Terbaru

Minat Baca Masyarakat Indonesia 0,001 Persen, Ini Penyebab dan Solusinya

Labibah Zain/Foto Istimewa
Labibah Zain/Foto Istimewa

NUSANTARANEWS.CO – Hari Kunjungan Perpustakaan akan tiba beberapa hari lagi, tepatnya pada 14 September 2016 mendatang. Sejak Hari Kunjung Perpustakaan sekaligus “Bulan Gemar Membaca” bermula 21 tahun lalu, minat baca masyarakat Indonesia sampai hari ternyata masih sangat rendah.

Adapun beberapa penyebabnya, menurut salah satu penggerak Mari Membaca Puisi Indonesia (MMPI) Yogyakarta, Labibah Zain adalah karena masyarakat masih terkungkung oleh sebuah mindset yang menganggap bahwa membaca hanya untuk kaum pelajar. Hal itu disampaikannya kepada nusantaranews.co, Jumat (9/9).

“Faktor-faktor minat baca kurang salah satunya karena membaca masih dianggap hanya untuk kalangan yang sedang belajar. Sehingga orang-orang yang sudah tidak berada di bangku sekolah/kuliah dianggap tak perlu membaca,” ungkap Labibah Zain.

Faktor kedua, menurut Dosen Prodi Ilmu Perpustakan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, bisa jadi siswa/mahasiswa mengalami pengalaman membaca yang buruk di masa lalu. Karena itulah, siswa/mahasiswa tersebut trauma untuk baca buku lagi.

Baca Juga:  Lecehkan Media Grassroot, Wilson Lalengke Laporkan Kapolres Pringsewu ke Divisi Propam Polri

“Ketiga, sejak kecil mereka dipaksa untuk menghafalkan materi pelajaran dengan bahasa yang susah dipahami. Tetapi mau tak mau mereka harus membaca karena kalau tak membaca buku-buku yang susah dipahami mereka bisa tak naik kelas. Keempat, mereka cenderung membaca huruf perhuruf, kalimat perkalimat, tetapi kesulitan memahami maknanya. Kelima, mereka bisa membaca tetapi tak tahu maknanya. Mereka hapal sebuah kalimat tapi tak tahu maksudnya,” terangnya.

Pemaksaan-pemaksaan “membaca” semacam itu, tegas Labibah, membuat anak didik menganggap bahwa, membaca adalah kegiatan yang tidak menyenangkan. Sehingga ketika terbebas dari keharusan untuk membaca karena sudah selesai sekolah, maka mereka tak mau membaca lagi.

“Itu menurut saya yang harus disembuhkan. Kita harus mengubah paradigma yang sudah ditanamkan bertahun-tahun,” tegas Labibah.

Kepala Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu berharap kepada semua pihak supaya mengubah mindset masyarakat Indonesia bahwa “membaca agar bisa naik kelas” diganti menjadi “membaca itu menyenangkan dan buku-buku yang ada juga enak dibaca”. Atau, imbuhnya, bisa juga menggeser mindset masyarakat bahwa “membaca itu tidak menyenangkan” menjadi bahwa “membaca itu menyenangkan”.

Baca Juga:  Kenduri Maulid Nabi di Mesjid Babul Iman Gp.Meurandeh Alue

Tidak hanya itu, Labibah juga menyebutkan, banyak orang memabaca karena mereka tidak mempunyai motivasi. “Nah, kalau sudah demikian, maka membaca seolah hanya untuk kepentingan sekolah. Seharusnya masyarakat, guru, orang tua, penerbit, perpustakaan harus bahu membahu menciptakan suasana gemar membaca. Penerbit harus menyediakan buku-buku textbook/paket dengan bahasa yang enak dibaca. Sehingga akan timbul kesan bahwa membaca itu menyenangkan,” terang penulis buku Perempuan Kedua tersebut.

Sementara guru-guru, katanya lagi, harus bisa memancing kegiatan yang membuat murid membaca juga mengajar dengan cara yang menarik. Orang tua juga sudah harus mendorong anak-anaknya mebaca buku dan menyadari bahwa membaca buku itu sesuatu yang kreatif bukan sesuatu yang dianggap membuang buang waktu belaka.

“Perpustakaan harus menyediakan program-program menarik yang berkaitan dengan kegiatan membaca (buku yang sesuai minat, mengadakan bedah buku, book review, book talk, dlsb). Masyarakat juga harus disadarkan bahwa persoalan apapun yang dihadapi akan bisa ditemukan solusinya di buku,” cetusnya.

Baca Juga:  Jadi Bulanan Serangan Hoaks, Pemuda Pancasila Dukung Gus Fawait Djos di Pilkada Jember

Bahkan menurut Pendiri dan Ketua Blogfam-Indonesian Weblog Community itu, Persoalan PHK misalnya, sesungguhnya bisa diselesaikan kalau yang bersangkutan rajin membaca buku tentang entrepreneurship. “Seorang ibu rumah tangga yang mempunyai bayi, akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan bayinya agar bayi tersebut menjadi generasi yang berkualitas. Untuk itu makanan, minuman dan lingkungan harus dijaga sedemikian rupa. Nah panduannya bisa mereka dapatkan dengan kegiatan membaca,” tandasnya. (Selendang)

Related Posts