Budaya / SeniKhazanahKolomPolitik

Muhasabah Kebangsaan: Universalitas Bahasa Keindahan (I)

Catatan perjalanan Islam Nusantara ke Eropa Bersama Ki Ageng Ganjur

Pagi hari, setelah sarapan rombongan berangkat jalan-jalan keliling kota Hamburg. Perjalanan ini dipandu mas Muller dan mbak Ida yang sudah hapal seluk beluk kota Hamburg dengan didampingi pengurus PCI NU Hamburg: Gus Oding, Mas Wahyu dan Istri (Mbak Isma) serta Mas Angga.

Dari wisma KJRI Hamburg perjalanan langsung menuju Port of Hamburg. Pelabuhan terbesar kedua di Eropa ini terletak di sungai Elbe yang berada di tengah kota Hamburg. Meski menjadi pelabuhan tersibuk di dunia yang memproses 9 juta kontainer setiap tahun, namun sama sekali tidak kehilangan nuansa estetis. Bahkan menjadi obyek wisata yang sangat menarik.

Deretan bangunan antik dan estetik yang sarat dengan nilai historis dengan taman-taman indah berjajar di sepanjang tepian pelabuhan. Kapal-kapal dagang yang besar berseliweran berbagi jalur dengan kapal wisata mengantar para wisatawan menyusuri indahnya sungai Elbe yang bersih dan kapal penumpang yang membawa penumpang untuk menyeberang atau menuju tempat kerja.

Tak ada hiruk pikuk dan kesemrawutan di pelabuhan yang sudah berusia sekitar 8 abad ini. Rombongan Ganjur sempat naik kapal penumpang menjelajahi dua pos pelebuhan hingga akhirnya turun di depan gedung pertunjukan ElbPhilharmonie.

Turun dari kapal, rombongan Ganjur langsung menuju ke Elbphilharmonie, gedung konser kontemporer tercanggih di dunia yang baru dibuka awal tahun 20017. Gedung dengan arsitektur berbentuk gelombang ini berada tepat di pinggir sungai berhadap-hadapan dengan pelabuhan. Beruntung rombongan bisa ke dalam gedung. Begitu masuk melalui eskalator tinggi yang melengkung, mata kita akan langsung menatap pelabuhan Hamburg dengan kapal-kapal dan latar bangunan yang unik. Puas menatap pelabuhan, pengunjung diarahkan naik tangga yang ada di sebelah kiri.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Akan Perjuangkan 334 Pokir Dalam SIPD 2025

Begitu menginjak tangga terakhir, di sebelah kanan mata kita akan langsung bertemu dengan pelabuhan Hamburg dengan view yang lbh luas karena berada dalam posisi yang lebih tinggi. Di sisi kiri, kita akan melihat studio mini untuk latihan musik. Beberapa alat musik elektrik dan perkusi ada di studio ini lengkap dengan sound system dan mixer. Menurut mas Muller di studio itu ada juga seperangkat gemelan dari Indonesia.

Sayangnya kami tidak bisa mencoba memainkan karena bukan waktu latihan. Di depan studio mini ada pintu yang mengantarkan pengunjung ke sisi lain dari gedung Elbphilharmonie. Dari sisi ini pengunjung bisa melihat jantung kota Hamburg dengan bangunan-bangunan tua yang unik dengan menara-menara gereja yang tinggi menjulang.

Dengan menutar ke kanan, mengelilingi setengah gedung Elbphilharmonie ini kita akan melihan suasana kota hingga bertemu dengan pemandangan pelabuhan Hamburg di sisi lain. Dari situ ada pintu masuk yang langsung melihat tangga menuju teather tempat pertunjukan konser. Di sebelah kanan ada Klerner Saal, teater kecil dengan kapasitas 500an tempat duduk. Di sebelah kiri ada teather besar Grooder Saal dengan kapasitas lebih dari 1000 tempat duduk. Pintu teater hanya dibuka pada saat ada pertunjukan saja.

