EkonomiPolitik

Nilai Tukar Rupiah Rp 15 Ribu Dinilai Berpotensi Kuat Membuat Jokowi Kalah di Pilpres 2019

prabowo subianto, joko widodo, tarung ulang, tahun politik, sandi jokowi, strategi jokowi, strategi prabowo, pencapresa 2019, pilpres 2019, politik demokrasi, pasangan capres, dramaturgi politik, politik nasional, nusantaranews
ILUSTRASI – Pilpres 2019: Prabowo Subianto-Sandiaga Solahuddin Uno vs Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, JakartaNilai tukar rupiah pada perdagangan, Selasa (2/10/2018) siang melewati level Rp 15.000 per USD. Ini kali pertama rupiah terperosok ke level tersebut pasca kritis moneter dua dekade silam.

Data pasar spot Bloomberg menunjukkan rupiah diperdagangkan pada level Rp 15.025 per dollar AS. Sementara data perdagangan Reuters menunjukkan rupiah terus mengalami pelemahan sejak pembukaan perdagangan pada Selasa (2/10) pagi.

Menjelang perhelatan pesta demokrasi tahun 2019, kondisi rupiah terus memburuk. Ini menjadi presen buruk bagi Joko Widodo yang kembali maju sebagai calon presiden. Apalagi pada kampanye Pilpres 2014 silam dirinya berjanji akan menurunkan rupiah menjadi Rp 10.000 per USD.

Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara era Presiden Gus Dur, Ryaas Rasyid menuturkan jika sampai hari H Pemilu nilai tukar rupiah Rp 15.000 per USD atau lebih, maka kenyataan pahit ini akan sangat mempengaruhi pemilih untuk menentukan pilihannya. Jokowi, kata dia, bisa kalah karena itu.

Baca Juga:  Tiga Kader PMII Layak Menduduki Posisi Pimpinan DPRD Sumenep

“Jika sampai hari H Pemilu, nilai dollar Rp 15.000 atau lebih, maka Jokowi akan dikalahkan oleh dollar, bukan oleh Prabowo,” kata Prof Ryaas dikutip dari keterangan tertulis, Jakarta, Selasa (2/10/2018).

Menurut Ryaas, secara formal dukungan ormas besar seperti Muhammadiyah dan NU tidak bisa diharapkan untuk memenangkan pasangan capres. Karena situasi domestik yang terjadi gamblingnya sangat tinggi. Jokowi memang sudah menguasai 20 persen pemilih loyal yang tidak akan berubah pilihannya.

“Artinya bom atom meledakpun tidak akan berpindah lagi itu, itu jumlah yang besar, luar biasa,” ujarnya. Tapi bagi pemilih rasional, faktor domestik ini bisa membuat Jokowi ditinggalkan pada pilpres mendatang.

“Pasti kalah. Kenapa? Karena menurunnya nilai rupiah itu sekaligus memukul daya beli kita dalam pasar internasional, tidak mungkin kita hidup dari domestik. Dan di situlah kita hancur,” tegasnya.

“Saya tiga bulan lalu bertemu dengan teman teman saya di Singapura dan orang-orang perbankan. Mereka cerita sama saya, Pak Ryaas itu rupiah tidak mungkin menguat selama neraca perdagangan anda defisit. Tidak mungkin karena anda butuh dollar terus kalau anda butuh dollar terus anda harus beli dollar terus. Kalau Anda beli terus harga naik,” tuturnya.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Menurutnya, pemerintah perlu segera memperbaiki neraca perdagangan. “Dan itu tidak bisa dilakukan kalau ekspor tidak ada. Karena dolar akan masuk kalau ada ekspor. Khayalan aja itu bilang rupiah akan menguat,” ucapnya.

Pewarta: Gendon Wibisono
Editor: Banyu Asqalani

Related Posts

1 of 3,169