Ngaji Rutin Cara Densus 26 Terus Tangkal Radikalisme

Ngaji Rutin Cara Densus 26 Terus Tangkal Radikalisme. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO/Fath)
Ngaji Rutin Cara Densus 26 Terus Tangkal Radikalisme. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO/Fath)

NUSANTARANEWS.CO, Sumenep – Puasa Ramadhan 1439 Hijriyah kali ini tak menyurutkan gairah anak muda di Kabupaten Sumenep patah semangat untuk mengaji dan mengkaji amaliyah-amaliyah Nahdlatul Ulama. Komunitas yang tergabung dalam Densus 26 (Pendidikan Khusus Dai Ahlussunah wal Jamaah 1929) Koordinantor Wilayah Madura istiqomah menggelar kajian kitab Almuqtathofat Li Ahlil Bidayat karangan KH. Marzuki Mustamar.

Pengajian yang digelar saban Jum’at sore ini menarik minat kalangan muda untuk memperdalam dalil-dalil amaliyah-amaliyah ahlussunnah wal jamaah.

Baca Juga:

Menurut Korwil Madura Densus 26, Nur Faizin MA, pengajian ini sebagai bentuk kepedulian kaum muda NU di Madura dalam merawat dan membumikan amalan-amalan Islam khas ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah. Apalagi di bulan Ramadhan ini perlu digiatkan kegiatan-kegiatan positif yang dapat menambah ketebalan iman dan kecintaan pada NKRI.

“Pengajian ini sudah berjalan setahun. Alhamdulillah, kita masih konsisten. Ini hanya bagian dari itikad kami memahami amalan-amalan NU dan berusaha membagikan dampak positif ke masyarakat. Sekaligus juga benteng bagi warga NU agar terhindar dari hasutan kelompok lain. Tak hanya itu, melalui pengajian yang digelar setiap Jumat selama puasa ini menjadi pondasi dalam merawat ke-Indoensiaan,” ungkap Jen, sapaan akrab Nur Faizin pada Jumat (26/5).

Jen juga menambahkan bahwa melalui pengajian semacam ini dapat menjadi pondasi kalangan milenial dalam menangkal paham radikal yang belakangan marak diperbincangkan. Kelompok-kelompok radikal yang kerap membuat ulah dengan tindakan kekerasan dan bom bunuh diri dianggap Jen sebagai ketidaktahuan mereka pada nilai-nilai Islam yang toleran dan penuh cinta damai.

Sementara itu Kiai Abdul Wasid, selaku pembina Densus 26 Korwil Madura menambahkan bahwa kegiatan rutin ini juga sebagai upaya merawat nalar harakah an-nahdliyah.

“Kita mengaji kitab almuqtathofat agar kita ber-amaliyah ada dasarnya. Ada hikmahnya. Ada dalilnya. Kenapa Kiai mengobati orang sakit pakai ayat Alquran dengan perantara air dan semacamnya misalnyam, karena sahabat Nabi pernah melakukan dan ditahsiskan oleh Rasulullah. Di dalam Alquran sendiri juga mengandung obat. Kita orang awam tidak perlu tahu dalilnya, maka kita harus tahu. Sehingga orang awam dan golongan Wahabi mengetahui bahwa perbuatan kita ada dalilnya,” ungkap Kiai Wasid. (fath/red)

Editor: Achmad S.

Exit mobile version