NUSANTARANEWS.CO – Mahalnya harga minyak bumi dan cenderung merusak lingkungan melahirkan inovasi baru dalam mengembangkan sumber energi. Kini, sumber energi alternatif tengah berkembang pesat di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, PT Surya Energi Indotama yang merupakan bagian dari bisnis usaha PT Len Industri Persero telah membangun PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) terbesar di atas lahan seluas seluas 1,5 hektare dengan 100 panel solar cell dengan total investasi sebesar Rp26 miliar di dua daerah di Bali, yakni Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Bangli. Tak hanya di Bali, PLTS juga telah dikembangkan di Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Yogyakarta.
PLTS adalah pembangkit listrik yang mengubah energi surya menjadi energi listrik. Aplikasi pembangkit kecil seperti PLTS SHS, SEHEN, atau PJUTS telah dikembangkan dan kesemua pembangkit ini memiliki fungsi menghasilkan energi listrik untuk mendukung aktivitas manusia. Dikutip Wikipedia, sistem pemusatan energi surya (concentrated solar power/CSP) menggunakan lensa atau cermin dan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari dari luasan area tertentu ke satu titik. Panas yang terkonsentrasikan lalu digunakan sebagai sumber panas untuk pembangkitan listrik biasa yang memanfaatkan panas untuk menggerakkan generator. Sistem cermin parabola, lensa reflektor Fresnel, dan menara surya adalah teknologi yang paling banyak digunakan. Fluida kerja yang dipanaskan bisa digunakan untuk menggerakan generator (turbin uap konvensional hingga mesin stirling) atau menjadi media penyimpan panas.
Baca: Jeff Bezos Menjadi Orang Super Kaya Ketiga Versi majalah Forbes
Nah, kecenderungan masyarakat dunia yang sudah jengah dengan minyak bumi digunakan Google mengembangkan sejumlah idenya untuk memanfaatkan PLTS. Google lantas membuat Project Loon dan Project Titan menggunakan sumber energi alternate (PLTS). Kedua proyek ini tentu bukan main-main atau sekadar iseng melainkan digarap serius oleh Google. Artinya, Google sudah memprediksi bahwa penggunaan minyak bumi beberapa tahun mendatang sudah bukan lagi menjadi pilihan masyarakat dunia, selain memang mahal juga merusak lingkungan.
Project Loon adalah proyek Google untuk menyebarkan akses internet ke seluruh dunia, terutama untuk daerah-daerah yang jauh dari jangkauan. Balon udara adalah alat untuk menyebarkan internet tersebut, diterbangkan dengan ketinggian antara 60.000-90.000 kaki di atas permukaan tanah. Atau dua kali lebih tinggi dari terbangnya pesawat. Balon udara ini diisi dengan tenaga surya. Lama terbang balon udara nonstop hingga 100 hari, dan di tengah terbang itulah balon akan mengirimkan sinyal internet LTE. Bahkan tak hanya dengan balon udara, Google juga mengembangkan drone yang memiliki rentang waktu terbang lebih lama dibandingkan balon udara, yakni 5 tahun nonstop. Proyek ini bernama Project Titan dan diberi nama Titan Aerospace Solara 50. Saking canggihnya, drone yang membawa internet ini akan menyebarkan jaringan internet kepada 4 miliar orang di seluruh dunia. Sama seperti balon udara, drone ini juga menggunakan tenaga matahari yang diserap lewat panel solar, terpasang di seluruh rentang sayapnya.
Dengan demikian, ada benarnya juga sebagian kalangan yang menilai minyak bumi akan digantikan dengan tenaga matahari atau tenaga surya oleh miliaran penduduk dunia di masa-masa mendatang. (eriec dieda/diolah dari berbagai sumber)