Inspirasi

Metamorfosa Bambu, Mahasiswa IPB Cetuskan Keset Antibakteri

NUSANTARANEWS.CO – Metamorfosa Bambu, Mahasiswa IPB Cetuskan Keset Antibakteri. Dulu, bambu difungsikan sebagai bahan bangunan rumah. Sehingga ada istilah rumah bambu. Kemudian zaman berkembang, rumah-rumah pun ikut berubah bersama pola pikir manusianya. Gedung-gedung didirikan, rumah kaca dijulang-tinggikan, akhirnya punahlah rumah bambu. Kendati di beberapa daerah pedalaman masih ada sedikit rumah bambu.

Seiring tumbuhnya gedung-gedung pencakar langit di kota-kota besar, bambu pun dibawa kota untuk dijadikan bahan penopang sementara konstruksi bangunan. Tidak hanya di kota, di desa-desa pun bambu selain digunakan sebagai gubuk-gubuk kecil di sawah, juga difungsikan untuk penopang konstruksi bangunan masjid.

Sebab zaman telah menjadikan manusianya berkutat dalam pikiran ‘kaya dan miskin’ dengan asumsi, jika rumah atau langgar masih berbahan bambu, maka akan digolongkan sebagai orang miskin. Sehingga langgar bambu pun di rekonstruksi menjadi gedung. Limbah bambu dari bangunan berakhir di tungku untuk bahan bakar.

Sebagaimana di desa-desa, di kota pun, bambu bekas penopang konstruksi bangunan juga banyak digunakan sebagai bahan bakar di dapur. Bahkan ada yang dibiarkan tanpa tahu harus dimanfaatkan untuk apa. Sampai ia (bambu) lapuk dan kikis dimakan zaman.

Metamorfosa Sebatang Bambu

Bambu bermetamorfosa di tangan tiga mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Istitut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat. Ketiga mahasiswa berpikiran maju ini bernama Naufal Bayu Prasetyo, Laila Fitriyani dan Tiana Rafmiwati. Mereka bertigalah yang berhasil memanfaatkan limbah bambu konstruksi bangunan menjadi barang yang bermanfaat bagi kesehatan.

Sesuai dengan bidang akademisnya, mereka melakukan penelitian terhadap fungsi dan manfaat bambu bagi kehidupan. Hasil penelitian mereka berupa keset antibakteri atau alas kaki antibakteri.

Di luar pikiran umum, batang bambu yang secara kasat mata hanya berfungsi untuk penopang bangunan dan bahan bakar tungku, di tangan para mahasiswa Teknologi Industrui Pertanian fungsinya menjelma alat penyerap kelembaban air dan bau serta hadu penghias dekorasi rumah.

Dalam hal ini, Naufal Bayu Prasetyo menerangkan, keset hasil ekperimennya dapat berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan bakteri khususnya Escherichia colli dan Staphylococcus aureus. Tentunya dengan satu keunggulan yang tidak akan ditemukan pada keset lainnya yang dijual di pasar dan toko-toko. Keunggulannya adalah sifat keset yang antibakteri lantaran mengandung flavonaid, tannin, alkohol, dan pennyquinone.

Pengolahan limbah bambu menjadi keset tergolong besar peluangnya, sebab bagi Naufal, bahan bakunya masih banyak ditemukan di Indonesia. Apalagi hampir setiap ada pembangunan gedung, pastinya memanfaatkan bambu sebagai penopangnya. Setelah pembangunan selesai, bambu pun dibiarkan tanpa difungsikan manfaat lainnya dengan sentuhan teknologi.

Sederhanya, serat limbah bambu ataupun bambu muda bisa digunakan sebagai dasar produk-produk industri kreatif rumah tangga, maupun kerajinan lainnya. Dengan dasar pikiran inilah, Naufal bersama timnya kedepan  akan meningkatkan kemampuan antibakteri keset yang dirintisnya supaya memiliki daya resistensi lebih tinggi terhadap berbagai jenis mikroba lainnya. Artinya, tidak terbatas hanya pada dua bakteri yang dimaksud di atas, namun bakteri lainnya yang bisa dihambat pertumbuhannya.

Pengakuan Internasional

Penelitian yang dilakukan Naufal Bayu Prasetyo dengan timnya ini telah menyabet sebuah penghargaan prestisius dari Sesion Best Paper pada ajang 5th International Conference on Agriculture, Environment and Biological Sciences (ICAEBS-16) yang diselenggarakan oleh International Academy of Arts, Science and Technology di Pattaya, Thailand bulan April 2016 lalu.

Patut diberi apresiasi tinggi, mengingat para peserta di ajang tersebut terdiri dari para ilmuwan terkemuka, akademisi dan peneliti internasional. Di mana semua peserta berkewajiban mempresentasikan gagasannya masing-masing yang dapat menyelesaikan berbagai masalah kehidupan di berbagai bidang mulai dari pertanian, lingkungan hidup, dan ilmu biologi.

Dalam kesempatan tersebut Naufal Bayu Prasetyo mempresentasikan abstrack paper dengan judul Utilization of Bamboo (Gigantochloa apus) for Anti-Baterial Mat as Fiber-Based Prospective Produkcts. Alhasil, Naufal bersama timnya keluar sebagai penerima penghargaan paper terbaik. Spaktakuler!

Penghargaan yang diraih, rupanya kian memacu semangat dan ekspetasi Naufal bersama tim untuk berusaha lebih gigih lagi supaya dapat meningkatkan daya tahan keset antibakteri. Langkah yang mereka tempuh ialah dengan cara mencari kandungan zat tertentu lainnya yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan mutu keset antibakteri. (Sule)

Related Posts