Puas mengelilingi studio rombongan bergerak ke stasiun untuk naik kereta menuju gedung Balaikota Hamburg (Rathaus). Sebelum sampai di Rathaus, kita bisa nelihat keindahan gereja St. Michaelis Church, gereja paling terkenal di Hamburg yang dibangun tahun 1786. Gereja ini nemiliki tower setinggi 132 meter. Dari tower gereja ini akan terlihat pemandagan kota Hamburg dari segala sudut.

Baca Juga:  Raih 19.627 Suara, Nia Kurnia Fauzi Siap Jaga Amanah Rakyat

Gedung pemerintahan Hamburg yang dibangun tahun 1897 ini sangat artistik. Bernuansa klasik dengan ornamen patung dan ukiran khas abad pertengahan. Di depan gedung ada pelataran yang cukup luas (semacam alun-alun) tempat masyarakat berkumpul menikmati suasana kota Hamburg. Pelataran ini mirip dengan yang ada di kota tua Jakarta. Gedung Rahaus terbuka untuk umum, siapa saja boleh masuk melihat ruang sidang, ruang jamuan, perpustakaan dan lain-lain. Semua ruangan ini tertara rapi, bersih dan indah. Di halaman gedung Rathaouse, rombongan Ganjur sempat mengambil beberapa sequent gambar untuk video klip.

Setelah menikmati keindahan gedung Rathaus, rombongan berjalan kaki menuju danau Binnenalster, danau buatan yang berada sekitar 200 meter dari Rarhaus. Danau ini dibuat dengan membendung suangai Alster. Di sini kita bisa duduk santai di pinggir sambil menikmati danau dengan airnya yang jernih, burung belibis yang berenang bebas serta perahu wisata yang hilir mudik. Suasana yang cerah dengan udara yang sejuk membuat danau Binnenalster semakin indah dinikmati.

Tak begitu lama kami bisa menikmati keindahan danau buatan yg ada di tengah kota Hamburg ini, karena harus meneruskan perjalanan ke kampus Universitas Hamburg untuk melihat program studi Asia dan bertemu dengan mahasiswa studi Indonesia di universitas tersebut. Diperlukan waktu sekitar 10 menit naik bus untuk sampai ke kampus dari danau Binnebalster.

Baca Juga:  Bukan Emil Dardak, Sarmuji Beber Kader Internal Layak Digandeng Khofifah di Pilgub

Sampai di kampus kami disambut oleh mbak Yanti, perempuan asal Tasik yang menjadi dosen studi Indonesia di universitas Hamburg. Kami diperkenalkan denganDr. Jan van der Putten, seorang profesor dari Belanda yang pernah tinggal di Indonesia untuk meneliti sastra melayu yang juga mengajar di universitas Hamburg. Setelah itu kami bertemu dengan beberapa mahasiswa yang sedang study bahasa dan budaya Indonesia. Kami berdiskusi dan tukar informasi. Kebetukan duantara mereka akan ada yang tugas kuliah di UGM Yogya selama satu semester.

Tak banyak waktu kami diskusi karena harus segera kembali ke KJRI Hamburg untuk check sound dan persiapan konser yang akan kami lakukan nanti malam. Pada jam 3.15 sore itu kami meninggalkan universitas Hamburg menuju kantor KJRI, tentunya setelah foto-foto.

Hampir seharian kami menikmati keindahan kota Haburg yang eksotik. Dan keindahan tak kenal batas dan sekat. Inilah universalitas keindahan, siapapun orangnya, apapun agama dan status sosialnya, asal masih memiliki keoekaan rasa, akan bisa mebikmati keindahan, dari manapun datangnya. Setelah menikmati keindahan, malam nanti kami akan persembahkan keindahan dalam bentuk lain sebagai balasan atas keindahan kota Hamburg yang telah kami nikmati. Das is vricklich gutaussenhen, bleib dran.

Oleh: Al-Zastrouw (Zastrouw Al Ngatawi), penulis merupakan budayawan Indonesia. Pernah menjadi ajudan pribadi Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid. Juga mantan Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU periode 2004-2009

Related Posts

1 of 795