KhazanahRubrika

Pakar Linguistik Indonesia: Bahasa itu Ilmu yang Sangat Sulit Dipelajari

Pakar Linguistik Indonesia Prof Dr Rustono. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO/ Aqsara)
Pakar Linguistik Indonesia Prof Dr Rustono. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO/ Aqsara)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pakar linguistik Indonesia, Prof. Dr. Rustono menyatakan bahwa bahasa merupakan salah satu rumpun ilmu yang sulit dipelajari. Lantara sifatnya yang senantiasa berkembang, bahasa juga menjadi ilmu yang tidak akan pernah selesai untuk dipelajari.

“Bahasa itu ilmu yang sangat sulit dipelajari. Maka merupakan hal yang sangat luar biasa jika kita bisa menaklukkan bahasa itu sendiri,” kata Dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES) tersebut dalam paparannya dalam dialog pakar dengan tema “Pragmatik dalam Dinamika Sosiokultural di Era Revolusi Industri” di Aula BAU Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (17/7/2018).

Baca Juga:

Prof. Rustono juga mengatakan dalam mempelajari bahasa itu tiada ada batasnya. “Belajar tentang bahasa tidak pernah cukup dalam satu jenjang pendidikan,” katanya.

Pria kelahiran Brebes ini menyebutkan, di tengah maraknya pembuatan konten sebagai salah satu profesi di era modern ini, siapapun yang bekerja atau belajar dalam lingkup bahasa harus memahami secara cermat bahasa tersebut.

Baca Juga:  Ramadhan Berbagi, Pemdes Rombasan Santuni Anak Yatim dalam Peringatan Nuzulul Qur'an

“Menjadi pelaku dalam disiplin bahasa juga tidak hanya melulu membutuhkan pemahaman dari sisi konteks. Di sisi lain, juga harus dipahami dalam kaidah tata bahasanya,” jelas pria kelahiran Brebes tersebut.

Pria yang akrab disapa Prof Rus ini mencontohkan kesalahan penggunaan istilah yang sering digunakan. Istilah yang dimaksud mulai dari acara tingkat nasional hingga masjid di desa-desa. “Ada satu ungkapan yang kesalahannya mulai tingkat nasional hingga wilayah desa yakni pada ungkapan ‘ampunilah dosa-dosa kami’,” kata Pembantu Rektor Bidang Akademik UNNES ini.

Menurut Prof Rus, pada ungkapan tersebut berarti yang diampuni oleh Tuhan itu manusia sebagai individu atau manusia atas dosa-dosa yang telah diperbuat. Dalam hal ini bukan dosa-dosa manusia sehingga ungkapan tersebut menjadi lebih tepat jika “ampunilah aku atas dosa-dosa yang telah aku perbuat”.

“Jika kita telaah kembali, maka ungkapan yang benar adalah ‘ampunilah aku atas dosa-dosa yang telah aku perbuat’,” kata penulis buku Pokok-pokok Pragmatik ini.

Baca Juga:  PMP DIY Gelar Tasyakuran Atas Kemenangan Prabowo-Gibran Satu Putaran

Selain membahas beberapa istilah yang kurang tepat, penulis buku Pokok-pokok Pragmatik ini juga mengajak seluruh akademisi untuk benar-benar menyadari penggunaan bahasa yang benar. Ia pun menegasakan, menggunakan bahasa sesuai dengan tata bahasa, tidak akan menjadikan komunikasi terasa kaku. “Hal ini justru akan menghindari kesalahpahaman,” tegas Prof Rus.

Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,140