Ekonomi

Nyaris Separuh Pebisnis di Ekosistem Alibaba Adalah Perempuan

Jack Ma, salah satu pendiri dan Executive Chairman Alibaba Group, dalam peluncuran Studi Louhan Academy “Digital Technology and Inclusive Growth” di Davos. (FOTO: Istimewa)
Jack Ma, salah satu pendiri dan Executive Chairman Alibaba Group, dalam peluncuran Studi Louhan Academy “Digital Technology and Inclusive Growth” di Davos. (FOTO: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Hangzhou – Ketika semangat untuk membuka akses ekonomi yang inklusf tengah dikampanyekan, Alibaba telah menunjukkan komitmennya untuk lebih banyak memberdayakan perempuan melalui teknologi.

Di Hari Perempuan Sedunia kemarin, Jumat, 8 Maret 2019, Alibaba Group merilis data tentang bagaimana kehadiran e-commerce telah membuka kesempatan ekonomi yang lebih inklusif bagi pengusaha perempuan.

Data Alibaba Group tahun 2018 menunjukkan 3 hal menarik:

Pertama, Hampir setengah pengusaha yang berbisnis di ekosistem Alibaba Group adalah perempuan: Terdapat 1,38 juta pengusaha perempuan yang tergabung dalam ekosistem Alibaba, atau 49,25% dari total seluruh pengusaha yang berbisnis di ekosistem Alibaba Group. Dari jumlah total pengusaha perempuan tersebut, sebanyak 54,53% adalah para perempuan muda berusia 22-23 tahun.

Disebutkan, para pengusaha perempuan bahkan mendominasi marketplace AliExpress dibandingkan rekan pengusaha pria, yaitu sebesar 53,67%. Faktanya, di awal pendirian Taobao tahun 2003, 60% gerai online dimiliki pengusaha perempuan. Mulai tahun 2005, proporsinya semakin berimbang antara pria dan wanita, namun pengusaha perempuan masih mendominasi kepemilikan gerai online di sektor apparel, kosmetik dan perawatan bayi.

Kedua, Kehadiran platform e-commerce juga telah memberdayakan kaum perempuan di wilayah pedesaan, baik dari sisi penjual maupun pembeli.

Baca Juga:  Hotipah Keluarga Miskin Desa Guluk-guluk Tak Pernah Mendapatkan Bantuan dari Pemerintah

Pengusaha perempuan di wilayah pedesaan yang berjualan di ekosistem Alibaba Group berhasil membukukan penjualan sebesar RMB 13,2 miliar. Disamping itu, Konsumen perempuan di pedesaan terpencil/miskin juga  tercatat membeli produk senilai RMB 30,3 miliar dari ekosistem Alibaba Group.

Ketiga, para pengusaha perempuan di ekosistem Alibaba memiliki kepedulian kepada sesama: Sebagai contoh, pemilik gerai online perempuan di Taobao – salah satu marketplace Alibaba – bahkan mendonasikan RMB73,6 juta melalui inisiatif penjualan untuk amal “Goods for Good”, dimana sebagian dari keuntungan didonasikan untuk kegiatan kemanusiaan.

Data dari Alibaba Group ini senada dengan hasil studi Luohan Academy berjudul “Digital Technology and Inclusive Growth” (“Teknologi Digital dan Pertumbuhan Inklusif”) bahwa sekitar setengah dari pemilik usaha online di Tiongkok adalah perempuan, lebih dari jumlah pengusaha perempuan yang menjalani bisnis konvensional di negara ini.

Laporan dari lembaga riset yang diinisiasi Jack Ma, pendiri dan Executive Chairman Alibaba Group, ini juga menyimpulkan bahwa teknologi digital bisa membuka lebih banyak kesempatan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif secara merata – termasuk bagi pengusaha perempuan, penyandang disabilitas dan mereka yang berlokasi di wilayah terpencil – dengan cara yang tidak dimungkinkan sebelumnya, antara lain.

Baca Juga:  Pengangguran Terbuka di Sumenep Merosot, Kepemimpinan Bupati Fauzi Wongsojudo Berbuah Sukses

Beberapa temuan dalam studi Louhan Academy ini antara lain:

  • Teknologi digital, seperti platform e-commerce, memudahkan masyarakat untuk memulai bisnis, menjangkau konsumen, dan mendapatkan akses permodalan dengan lebih cepat dan mudah tanpa hambatan faktor jarak dan waktu, dengan biaya dan cara yang efisien.
  • Inovasi di teknologi digital menurunkan ambang batas keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan teknologi,sebab tanpa pendidikan formal khusus, keterampilan penggunaan teknologi dapat dipelajari secara otodidak. Contohnya, warga di desa-desa binaan program Taobao (proyek Alibaba untuk membina warga desa) yang tidak memiliki pendidikan tingkat lanjutan tetap bisa berjualan melalui e-commerce, serta menerima pendapatan dua kali lipat lebih besar dari pedagang konvensional.
  • Meski tidak mensyaratkan pendidikan formal khusus, secara bersamaan, penggunaan teknologi dapat meningkatkan tingkat pendidikan dan keterampilan penggunanya. Karenanya, kehadiran teknologi digital mampu menciptakan ekosistem ekonomi dan sosial yang terintegrasi untuk pertumbuhan yang inklusif, termasuk para perempuan.

Kisah Lan Lin, Dari Desa untuk Perempuan di Desa

Baca Juga:  Layak Dikaji Ulang, Kenaikan HPP GKP Masih Menjepit Petani di Jawa Timur
La Lin - Pengusaha dari Desas Ma Shan. (FOTO; Istimewa)
La Lin – Pengusaha dari Desas Ma Shan. (FOTO; Istimewa)

Lan Lin, perempuan yang mengelola usaha kerajinan sulaman bordir beremerk Zhang Meifang dari Desa Desa Ma Shan, adalah salah satu pengusaha perempuan di ekosistem Alibaba yang inspiratif.

Tak hanya berhasil menjalankan usaha yang diwariskan turun-temurun dari 5 generasi pendahulunya, Lan Lin giat memberdayakan perempuan di Desa Ma Shan dan sekitarnya. Lebih dari 2.000 perempuan telah mengikuti pelatihan sulam bordir secara gratis. Bahkan ratusan orang diantaranya telah lama bekerja di pabriknya.

Misinya adalah meningkatkan pendapatan keluarga dan mengentaskan kemiskinan.

Kami tinggal di wilayah yang miskin, sehingga perempuan terutama kaum ibu harus bekerja cukup jauh dari desa, sementara anak-anak sangat sengsara di rumah, bahkan makan masakan panas saja susah. Saya berharap, apa yang saya lakukan saat ini bisa membantu para perempuan yang miskin dan memberikan mereka pekerjaan yang juga tidak jauh dari rumah,” ujar Lan Lin. (red/nn)

Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,150