Budaya / SeniKhazanah

Muslim Eropa Meningkat, Jaya Suprana: Itu Hanya Perubahan Peta Demografik

“Kebetulan agama Nasrani sedang mengalami masa pasca kematangan sementara Islam sedang mengalami masa pertumbuhan.”

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Lembaga penelitian Pew Research Center dalam rilisnya yang dikutip Daily Mail pernah menyebutkan bahwa kelak pada tahun 2070, Islam akan menjadi agama terbesar di dunia.

Ini menyusul hasil penelitian dari lembaga riset yang bermarkas Washingtong DC tersebut, yang mengatakan pada tahun 2100, sekitar satu persen lebih penduduk dunia yang tadinya memeluk Kristen akan beralih menjadi seorang muslim.

Tanda-tanda itu sudah mulai dirasakan di Inggris tempatnya di London. Saat muncul istilah Londonistan dimana dikawasan kota London telah berdiri banyak masjid. Berdasarkan hasil konsensu penduduk London yang beragama Islam semakin meningkat.

Menurut pemerhati sosial sekaligus pimpinan Muri, Jaya Suprana fenomena itu ia anggap hanya sekadar ekspresi perubahan peta demografik keagamaan di Inggris. Dimana kebetulan agama Nasrani sedang mengalami masa pasca kematangan sementara Islam sedang mengalami masa pertumbuhan.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Dirinya membantah bahwa, kemerosotan jumlah umat Kristen bukan akibat pertumbuhan Islam. Pasalnya dirinya berbagi cerita saat ia masih belajar kemudian mengajar di Jerman tahun 70an abad XX, umat Islam setempat, kata Jaya Suprana masih dalam jumlah sangat terbatas.

“Saya pribadi sudah menyaksikan bagaimana jumlah umat Kristen yang rajin ke gereja terus menerus merosot,” ungkap Jaya Suprana dalam sebuah ulasannya.

Baca:
Tahun 2070 Islam Jadi Agama Terbesar Dunia, India Geser Indonesia
Eropa Berbondong-Bondong Masuk Islam
Ibnu Burdah Beberkan Tantangan Berat Muslim Eropa

Menurutnya, jumlah warga yang secara adminisratif ke luar dari agama Kristen makin banyak akibat keberatan membayar pajak gereja yang secara legal wajib dipotongkan langsung dari salaris bulanan. Terutama generasi muda Jerman pada masa itu, lanjut dia sudah mulai menganggap agama Kristen sudah tidak relevan akibat tidak sesuai dengan perkembangan zaman.

“Maka dapat disimpulkan bahwa apa yang disebut sebagai Islamophobia sebenarnya hanya suatu penyakit jenis khayal yang sengaja direkayasa oleh mereka yang merasa kepentingannya terancam akibat tumbuhnya jumlah umat Islam,” sambung dia.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Sehingga meski pun pada kenyataan mayoritas pelaku kekerasan terorisme di bumi Amerika Serikat sebenarnya bukan Muslim, namun Donald Trump dan para pendukungnya, kata Jaya Suprana sengaja membiasakan diri untuk menggunakan istilah teroris Islam radikal.

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 2