Ekonomi

Negara Miskin Diminta Hati-Hati Soal Rasio Utang Mereka

Potret Negara Miskin (Ilustrasi Istimewa)
Potret Negara Miskin (Ilustrasi Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dalam empat tahun terakhir tren negatif, utang sejumlah negara miskin atau negara dengan penghasilan rendah terus meningkat. Dari 30 persen naik menjadi 50 persen. Untuk itu Bank Dunia meminta negara bersangkutan untuk berhati-hati.

Dalam catatannya bertajuk Global Economic Prospect, Bank Dunia merilis bahwa negara negara miskin harus bekerja ekstra lebih keras dalam meningkatkan pendapatan dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka. Supaya mereka bisa bertahan sekedar untuk menutupi bayar bunga utang itu sendiri.

Memang, saat ini lanjut Bank Dunia, sejumlah negara berpenghasilan rendah banyak mendapatkan akses baru dalam memenuhi sumber-sumber keuangan mereka. Termasuk sumber keuangan dari, swasta dan beberapa negara kreditor lainnya.

Namun hal itu menurut Bank Dunia dinilai belum cukup untuk mengatasi masalah bagi sejumlah negara-negara miskin. Sekalipun dana dana segar itu digunakan untuk pembangunan insfrastruktur ekonomi. Sebaliknya sumber sumber pendanaan itu justru memicu hutangnya meningkat.

“Dengan kondisi tersebut, di tengah ketatnya upaya mencari pembiayaan, negara-negara tersebut dapat mengalami aliran modal asing keluar secara tiba-tiba dan harus berjuang untuk membiayai kembali utangnya,” tulis Bank Dunia dalam dikutip Selasa (22/1/2019).

Baca Juga:  DPRD Nunukan Berharap Semenisasi di Perbatasan Dapat Memangkas Keterisolasian

Idealnya, menurut Bank Dunia, utang publik harus berkelanjutan dan dibayar dengan biaya yang wajar. Bank Dunia pun menyarankan negara-negara tersebut untuk memperkuat manajemen utang dan transparan, serta mengurangi kemungkinan utang dengan biaya mahal.

Bank Dunia juga menyarankan negara-negara berpenghasilan rendah untuk mendukung perkembangan sektor keuangan dan mengurangi volatilitas makroekonomi.

Saat ini, Bank Dunia mengelompokkan negara dalam kategori berpenghasilan rendah jika pendapatan per kapitanya berada US$1.045 atau di bawahnya. Sedangkan Indonesia dengan pendapatan per kapita tahun lalu sebesar US$3.876 per dolar AS masuk dalam kelompok negara berpendapatan menengah bawah.

Editor: Romadhon

Related Posts

1 of 3,052