Ekonomi

Pakar Ekonomi Sebut Kelas Menengah Pemicu Inti Kelesuan Ekonomi Indonesia

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pakar Ekonomi Sebut Kelas Menengah Pemicu Inti Kelesuan Ekonomi Indonesia. Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyatakan, penurunan daya beli berbagai sektor memang bukan hanya disebabkan oleh melemahnya daya beli, apalagi oleh golongan berpendapatan bawah yang memang daya belinya lemah.

“Penyebab yang lebih penting adalah lantaran golongan kelas menengah menahan belanjanya (delayed purchase),” kata Faisal dalam pesan singkat berantainya, Sabtu, 29 Juli 2017.

Faisal juga menilai bahwa penurunan penjualan di banyak sektor memang bukan hanya disebabkan oleh melemahnya daya beli, apalagi oleh golongan berpendapatan bawah yang memang daya belinya lemah. Penyebab yang lebih penting adalah lantaran golongan kelas menengah menahan belanjanya (delayed purchase).

“Buktinya, kalau kita melihat data pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di perbankan selama 9 bulan terakhir sebenarnya meningkat,” ujarnya.

Namun, kata dia, peningkatan DPK ini terjadi pada simpanan jangka panjang (deposito) dan giro, sebaliknya DPK dalam bentuk tabungan jangka pendek melambat.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Terima Kunjungan Tim Ekonomi di Perbatasan Sabah

“Artinya, mereka yang menyimpan uang bank cenderung untuk semakin membatasi belanjanya dalam waktu dekat,” jelas Faisal.

Dia menunjukkan betapa pertumbuhan DPK dalam valuta asing dalam 9 bulan terakhir juga jauh lebih cepat daripada dalam Rupiah.

“Ini terjadi sejalan dengan perbaikan ekonomi dunia dan peningkatan harga sejumlah komoditas andalan Indonesia yang mendorong aktivitas ekspor-impor dalam 9 bulan terakhir,” imbuh dia..

Sayangnya, kata dia, peningkatan pendapatan tersebut tidak lantas ditransmisikan ke konsumsi di dalam negeri.

“Mengapa? Salah satu alasannya adalah berkurangnya optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Hasil survey Bank Indonesia di bulan Juni menunjukkan kembali melemahnya indeks ekspektasi dan kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi dan daya beli selama 6 bulan ke depan, meskipun sempat menguat di awal tahun,” jelas dia lagi.

Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 3