HankamMancanegara

Pakistan Sedang Mengembangkan Senjata Nuklir Baru

NUSANTARANEWS.CO – Pakistan sedang mengembangkan jenis senjata nuklir baru termasuk senjata nuklir taktis jarak pendek, rudal jelajah berbasis laut, rudal jelajah yang diluncurkan dari udara, serta rudal balistik jarak jauh.

Hal tersebut dikemukakan oleh Direktur Intelijen Nasional Dan Coats beberapa hari setelah sekelompok teroris Jaish-e-Mohammad yang berbasis di Pakistan menyerang Kamp Militer Sunjuwan di Jammu yang menewaskan tujuh orang termasuk enam tentara.

“Pakistan sedang mengembangkan jenis senjata nuklir baru, termasuk senjata taktis jarak pendek,” kata Coats kepada anggota parlemen saat sidang Kongres mengenai ancaman di seluruh dunia yang diselenggarakan oleh Komite Intelijen Senat.

“Jenis senjata nuklir baru ini akan memperkenalkan risiko baru untuk eskalasi dinamika dan keamanan di kawasan ini,” kata Coats, yang merefleksikan risiko yang terlibat dalam pengembangan jenis senjata nuklir semacam itu.

Komunitas intelijen AS percaya bahwa Pakistan sedang mengembangkan senjata nuklir yang lebih maju, yang dapat merubah perimbangan kekuatan regional. Di sisi lain, Washington juga terus menuduh bahwa Islamabad telah mengakomodasi kelompok teroris dan militan Islam.

Baca Juga:  Atas Instruksi Raja Maroko, Badan Asharif Bayt Mal Al-Quds Meluncurkan Operasi Kemanusiaan di Kota Suci Jerusalem selama Ramadhan

Pakistan saat ini diperkirakan memiliki 160 hulu ledak nuklir yang terdiri dari rudal taktis dan jarak menengah. Pakistan bukanlah kekuatan global yang memiliki kebutuhan untuk ICBM.

Meski begitu, Pakistan tetap akan menjadi ancaman nyata bagi kepentingan AS dengan kemampuan senjata nuklir baru, mempertahankan hubungannya dengan militan, membatasi kerja sama kontraterorisme dan mendekat ke Cina.

Coats menambahkan bahwa perluasan program nuklir Pakistan dapat menyebabkan hubungannya dengan India semakin buruk, di mana kedua negara nuklir ini telah berselisih sejak tahun 1947. Apalagi hubungan kedua negara semakin merosot belakangan ini setelah kedua belah pihak berulang kali melanggar gencatan senjata dengan menyerang satu sama lain di wilayah yang disengketakan di Jammu dan Kashmir.

Seperti telah diberitakan saru-baru ini, enam tentara India dan satu warga sipil terbunuh di sisi perbatasan mereka. New Delhi menyalahkan serangan terhadap Jaish-e-Muhammad (JeM), sebuah milisi yang berbasis di Pakistan yang mereka katakan memiliki dukungan dari Islamabad. Kementerian Luar Negeri Pakistan membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa tuduhan tersebut tidak memiliki kredibilitas.

Baca Juga:  Satgas Catur BAIS TNI dan Tim Gabungan Sukses Gagalkan Pemyelundupan Ribuan Kaleng Miras Dari Malaysia

Sementara Intelijen AS juga menyatakan bahwa Pakistan melindungi kelompok militan Islam di wilayah perbatasannya – seperti apa yang diserukan oleh Presiden AS Donald Trump yang mengutuk Pakistan dalam pidatonya terkait strategi baru AS di Afghanistan baru-baru ini.

Posisi Pakistan belakangan ini semakin tertekan. Pada hari Selasa lalu, Menteri Keuangan Pakistan Miftah Ismail mengatakan kepada Reuters bahwa AS, Inggris, Prancis dan Jerman telah menambahkan Pakistan ke dalam daftar negara yang dipantau berkenaan gerakan militan teroris global yang membuat Islamabad semakin sulit untuk menerima pinjaman luar negeri. (Banyu)

Related Posts

1 of 12