NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ketika dicabutnya legalitas Hizbut Tahrir Indonesia atas tuduhan anti Pancasila dan anti NKRI, telah menimbulkan resah dikalangan umat Islam itu sendiri. Sebab selama ini, HTI konsen juga mengurusi dan mengingatkan umat Islam tentang kekejaman non-muslim terhadap muslim, semisal Gaza dan Rohingya.
Alhasil, aksi-aksi pembelaan umat Islam terhadap Muslim Rohingya nyaris tak ada, semenjak kembali merebaknya genosida ummat islam di Myanmar. Bahkan, Presiden Joko Widodo, belum jua ambil suara meskipun itu hanya sebuah kecaman.
Dengan rekayasa isu mengerikan, yaitu tuduhan anti Pancasila dan anti NKRI, itulah seakan-akan mengingatkan kepada saya pribadi, bahwa muslim Rohingya dan muslim Gaza pun tak mengakui Pancasila. Lantas, kelak surga milik Allah SWT itu akan menjadi milik muslim Indonesia, tunggal! Sebab HTI saja yang mati-matian membela isu transnasional terutama penyudutan terhadap umat Islam pun dianggap anti Pancasila.
Padahal prinsip kebangsaan kita bukanlah nasionalisme sempit. Artinya, kalau memang benar Pancasilais, maka Indonesia harusnya terlibat aktif dalam upaya kemerdekaan dan perdamaian di berbagai negeri, termasuk hal ini di Rohingya dan Gaza.
Sebab sekali lagi, vonis anti-kbhinekaan yang membuat HTI dan sejumlah ormas Islam lainnya, justru menyiratkan bahwa pelaku pembuat opini itu, justru yang tidak bhineka. Sebab, mereka berupaya mewujudkan “Indonesiasi” dengan mengutamakan urusan Nusantara dan acuh terhadap pembumi-hangusan suku bangsa dan agama tertentu. Dan ini bisa jadi mengarah pikiran sejenis ala Komunis di Uni Sovyet, Fasisme ala Italia dan Hitler ala Jerman.
Jadi, sekali lagi, seluruh dunia muslim adalah penghuni “Neraka” dan berhak dijatuhi sebagai musuh rakyat Indonesia, karena basis mereka tak berdiri bersama Pancasila, meskipun mereka menganut Islam sebagai ideologi kehidupan mereka.
*Rizqi Awal penulis adalah Ketua Eksekutif Komunitas Politik Pembebasan.