Rubrika

Musuh Bangsa Indonesia Bukan Lagi Penjajah Belanda dan Otoritarianisme Pemerintah

musuh bangsa indonesia, penjajah belanda, otoritarianisme pemerintah, nusantaranews
Temu DEMA dan SEMA PTKIN Se-Indonesia di PIONIR IX Malang, Kamis (18/7). (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, MalangMusuh bangsa Indonesia dinilai bukan lagi penjajah Belanda dan otoritarianisme pemerintah, tetapi saat ini lebih komplek karena ada variabel pendungkung yang dulu belum ada di antaranya muncul media sosial, kemajuan teknologi informasi dan persoalan dinamika dunia global.

Demikian dikatakan Safriansyah Kasubdit Sarana Prasarana dan Kemahasiswaan mewakili Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama di hadapan Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dan Senat Mahasiswa (SEMA), pada Kamis (18/7) di Auditorium Lantai 5 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Alumni UIN Sunan Kalijaga ini menambahkan bahwa dirinya bangga hati berdiri di antara orang-orang terpilih dan hebat. “Karena kalian kelompok minoritas yang bisa mengenyam pendidikan tinggi,” katanya.

“Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Tinggi kita baru 34% dari 100 orang yang berusia kuliah. Artinya hanya 34 orang saja yang berkesempatan menempuh pendidikan tinggi per 100 orang. Semenara hanya 4% saja yang berkesempatan di PTKIN,” katanya.

Baca Juga:  Maya Rumantir Terima SHIELD of First Excellence dari Konsorsium Firsts Union dan PPWI

Safri menuturkan pertemuan kali ini bukan secara spontan terjadi, untuk melibatkan Ormawa secara kelembagaan dalam event PIONIR.
“Menurut saya Forum ini adalah untuk pertama kalinya terjadi, karenanya digagas untuk membicarakan gagasan dan ide-ide besar tentang tantangan generasi 4.0, moderasi beragama, menjadi muslim Indonesia di era millenial dan tantangan ormawa di era kekinin,” katanya.

Temu SEMA dan DEMA diselenggarakan sebagai rangkaian dari Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PINIR) IX 2019 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

“Kita ingin para Pimpinan Organisasi Kemahasiswaan Tertinggi PTKIN dapat menggunakan pertemuan ini untuk mendiskusikan berbagai persoalan bangsa dan tantangan kekinian,” kata Ruchman Basori Kasi Kemahasiswaan yang juga menjadi narasumber.

Ruchman mempersilahkan kepada para Pimpinan Ormawa PTKIN untuk mengkritisi dan mengkaji soal regulasi kemahasiswaan dalam hal ini SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor: 4961 tentang Ormawa Tahun 2016 dan Nomor 4962 tentang Pengenalan Buaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Tahun 2016.

Baca Juga:  Sering Dikeluhkan Masyarakat, Golkar Minta Tambahan Sekolah SMA Baru di Surabaya

Sementara itu, Waryono, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Kerjasama dan Alumni meminta agar pertemuan ini bisa mengagendakan membahas rencana strategis pengembangan kemahasiswaan yang bisa diwujudkan dalam road map program kemahasiswaan.

“Kita berharap ditangan anda Ormawa menjada lembaga yang lebih visioner dan menjawab masalah-masalah global,” kata Wakil rektor III UIN Suka Yogyakarta ini.

Selanjutnya, Silvia Abdi Pratama, Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Malang mengatakan forum ini sangat penting dan stratagis untuk membahas berbagai persoalan kemahasiswaan. Karenanya akan diberikan kesempatan selama dua hari 18-19 Juli 2019.

“Kita juga mengagendakan pembentukan Forum atau Aliansi SEMA dan SEMA PTKIN se-Indonesia sebagai wadah aspirasi dan komunikasi mahasiswa UIN, IAIN dan STAIN se-Indonesia,” terang Silvi. (rb)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,049