ArtikelTerbaru

Oksigen Langka dan Super Mahal, Tanam Pohon adalah Solusi

NUSANTARANEWS.CO – Oksigen merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Tanpanya, apalah manusia? Zat berharga ini diberikan secara gratis dan cuma-cuma.

Berapa jumlah kebutuhan manusia akan oksigen? Jawabannya tak bisa hitung secara pasti. Namun yang jelas kebutuhan oksigen manusia sangat banyak. Dan dikonsumsi secara mudah dan gratis.

Lantaran memperolehnya secara mudah, sayang kemudian banyak orang lalai dan menganggap zat istimewa itu kurang “berharga”. Bahkan hanya untuk sebait ucapan ‘terima kasih kepada Tuhan’ saat menghirupnya, manusia abai. Seakan ucapan ‘terima kasih’ hanya khusus diperuntukan kepada manusia yang telah berbuat baik kepada kita. Sementara kepada Tuhan yang Maha Baik dan Maha Pemurah yang memberikan kita oksigen secara gratis tanpa pamrih demi sebuah kehidupan, justru kita pelit.

Mentang-mentang dapat gratisan oksigen, manusia menjadi lupa bersyukur. Itulah tabiat  manusia yang mudah larut dengan kenikmatan dunia. Lupa dengan asal usulnya. Tuhan adalah Sutradara sekaligus Tokoh sentral yang ikut bermain secara aktif dan intensif dalam panggung kehidupan manusia.

Tanpa melibatkan Sang Tokoh sentral itu, manusia akan berperan sesuka hati tanpa arah tujuan yang pasti dan mudah terseret arus nafsu dunia. Dalam sejarah Mesir Kuno tercatat Firaun sebagai raja yang mempunyai kekuasaan tak terbatas. Ia pongah mengaku dirinya tuhan sang tokoh sentral yang pantas disembah.

Firaun dengan kekuasaan besarnya memerintahkan kaumnya untuk membangun bangunan piramida-piramida raksasa sebagai tempat suci untuk memuja dirinya. Pembangunan piramida-piramida itu membutuhkan batu-batu raksasa dan banyak kayu untuk proses konstruksi bangunan. Mengakibatkan kerusakan lingkungan yang hebat.

Kerusakan Ulah Firaun-Firaun Kecil

Baca Juga:  Suasana Lebaran Berkilau di Pantai Lombang: Pertunjukan Seni dan Festival Layangan LED Menyambut Diaspora Sumenep

Di zaman modern ini, banyak manusia yang berlomba bernafsu ingin berperan menjadi Firaun-Firaun kecil supaya menjadi tokoh sentral, dipuja sesama manusia dengan membangun rumah-rumah megah, gedung tinggi lengkap dengan mobil mewah. Itulah simbol kesuksesan dunia yang dikejar manusia.

Jika Firaun senior di zaman kuno saja telah mampu membuat kerusakan lingkungan, apalagi firaun-firaun junior di zaman modern ini yang jauh lebih serakah. Dengan peralatan mesin canggihnya, manusia dengan massif dan sistematis mengeruk tambang mineral bumi dan menebangi hutan tanpa terkendali.

Tuhan sebagai Tokoh sentral dilupakan peran-Nya. Padahal meski sering diabaikan manusia, Tuhan tetap terus bermain sebagai pengendali permainan yang maha hebat. Manusia yang lepas kendali dari permainan Tuhan diingatkan melalui berbagai fenemona alam sebagai teguran peringatan.

Penebangan hutan, pencemaran air, tanah dan udara semuanya menghasilkan polusi yang berbahaya buat kesehatan manusia. Polusi air sungai dan tanah menyebabkan kualitas air minum manusia memburuk dan mengancam kesehatan manusia. Air bersih layak konsumsi yang dahulunya murah, mudah didapat dan gratis, namun di zaman ini menjadi mahal.

Pun demikian dengan Polusi udara yang penuh karbondioksida dan miskin oksigen telah menyebabkan napas manusia tidak sehat dan mengganggu organ vital paru-paru. Ketika manusia sakit, baru merasakan betapa berharganya oksigen. Setelah harus bernapas menggunakan tabung oksigen yang mahal di rumah sakit.

