Budaya / SeniKhazanah

Munggahan, Cara Masyarakat Sunda Sambut Bulan Puasa

Tradisi Munggahan
Foto ini diambil pada acara tradisi Munggahan tangga 05 Juli 2013 lalu di Bandung/Foto via yayasanfithrahinsanibandung

NUSANTARANEWS.CO – Masyarakat tanah Pasundan atau orang Sunda menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan tradisi Munggahan. “Munggahan” berasal dari kata munggah, yang artinya naik. Tradisi ini selain sebagai cara untuk lebih mendekatkan diri dengan Sang Khaliq juga sebagai ungkapan rasa syukur.

Selain mengadakan makan dan do’a bersama, tradisi ini juga merupakan sebuah sarana dalam mempertahankan nilai toleransi, tenggang rasa, saling menghormati dan menjaga keharmonisan antar sesama.

Baca Juga:

Munggahan biasanya digelar sehari sebelum puasa. Dalam tradisi ini diantaranya melakukan makan bersama dengan keluarga, kerabat dan tetangga yang tujuannya untuk menyambung silaturahmi, serta sarana menjaga keharmonisan dan kedekatan yang ada di antara anggota keluarga.

Munggahan ada yang resmi dengan melakukan ritual seperti ziarah kubur di makam orang tua atau saudara, bisa juga ziarah di makam para wali atau syekh, juga ulama yang turut menyebarkan agama Islam di suatu daerah.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Secara umum tradisi ini memang dilakoni oleh Masyarakat Sunda. Namun sebagai informasi, tradisi ini memiliki bentuk pelaksanaan yang berbeda-beda dari kota yang satu dengan kota lainnyta di Jawa Barat. Perbedaan yang ada semasa sekali tidak mengurangi makna dan tujuan dari tadisi ini. Sebab pada prinsipnya, tradisi ini tetap memiliki kesamaan yakni berkumpulnya anggota keluarga untuk bersilaturahmi, berdoa bersama, dan makan sahur bersama.

Istilah munggahan juga sering disebut dengan istilah “botram” dengan keluarga, sanak saudara, kerabat dekat, dan tetangga di pegunungan, sawah, dan bukit-bukit. Bahkan ada pula yang mengunjungi tempat wisata dengan keluarga atau mengadakan acara resmi keagamaan.

Tradisi munggahan atau unggahan ini dilestarikan oleh masyarakat Sunda karena memiliki hubungan erat dengan keutamaan bulan Sa’ban. Sebagaimana diketahui keutamaan bulan Say’ban merupakan bulan yang mulia dimana secara agama diyakini, Tuhan sedang membuka beberapa pintu langit dan beberapa pintu rahmat serta mengangkat amal baik hambanya.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Kendati demikian, seiring berjalannya waktu, tradisi ini pelan-pelan mulai terkikis. Untuk itu, guna melestarikan dan mewariskan suatu tradisi yang wajib dilakukan oleh segenap anak bangsa, sangat penting tetap menjalankan tradisi seperti Munggahan di Sunda ini.

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial menyampaikan, pegawai di lingkungan Sekretaris Jenderal ESDM ini tak pernah absen mengadakan tradisi Munggahan setiap tahunnya. Selain sebagai ucapan syukur, tradisi ini juga dilakukan sebagai ajang silaturahmi ratusan pegawai di lingkungan Kementerian ESDM.

“Dengan datangnya bulan Suci Ramadhan diharapkan semua pegawai mampu mengambil hikmah dan memberi banyak kebaikan kepada sesamanya. Diharapkan juga, Bulan Ramadhan dapat meningkatkan produktifitas pegawai karena dengan kerja yang didasari dengan keikhlasan di Bulan Ramadhan akan diganjar pahala berkali-kali lipat,” ujar Ego Syahrial saat membuka acara Munggahan, di Kantor Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (15/5/2018).

“Kita sucikan hati kita, luruskan niat segala amal perbuatan kita untuk pengabdian kepada-Nya. Dan semoga bisa meningkatkan prestasi kerja yang hakekatnya meningkatkan prestasi ibadah kita,” lanjut Ego.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Diakhir sambutannya, Ego menjelaskan, pada acara Munggahan diisi dengan doa bersama dan ceramah agama yang dipimpin ustadz Mazlam Salim. Pegawai juga diajak bersalam-salaman saling memaafkan dengan pegawai lainnya.

“Dalam dunia kerja pasti ada saja kekhilafan dosa yang telah dilakukan. Untuk itu, dengan adanya acara ini, mudah-mudahan seluruh dosa itu dapat luntur, sehingga dapat menjalankan ibadah selama Ramadhan nanti dengan khusyuk,” tutupnya.

Di hari yang sama, Persib juga menggelar munggahan dengan makan bersama nasi tumpeng di Jalan Kebaktian, Bandung. Manager Persib Umuh Muchtar menuturkan, tradisi munggahan ini untuk mempererat silaturahmi dan kebersamaan tim yang saat ini sedang berjuang di Liga 1 2018.

“Kami menggelar acara munggahan ini, selain bersilaturahmi juga sekaligus memanjatkan rasa syukur. Alhamdulillah semua pemain hadir, hanya pelatih dan Fernando Soler yang berhalangan hadir. Mudah-mudahan kami semua diberi yang terbaik. Terlebih untuk keselamatan. Ke depan kami saling membersihkan diri dan mensucikan diri,” ucap Umuh.

Pewarta: Achmad S.
Editor: M. Yahya Suprabana

Related Posts

1 of 3,140