NusantaraNews.co, Yogyalarta – Indonesia dalam gelaran SEA Games di Malaysia 2017 berjalan lancar. Kendati perolehan peringkat ke-5 dalam pesta olahraga yang melibatkan Negara Asia Tenggara tersebut Indonesia hanya mampu menyabet 191 medali dengan rincian; 38 emas, 63 perak dan 90 perunggu. Perolehan ini mendapatkan respon dari banyak pihak, termasuk dari berbagai kalangan pemuda.
MOEDA Institute misalnya, sebagai Lembaga Kepemudaan yang getol memberdayakan pemuda baik dalam ranah pelatihan atau diksusi,mengambil sikap bahwa dalam SEA Games kali ini semua elemen harus mulai bebenah diri.
Pasalnya, selama ini hanya Imam Nahrawi sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga yang menjadi sorotan publik dan dianggap pihak yang paling bertanggung jawab atas gagalnya kontingen Indonesia memenuhi target di ajang SEA Games Kuala Lumpur 2017 tersebut.
“MOEDA Institute menilai bahwa kegagalan memenuhi target pada SEA Games 2017 bukan kesalahan Menpora. Bagaimanapun, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan seluruh cabang olahraga yang ada di Indonesia perlu dievaluasi kaitannya dalam pembinaan cabang olahraga,” terang Abdul Rahman Wahid salah satu pengurus MOEDA Institute saat dihubungi Minggu malam (03/092017).
Bagi MOEDA Institute, kegagalan ini menjadi tanggung jawab bersama. Semua pihak terkait perlu bergandengan tangan untuk meningkatkan prestasi olahraga Indonesia ke depan.
Ada beberapa hal penting dan perlu segera dievalusi secara menyeluruh sehubungan dengan kegagalan di SEA Games 2017. Pertama, kata dia, infrastruktur. Ke depan, infrastruktur olahraga harus terpenuhi. Jangan sampai ada kabar atlet kita tidak memiliki tempat untuk berlatih. Bagaimanapun, fasilitas-fasilitas olahraga yang memadai dan memenuhi standar akan menciptakan altet-atlet profesional yang nantinya menorehkan prestasi untuk Indonesia.
“Kedua, pembinaan usia muda. Ini menjadi suatu yang urgen dalam setiap cabang olahraga. Pembinaan pada usia muda menentukan sejauhmana prestasi olahraga Indonesia bisa berprestasi. Karenanya, pembinaan usia muda harus benar-benar diawasi, mulai dari KONI propinsi, kabupaten dan kota. Pengawasan pembinaan usia muda harus menyentuh seluruh cabang olahraga yang ada,” jelas pemuda yang akrab dipanggil Wahid ini.
Selain kedua hal tersebut, elemen lain yang perlu dibenahi ialah terkait pendanaan. Karena pendanaan merupakan suatu yang sangat vital dalam memajukan olahraga Indonesia.
“Hal itu tentu menjadi perhatian serius, karena tidak ada keberhasilan yang tidak membutuhkan biaya (jer basuki mowo beo). Pendanaan untuk olahraga masih terbilang minim sedang kebutuhannya sangat besar,” Imbuhnya lagi. (tri)
Editor: Sulaiman