Bahkan dalam kondisi normal tidak sakit namun juga kurang sehat akibat tercemar polusi udara yang buruk penuh asap kendaraan, warga di kota Beijing dan Shanghai di China sampai terpaksa harus menggunakan oksigen dalam kemasan seharga USD 20 atau sekitar Rp 260.000 sebotol hanya sekedar untuk tarikan napas 150 kali seperti dilansir dari media online Nusantaranews.co.

Untuk 150 kali tarikan napas membutuhkan biaya Rp. 260.000. Bisa dibayangkan bila dalam sehari manusia menarik napas 2592.000 kali karena manusia setiap detik harus bernapas, berapa uang yang dibutuhkan manusia untuk membeli oksigen kemasan?

Baca Juga:  Ketum Gernas GNPP Prabowo Gibran, Anton Charliyan berbaur dalam Acara Kampanye Akbar di GBK Senayan

Sesuatu akan menjadi berharga jika susah didapat dan langka. Demikian pula oksigen yang menjadi berharga super mahal daripada sebelumnya yang gratis karena mudah didapat. Tak hanya di Cina, di negara-negara industri lainnya yang udaranya kotor sesak penuh polusi  akibat hutan gundul tak bisa  menyerap racun karbonioksida dan menghasilkan oksigen yang sehat dan segar.

Mendorong Kesadaran Tanam Pohon

Hutan Indonesia yang konon dianggap sebagai paru-paru dunia kini semakin gundul akibat penebangan brutal oleh industri. Kota-kota besar di Indonesia sudah sangat pengap dengan polusi asap kendaraan bermotor meski belum separah Beijing dan Shanghai, namun sudah semakin mendekati titik itu.

Sebelum oksigen sehat semakin langka dan oksigen kemasan menjadi tren yang bodoh, tak ada cara lain selain terus menumbuhkan kesadaran tentang betapa pentingnya pohon dan hutan sebagai penghasil oksigen dan juga pencegah banjir serta longsor. Kampanye gerakan menanam pohon secara nasional harus terus didengungkan secara konsisten bukan sekedar musiman yang bernuansa kepentingan politik.

Kesadaran menanam pohon harus menjadi kebutuhan pokok setiap warga negara seperti kebutuhan makan dan minum bahkan lebih dpenting dari itu yaitu bernapas. Jika disetiap halaman rumah penduduk ada tanaman pohon keras maka itu akan membantu menyumbang oksigen meski masih jauh dari memadai, untuk itu dibutuhkan lahan yang lebih luas yang bisa dijadikan hutan kecil yang bisa dijadikan paru-paru kota.

Baca Juga:  Wabub Nunukan Resmikan Resort D'Putri Pulau Sebatik

Lahan-lahan kosong luas yang tidak produktif lagi seharusnya tidak diperbolehkan ditanami hutan beton perumahan tapi ditanami pohon keras yang mudah tumbuh. Ada beberapa pohon keras yang mudah tumbuh di Indonesia di antaranya pohon Sengon yang pernah sempat jadi tren tanaman hutan rakyat yang hasil kayunya bisa diolah untuk keperluan industri. Namun kelemahan pohon sengon adalah mudah kena hama.

Sebagai solusinya adalah pohon Jabon yang mudah tumbuh dan dirawat karena anti hama. Salah satu perusahaan yang giat melakukan gerakan kampanye penghijauan menanam pohon Jabon adalah I-GIST yang bekerja sama dengan para petani plasmanya yang menguntungkan kedua belah pihak.

Dengan semakin banyaknya masyarakat yang berpartisipasi dalam penanaman pohon Jabon bersama I-GIST tentu hal itu akan menciptakan semakin banyak hutan-hutan kecil yang tersebar diberbagai daerah sehingga berkontribusi signifikan untuk menghasilkan oksigen yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Setelah pohon Jabon itu tumbuh tinggi besar yang bisa mencapai 25 meter dalam waktu 5-6 tahun, maka bisa ditebang dan kayunya bisa dipergunakan untuk berbagai keperluan industri. Istimewanya, setelah ditebang, pohon Jabon itu akan dengan mudah tumbuh kembali.

Dengan menanam pohon Jabon, selain menghasilkan oksigen untuk manusia bernapas lega juga melegakan penghasilan rakyat banyak. Dan Tuhan pun akan lega tersenyum.

Penulis: Dudung WS
Editor: Romandhon

Related Posts