Nama di Hadapan Ketelanjangan – Puisi Surya Gemilang

Untitled (Body Language) c.1973 Arnulf Rainer born 1929 Purchased 1982 | tate.org.uk

Untitled (Body Language) c.1973 Arnulf Rainer born 1929 Purchased 1982 | tate.org.uk

Puisi Merantau ke Aku

kamar kelabu berdebu. beberapa kaleng jus jeruk
yang pahit (anyir di mulutmu jikalau meminum
seraya mencari alasan kepergian). derit ranjang
ingin menjadi retih, seperti “apa” yang di dalam
api. berita buram muncul di layar televisi (ledakan
inovasi andai kau menggantung lehermu di
antenanya). satire terjebak di dalam buku cerita
anak-anak: catatan-catatanku dibakar oleh
aparat keamanan, oleh sebab itu kemarin
aku menyuruh kau menelan pintu kamar
kelabuku—tapi kau menolak secara manis.

(Denpasar, 2016)

Baca: Hujan yang Paling Sederhana

Nama di Hadapan Ketelanjangan

telanjang yang aku adalah sebatang
sigaret di pucuk balkon.

di hadapan ketelanjangan
bara, kata-kata dari sudut bibir
kota membangun
sebuah apartemen. sebuah apartemen
menghablurkan kata-kata sifat
di sepanjang
jalan cikini raya.

taksi-taksi dan bajaj-bajaj mengantarkan
para penumpang ke benak
para pengemis.
orang-orang dan pikiran-pikiran
berlalu-lalang membelah
persimpangan
puisi.

di hadapan cermin, namaku menyesap
keriuhan jakarta pusat, lalu mengolahnya
jadi sebotol arak,
selinting kenikmatan.

dan, tiga hari kemudian:

telanjang yang aku adalah sepucuk pistol
di hadapan pelipis kata-kata
manis.

(Denpasar, 2016)

Simak:

Kau-Ku

kau raung di igaku
kau ruang pada igauku

kau karat di benakku
kau kerat pada leherku

kau pisau di lambungku
kau risau pada mataku

kau sulang di pestaku
kau silang pada pilihku

kau tulang di berdiriku
kau tualang pada sajak-sajakku

(Denpasar, 2016)

Surya Gemilang, lahir di Denpasar, 21 Maret 1998. Antologi cerpen tunggal pertamanya berjudul Mengejar Bintang Jatuh (2015). Tulisan-­tulisannya yang lain dapat dijumpai di lebih dari delapan antologi bersama dan sejumlah media massa. Publikasi puisi-puisi Surya Gemilang di nusantaranews.co minggu ini adalah “Kekasih yang Kera“, “Hari Ini Bukan di Denpasar“, “Pan Kasim, Dongengi Aku“,  “Pun Sajak Bisa Merambat“,  “Racun Belukar Malam“, “Sajak Pedang“, dan “Serat“.

Baca Juga:

Simak di sini: Puisi Indonesia

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.

Exit mobile version