Budaya / SeniKhazanah

Museum Islam Indonesia dan Memori Kolektif Masyarakat

Presiden Joko Widodo sambutan dan meresmikan Museum Islam Indonesia Hasyim Asy'ari. (FOTO: Istimewa)
Presiden Joko Widodo sambutan dan meresmikan Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari. (FOTO: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jombang – Museum Islam Indonesia Hasyim Asyari di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Selasa (18/12/2018) kemarin. Museum Islam Indonesia ini dinyakan menghadirkan sejarah pergerakan Islam di Indonesia dengan visi masa depan.

Ketua Tim Penyusun Alur Kisah Museum Islam Indonesia Bondan Kanumoyoso mengungkapkan bahwa dalam penyusunan alur kisah museum terdapat penekanan pada memori kolektif masyarakat.

Baca: Museum Islam Indonesia Diresmikan Presiden, Mendikbud: Generasi Muda Harus Paham Sejarah

Proses penyusunan Museum Islam Indonesia, jelas Bondan, kurang lebih memakan waktu 3 tahun dengan kolaborasi berbagai ahli dan lembaga. Salah satu pesan yang ingin disampaikan kepada publik adalah proses islamisasi di berbagai wilayah nusantara ditempuh melalui jalur kebudayaan. “Bahwa Islam secara perlahan masuk ke dalam kehidupan masyarakat nusantara melalui budaya, bukan politik,” kata Bondan.

“Proses Islamisasi di Indonesia dan umat Islam di Indonesia menjunjung semangat kebersamaan dan toleransi,” imbuh pengajar Ilmu Sejarah Universitas Indonesia ini.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Bondan juga menyampaikan, Museum Islam Indonesia menawarkan koleksi dari berbagai wilayah di Indonesia. Dengan proses penyiapan selama lebih dari tiga tahun, museum ini menargetkan audiens yang beragam. Selain visual, museum akan menawarkan bebunyian, bahkan aroma. Secara umum, alur kisah museum yang terletak di pesantren Tebuireng ini terbagi menjadi tiga.

“Yang pertama, jaringan Islam Nusantara. Yang kedua, bagaimana Islam di Indonesia berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain. Dan yang terakhir di lantai atas, perkembangan Islam di era kontemporer,” jelas Bondan.

Di awal peluncurannya, Museum Islam Indonesia didukung oleh Museum Nasional, Perpustakaan Nasional, Museum Sono Budoyo, Museum Bait Quran, Museum Tekstil, dan Museum Balaputradewa, serta Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Museum dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto.

Sementara itu, pimpinan pesantren Tebuireng Jombang Salahudin Wahid (Gus Solah) menyampaikan pentingnya Museum Islam Indonesia sebagai tempat mencari referensi tentang Islam di tanah air. Dan bahwa umat Islam di Indonesia menerima Pancasila sebagai dasar negara.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

“Sekarang kita harus memberikan informasi pada masyarakat, supaya masyarakat paham bahwa negara kita perpaduan keindonesiaan dan keislaman sebagai bentuk dalam budaya, dalam hukum. Banyak sekali hukum kita (Islam) yang masuk undang-undang kita,” tutur Gus Solah.

Cucu pendiri Nahdatul Ulama ini melaporkan bahwa museum yang berdiri di atas lahan seluas 4,9 hektare tersebut dibangun dengan menggunakan anggaran pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bentuk penghormatan kepada ulama yang berjasa bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Haya Suprabana

Related Posts

1 of 3,148