Puisi

Panah dan Perjamuan Terakhir

Puisi Dimas Ridho Wahyu
PERJAMUAN TERAKHIR

Guru dan murid memutuskan duduk dan makan malam bersama, mereka terlihat kelaparan dan hanya tersaji sup kaldu di hadapannya. Seperti anak kecil yang sedang merajuk, kebanyakan dari mereka meminta daging karena hanya kuah dan sedikit sayuran kering yang ada di dalam sup.

Guru berdiri dan memotong-motong tubuhnya dan membagi-bagikannya kepada semua murid, sambil berkata,
“ini tubuhku, makanlah”

Tampak sebelas murid yang lain memutuskan untuk berdoa dan hanya satu murid yang terlihat lahap memakannya.

PANAH

“Kau adalah saudaraku karna, bahkan hujan pun akan berkata demikian, jika ia berbohong maka tinggalah embun yang menandainya”.

Karna pun tetap mengarahkan panahnya pada diri Arjuna, seakan dewa pun tidak bisa mencegahnya,

“Karna apakah dengan panah kita semua akan membias dan mengurai begitu saja, kau saudaraku Karna, aku tak mau mengalahkanmu”. Sebentar saja panah itu sudah tertancap di dada Karna, Arjuna tidak bisa menolak perintah dari sang dewa.

Dimas Ridho Wahyu Santoso, akrab dipanggil dengan Dimas, lahir pada tahun dimana krisis moneter menjadi-jadi, 8 Januari 1997. Sedang menempuh pendidikan di S1 Pendidikan Keguruan dalam bidang ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta. Menjadi bagian dari HMP HIMPROBSI.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 183