Budaya / SeniKhazanahKolomSpiritual

Muhasabah Kebangsaan: Universalitas Bahasa Keindahan (II)

Catatan perjalanan Islam Nusantara ke Eropa Bersama Ki Ageng Ganjur

Sesampai di kantor KJRI Hamburg rombongan sangsung melakukan check sound. Selain Ki Ageng Ganjur pada pertunjukan ini akan tampil juga grup musik dan tari dari teman-teman Indonesia yang ada di Hamburg. Karena setting dan channeling alat sudah dilaksanakan sehari sebelumnya pelaksanaan check sound bisa dilakukan secara cepat.

Menjelang jam 6 sore para tamu undangan mulai berdatangan. Mereka adalah para diplomat negara sahabat, akademisi, seniman, mahasiswa dan orang-orang Indonesia yang di Jerman. Tepat pukul 6.30 sore acara pagelaran Ki Ageng Ganjur dimulai. Dibuka dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an yang dibawakan oleh Mell Shandy, dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sambutan dari Konsulat Jendral RI di Hamburg Bapak Bambang Susanto.

Dalam sambutannya bpk. Konjen menyatakan bahwa missi kebudayaan dengan tema Islam Nusantara yang dibawa oleh Ki Ageng Ganjur (KAG) ini sangat penting. Lewat misi ini Islam yang damai, toleran dan anti kekerasan bisa diwujudkan. Selain itu dengan missi ini keragaman budaya Indonesia juga bisa ditampilkan. Menurut Bapak Konjen grup KAG yang pendiriannya diprakarsai oleh Gus Dur dan dipimpin oleh Dr. Ngatawi Al-Zastrouw telah melakukan dakwah Islam melalui seni budaya dengan mengeksplorasi spirit religiusitas. KAG juga mengkolaborasikan musik tradisional etnik dengan modern sebagai cermin merawat keberagaman dan toleransi sebagai bagian dari spirit keislaman.

Baca Juga:  Pemdes Jaddung dan Masyarakat Gelar Istighosah Tolak Bala Penyakit, untuk Desa Lebih Baik

Para pengunjung nulai terpana saat KAG membuka pagelaran dengan komposisi instrumental Oriental Jazz yang dilanjutkan dengan shalawat Nariyyah. Pada lagu kedua, Gejilak Ekspresi, yang bernuansa etnik padang melayu dan jazz para penonton sudah hanyut dalam buaian nada dan irama. Saat lagu ketiga, Padang Bulan, beberapa penonton sudah mulai gerak-gerak di tempat mengikuti irama. Bahkan ada yang langsung turun ke melantai. Semua penonton hanyut dan tertegun saat Ganjur memainkan midley lagu-lagu Nusantara dari Aceh sampai Papua. Dan suasana menjadi heboh saat Mell Sahndy tampil membawakan shalawat Ya Badratim dengan aransemen rock dan dilanjutkan dengan lagu Imagine dari John Lennon.

Setelah penampilan Mell Shandy, Ganjur break untuk menampilkan grup musik dan tari persembahan dari masyarakat Indonesia yang di Jerman. Penampilan selingan ini juga mendapat apresiasi dan sambutan yang baik dari para penonton.

Penampilan Ganjur pada sesi ke dua semakin membahana. Dimulai dengan tembang Lir Ilir dengan aransemen etnik Bali dan Jawa dipadu dengan jazz dan gregorian. Berikutnya lagu Wind of Change dan Cinta Hampa yang bernuansa melayu. Suasana makin meriah ketika Bapak Konjen menyumbangkan suaranya dengan membawakan lagu Pertemuan dalam irama Bossanova. Saat Mell Shandy tampil membawakan lagu Ya Rasulallah, seorang musisi dari Syria ikut tampil membawakan lagu tersebut. Suasana kembali pecah ketika Mell Shandy membawakan lagu Bento. Para undangan, termasuk para diplomat dan pejabat ikut berteriak dan turun bergoyang. Setelah lagu Bento acara ditutup dengan pembacaan doa oleh Dr. Zastrouw.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Alhmadulillah…. semua pengunjung merasa puas atas penampilan KAG. Mereka terkesan atas komposisi musik yang eksploratif dan pluralistik. Mereka tidak henti-hentinya merekam dan memotret setiap lagu yang dibawakan. Selain itu mereja juga memberikan komentar positif atas penampilan KAG malam itu.

Misalnya Ibu Tanja Heuer, koordinator pendidikan & budaya untuk pengungsi di badan Stadtkultur e. V. sebagai proyek dari senat kota Hamburg yang menyatakan “Terima kasih banyak atas undangannya. Saya senang melihat budaya Indonesia yang beragam. Saya ingin musik Indonesia bisa berinteraksi lebih banyak dengan musik arab dari Syria, misalnya.”

Mohammad dan Samer, musisi dari Syria mebyatakan: “Grup musik KAG berhasil memadukan musik tradisional, pop/rock, bahkan musik Arab dengan pesan religi. Kami akan coba aransemen seperti ini untuk grup musik kami.”

Hani Zyada, musisi dari pusat kultur Hamburg Bergedrof: “Senang acara budaya Indonesia yang beragam, tapi ada unsur Muslim dari tata acara di awal dan akhir. Saya merasa damai dan nyaman. Tidak merasa dibedakan. Saya sekarang belajar lagu-lagu Indonesia. Suasana dan irama lagu sangat menyenangkan, membuat hati gembira.”

Sedangkan Prof Jan van der Putten, Head of Austronesian Studies Univ. Hamburg menyatakan “Musik Ganjur sangat unik, hanya saja masih terlalu kental nuansa Arabnya,” dan Karen Stadtlander, Presiden of DIG Hamburg (German Indonesian Association in Hamburg) berkomentar bahwa ini merupakan pertunjukan yang menarik. Kita bisa berdialog dan berinteraksi secara terbuka melalui musik.

Baca Juga:  Tradisi Resik Makam: Masyarakat Sumenep Jaga Kebersihan dan Hikmah Spiritual Menyambut Ramadan

Melihat respon penonton dan wajah-wajah ceria yang puas menikmati pagelaran KAG kami merasa bahagia. Hilang seluruh capai dan suntuk. Kami merasa hutang kami menikmati keindahan kota Hamburg di hari itu terbayarkan. Dan saat itu kami melihat kembali universalitas dari bahasa keindahan. Meski tak faham bahasanya dan tak tahu syairnya tapi keindahan akan mampu menembus rasa tanpa sekat dan batas.

Kami layak mengucapkan terima kasih pada Konsulat Jendral RI di Hamburg, Bapak Bambang Susanto beserta jajarannya: bu Dewi, mas Yudi, pak Marsy dan lain-lain. yang sudah memfasilitasi acara ini. Pengurus PCI NU Jerman; Gus Oding, mas Wahyu dan Istri, mas Angga, mas Boby yang sudah mempersiapkan acr ini dengan baik. Juga teman2 di Hamburg; mas Muller, mbak Ida dan lain-lain. yang sudah full support event ini hingga bisa terlaksana dengan sukses. Terima kasih semua atas kebaikan dan kerjasamanya. Bis spater. Ich danke Ihner!

Oleh: Al-Zastrouw (Zastrouw Al Ngatawi), penulis merupakan budayawan Indonesia. Pernah menjadi ajudan pribadi Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid. Juga mantan Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU periode 2004-2009

Related Posts

1 of 795