Mancanegara

Militer AS Menjalankan Operasi Penyelundupan Minyak di Suriah

Militer AS Menjalankan Operasi Penyelundupan Minyak
Militer AS Menjalankan Operasi Penyelundupan Minyak

NUSANTARANEWS.CO – Militer AS menjalankan operasi penyelundupan minyak. Sebagian besar ladang minyak Suriah saat ini dikuasai oleh militer Amerika Serikat (AS) dan milisi Kurdi. Presiden Trump sendiri telah menegaskan bahwa keberadaan pasukan AS di Suriah adalah untuk mengamankan ladang minyak dan bila perlu berperang untuk itu. Bahkan Presiden Assad memuji Trump sebagai Presiden Amerika terbaik karena berani secara terbuka menyatakan tujuan sebenarnya mengacau Suriah adalah untuk menjarah sumber daya alam Suriah.

Presiden Trump tampaknya kembali kepada kebijakan kepentingan tradisional AS di kawasan Timur Tengah yakni menguasai minyak. Sejalan dengan kepentingan hegemoninya di kawasan regional, AS menjalankan strategi kekacauan di Suriah untuk melumpuhkan kekuatan politik, ekonomi dan militernya. Bahkan bila perlu menghapus Suriah dari peta dunia. Langkah militer AS dengan tetap mempertahankan penguasaan terhadap ladang-ladang minyak utama Suriah jelas menuju arah itu, yakni untuk mensabotase upaya pemulihan dan rekonstruksi ekonomi Suriah. Pada gilirannya akan menuju pemusnahan negara Suriah.

Baca Juga:  Militer Israel Kawal Aksi Pemukim Zionis Bakar Pemukiman Paletina di Tepi Barat

Sementara itu, pemerintah Suriah mulai mengerahkan pasukannya ke dekat kota Qamishli di timur laut Suriah, untuk menguasai kembali ladang minyak Rumailan yang sempat dikuasai oleh ISIS beberpa tahun lalu. Area lading minyak ini terletak di perbatasan Turki-Suriah.

Damaskus memang baru menguasai sebagian kecil dari ladang minyak negara itu yang sebagian besar saat ini dikendalikan oleh militer AS dan milisi Kurdi. Kementerian pertahanan Rusia telah menunjukkan bukti citra satelit bahwa militer AS telah menjalankan operasi menyelundupkan minyak Suriah ke luar negeri.

Moskwa mengutarakan bahwa kehadiran militer AS di Suriah tidak memiliki mandat hukum internasional, dan menambahkan bahwa rencana AS mempertahankan kehadiran militernya di Suriah adalah untuk melindungi penyelundupan minyak. Moskwa menyebut kehadiran militer AS di Suriah sebagai “kriminal internasional” tidak ada hubungannya dengan masalah keamanan.

Moskwa memperkirakan pasukan AS dan kontraktor keamanan swasta di Suriah timur menjalankan operasi penyelundupan minyak yang menghasilkan pendapatan lebih dari US$ 30 juta sebulannya.

Baca Juga:  Dewan Kerja Sama Teluk Dukung Penuh Kedaulatan Maroko atas Sahara

Juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan pada hari Jumat bahwa pemerintahan Trump terlibat dalam penyelundupan ilegal, dan memperkirakan Washington akan menghasilkan puluhan juta dolar setiap bulan dari minyak yang diekstraksi di wilayah tersebut.

Dilansir Tass, Zakharova mengatakan bahwa “AS melewati sanksi sendiri” untuk mengambil minyak bernilai lebih dari US$ 30 juta per bulan dari Suriah.

Pemerintah Suriah menolak kehadiran militer AS di negaranya karena tidak memiliki mandat PBB maupun izin dari pemerintah Suriah. Sementara Rusia mengerahkan pasukan ke Suriah karena memang atas permintaan Damaskus.

Rusia dengan tegas mengatakan bahwa wilayah kedaulatan Suriah harus dikontrol oleh pemerintah Suriah yang sah. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,061