Pakar: Peretasan Telkomsel Jadi Tanda Indonesia Butuh Badan Cyber

Peretasan Telkomsel Jadi Tanda Indonesia Butuh Badan Cyber. Foto Crop: Google Image

Peretasan Telkomsel Jadi Tanda Indonesia Butuh Badan Cyber. Foto Crop: Google Image

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Publik Indonesia kembali dikejutkan oleh aksi peretas (hacker) yang menyerang laman resmi (website) Telkomsel, sehingga website Telkomsel masih tidak bisa diakses. Terlihat pada halaman website Telkomsel tersebut peretas mengungkapkan kekecewaannya akan tarif internet Telkomsel yang mahal.

Pakar keamanan cyber, Pratama Persadha, mengungkapkan bahwa serangan pada website Telkomsel sejatinya bisa menyerang siapa saja. Namun Telkomsel sebagai salah satu perusahaan besar tanah air memang menjadi objek peretasan yang sangat menarik, apalagi sebagai perusahaan telekomunikasi.

“Peretasan pada web Telkomsel tentu menjadi sinyal serius bagi kita semua terutama pemerintah. Kemampuan meretas ini semakin lama semakin canggih dan cepat meluas. Tentu dibutuhkan langkah ekstra agar perusahaan dan infrastruktur lain di tanah air aman dari upaya peretasan lainnya,” ungkapnya seperti dikutip dari siaran resmi, Jakarta, Jum’at (28/4/2017).

Chairman lembaga riset keamanan cyber Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) itu mengatakan bahwa umumnya, deface atau mengubah tampilan pada objek peretasan ini hanya ingin menunjukkan eksistensi si peretas atau kelompoknya. Namun dalam kasus Telkomsel ini, peretas memilih tidak menyebutkan identitas mereka dan hanya memberikan semacam peringatan bagi Telkomsel untuk menurunkan tarif internet.

“Aspirasi yang disampaikan dengan cara meretas bisa saja akan banyak dilakukan dengan kejadian ini. Jadi motifnya tidak selalu ekonomi dan eksistensi,” ujar Pratama.

Menurut Pratama, jika dilihat apa yang dilakukan hacker, bahkan sampai sempat membuat self-signed certificate, terindikasi bahwa hacker tersebut kemungkinan besar tidak hanya berhasil melakukan defacing terhadap website Telkomsel, tetapi juga sudah mengambil alih server yang digunakan oleh website Telkomsel.

Hal ini, lanjut Pratama, terlihat juga dari respon pengelola website yang kurang cepat bertindak dalam menangani hal tersebut.

“Perusahaan sebesar Telkomsel seharusnya mampu merespon hal ini secara lebih cepat, minimal mengganti tampilan yang berhasil di-deface. Hal ini menunjukkan hacker benar-benar sudah masuk ke dalam sistem server. Secara lebih detail, bagaimana hacker masuk ke dalam sistem akan dapat terlihat setelah proses forensik,” katanya.

Pratama juga menjelaskan, ini bisa menjadi pelajaran bagi perusahaan besar dan instansi pemerintah bahwa sebenarnya website di masa kini menjadi semacam kantor online yang sangat penting. Jadi harus dipastikan dijaga, sering dicek apakah ada log file yang mencurigakan.

Pratama menuturkan, metode yang paling banyak digunakan adalah kombinasi injection, brute force login password,  sensitive information disclosure (root directory, php.info). Bahkan tidak tertutup kemungkinan ada keterlibatan pihak internal Telkomsel sendiri.

“Peristiwa semacam ini yang membuat Badan Cyber Nasional harus segera dibentuk oleh pemerintah. BCN ini bertugas memastikan dan membantu keamanan cyber infrastruktur penting, dan Telkomsel ini masuk dalam penyedia layanan komunikasi dan internet. Kalau sudah ada kejadian seperti ini jadi kita bingung siapa yang akan bertanggungjawab dan menyelesaikan,” ungkap mantan pejabat Lembaga Sandi Negara itu.

Pratama menambahkan, akan sangat sulit apabila perusahaan dan instansi pemerintah dibiarkan sendiri mengurusi dan membuat standar keamanan seperti apa yang harus dibuat untuk memperkuat sistem mereka. Di negara-negara lain, lembaga semacam BCN ini memastikan infrastruktur kritis berjalan aman dan ini juga jadi pertimbangan ekonomi para investor.

Pewarta: DM | Rudi Niwarta
Editor: Achmad Sulaiman

Exit mobile version