Budaya / SeniKhazanahKreativitas

Muktamar Sastra, Menag: Jadikan Sebagai Titik Tolak Kebangkitan Sastra Pesantren

Menag Lukman Hakim Saifuddin di acara Muktamar Sastra 2018 di Pondok Pesantren Salfiyah Syafi'iyah Situbondo, Rabu (18/12/2018). (FOTO: Istimewa)
Menag Lukman Hakim Saifuddin di acara Muktamar Sastra 2018 di Pondok Pesantren Salfiyah Syafi’iyah Situbondo, Rabu (18/12/2018). (FOTO: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Situbondo – Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin berharap perhelatan Muktamar Sastra 2018 bisa dijadikan sebagai titik tolak kebangkitan sastra pesantren. Pasalnya, dalam membicarakan kebudayaan Indonesia tidak dapat mengesampingkan sastra, khususnya sastra pesantren.

“Jadikanlah Muktamar Sastra ini sebagai titik tolak kebangkitan sastra pesantren. Mari manfaatkan momentum ini untuk melakukan refleksi, apakah kini sastra pesantren sudah mendapatkan tempat yang layak dalam sejarah kesusasteraan Indonesia?,” harap Menag dalam pidato pembukaan yang disampaikan dalam Muktamar di Pondok Pesantren Salfiyah Syafi’iyah Situbondo, Rabu (18/12/2018).

Baca: Menteri Agama Ungkap Tiga Alasan Muktamar Sastra 2018 Penting Digelar

Menurut pandangan Menag, sebenarnya sudah banyak sastrawan handal Indonesia yang lantang menyuarakan muatan sastra pesantren. Ada beberapa nama yang bisa disebut, antara lain: Abdul Hadi WM, K.H. Mustofa Bisri, K.H. D. Zawawi Imron, Emha Ainun Najib, Ahmad Tohari, Acep Zamzam Noor, hingga Jamal D. Rahman.

Ada juga Habiburrahman el-Shirazy yang novelnya naik ke layar lebar, Aguk Irawan MNK yang memasukkan unsur sastra dalam penulisan biografi kaum pesantren, dan Abidah el-Khaliqi yang mewakili suara santri perempuan.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

“Akan tetapi, sudahkah sastra pesantren Nusantara bersama tokoh-tokoh besarnya itu turut mewarnai corak baru kehidupan digital generasi milenial saat ini? Seberapa dekat kita dengan mereka? Bagaimana sastra pesantren merespon kecenderungan konservatisme beragama?,” tanya Menag.

Lebih lanjut Menag berharap, Muktamar Sastra yang mengusung tema “Menggali Kenusantaraan Membangun Kebangsaan” dapat benar-benar menghidupkan kembali etos dunia sastra dalam persoalan-persoalan kebangsaan kekinian.

Sekadar diketahui, Muktamar Sastra yang pertama dalam seharah sastra Indonesia akan berlangsung hingga hari ini, Kamis, 20 Desember 2018. Muktamar didesain dalam sidang pleno dan diskusi panel. Gus Mus dijadwalkan akan menyampaikan pidato kebudayaan dengan tajuk “Santri, Sastra, dan Peradaban”.

Sub tema yang akan dibahas hingga hari ini, antara lain: Sejarah Kasusastraan Pesantren, serta Pergumulan Kasusastraan di Indonesia. Akan diputar dan didiskusikan juga film Da’wah dan Jalan Da’wah Pesantren.

Sejumlah tokoh dijadwalkan hadir dalam Muktamar Sastra, antara lain: KH R Achmad Azaim Ibrahimy, KH D Zawawi Imron, KH Mutawakkil Alallah dan Emha Ainun Nadjib.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,155