renungan yang memancing imajinasi untuk membarikan semagat dalam berbagai kreasi sehingga menghasilkan beragam karya yang siap bersaing dalam percaturang globalisasi, terutama menjadi solusi dari kondisi pandemi yang kita hadapi saat ini, dan solusi itu ada dalam diri kita sendiri, dalam konsep sosial solusi itu ada dalam kearifan lokal, “DAN DIDALAM DIRIMU MENGAPA KAMU TIDAK MELIHAT”…[*]

Penulis: Buya Zuari Abdullah, praktisi dan peneliti silek Minangkabau.
Exit mobile version