Puisi Merantau ke Aku
kamar kelabu berdebu. beberapa kaleng jus jeruk
yang pahit (anyir di mulutmu jikalau meminum
seraya mencari alasan kepergian). derit ranjang
ingin menjadi retih, seperti “apa” yang di dalam
api. berita buram muncul di layar televisi (ledakan
inovasi andai kau menggantung lehermu di
antenanya). satire terjebak di dalam buku cerita
anak-anak: catatan-catatanku dibakar oleh
aparat keamanan, oleh sebab itu kemarin
aku menyuruh kau menelan pintu kamar
kelabuku—tapi kau menolak secara manis.
(Denpasar, 2016)
Baca: Hujan yang Paling Sederhana
Nama di Hadapan Ketelanjangan
telanjang yang aku adalah sebatang
sigaret di pucuk balkon.
di hadapan ketelanjangan
bara, kata-kata dari sudut bibir
kota membangun
sebuah apartemen. sebuah apartemen
menghablurkan kata-kata sifat
di sepanjang
jalan cikini raya.
taksi-taksi dan bajaj-bajaj mengantarkan
para penumpang ke benak
para pengemis.
orang-orang dan pikiran-pikiran
berlalu-lalang membelah
persimpangan
puisi.
di hadapan cermin, namaku menyesap
keriuhan jakarta pusat, lalu mengolahnya
jadi sebotol arak,
selinting kenikmatan.
dan, tiga hari kemudian:
telanjang yang aku adalah sepucuk pistol
di hadapan pelipis kata-kata
manis.
(Denpasar, 2016)
Simak:
- Kekasih yang Kera, Racun Belukar Malam
- Malaikat yang Mengetuk Pintu
- Kau yang Bercerita Peluru di Benakku
- Para Pemeran Sejarah, Sang Nakhoda dan Teka-Tekinya
- Tes Masuk IKJ dan Persinggahan Data-data
- U, Jangan Bersepeda di Sana
Kau-Ku
kau raung di igaku
kau ruang pada igauku
kau karat di benakku
kau kerat pada leherku
kau pisau di lambungku
kau risau pada mataku
kau sulang di pestaku
kau silang pada pilihku
kau tulang di berdiriku
kau tualang pada sajak-sajakku
(Denpasar, 2016)
Surya Gemilang, lahir di Denpasar, 21 Maret 1998. Antologi cerpen tunggal pertamanya berjudul Mengejar Bintang Jatuh (2015). Tulisan-tulisannya yang lain dapat dijumpai di lebih dari delapan antologi bersama dan sejumlah media massa. Publikasi puisi-puisi Surya Gemilang di nusantaranews.co minggu ini adalah “Kekasih yang Kera“, “Hari Ini Bukan di Denpasar“, “Pan Kasim, Dongengi Aku“, “Pun Sajak Bisa Merambat“, “Racun Belukar Malam“, “Sajak Pedang“, dan “Serat“.
Baca Juga:
- 5 Puisi Cinta Paling Menggairahkan Karya Rendra buat Sunarti
- Merinding, Ini Puisi-Puisi Kematian Karya Penyair Indonesia
- Enam Puisi Natal Penebar Damai di Bumi
Simak di sini: Puisi Indonesia
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.