Khazanah

Narasi Simbolik Gugontuhan Jawa

NUSANTARANEWS.CO – Budaya telah mengatur kehidupan manusia dengan caranya masing-masing. Dirkursus budaya tidak hanya selesai pada sektor seni dan adat istiadat. Lebih dari itu, perilaku dan cara berpikir pun merupakan bagian integral kebudayaan.

Mengutip ilmuan antropologi dunia, Kluckhohn memiliki definisi tersendiri terkait budaya. Di mana budaya disebut sebagai cara berpikir, merasa dan meyakini. Lantas bagaimana jika dikaitkan dengan budaya masyarakat Jawa?

Sebagai suatu kelompok (bangsa), tentu saja masyarakat Jawa mempunyai aturan rigit mengenai perilaku kebudayaannya. Hal ini didasarkan pada praktik kebudayaan dalam membangun rumah.

Ada banyak hal yang bisa digali dari corak berpikir masyarakat Jawa. Sebuah cara berpikir terkait masalah tata ruang. Bagaimana orang-orang Jawa dahulu mampu melahirkan term-term penting dalam membangun tempat tinggalnya.

Term-term ini menjadi landasan berpijak dalam setiap aktifitas kehidupan sehari-hari. Meskipun dalam mekanismenya, term-term ini selalu dikait-kaitkan dengan hal-hal yang bersifat magic. Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat Jawa mengarifi warisan adhiluhungnya melalui berbagai dogma sakral.

Lewat sebuah term yang biasa dikenal dengan istilah mitos (gugontuhan), masyarakat Jawa menyisipkan teguran melalui ungkapan-ungkapan simbolik yang sarat akan pesan moral. Sebuah teguran agar anak-cucu tidak melakukan tindakan yang sudah jadi pantangan. Dengan kata lain, sebuah nilai-nilai adat dibungkus melalui stetmen yang bersifat dogmatis penuh muatan magis.

Hampir semua pamali (gugontuhan) Jawa selalu diawali dengan kata perintah ‘ojo’ yang artinya ‘jangan’. Hal ini menandakan bahwa pantangan tersebut sebagai peringatan agar jangan dilanggar. Jika pantangan tersebut dilanggar, maka si pelanggar akan mendapatkan risiko. Demikianlah yang dipercayai oleh masyarakat Jawa.

Salah satu keunggulan masyarakat Jawa adalah memperluas pengetahuannya dengan menggunakan ilmu titen. Suatu ilmu untuk mengetahui next occurance melalui bahasa binatang atau geliat alam. Selanjutnya ilmu titen ini menjadi sumber lahirnya pamali dan mitos di lingkaran masyarakat tersebut. (Romandhon)

Related Posts

1 of 420