Hankam

Meski ISIS di Suriah dan Irak Hancur Lebur, Kelompok Teroris Belum Lenyap

Kelompok teroris dan ISIS
(Foto: Ilustrasi/Screenshot video ISIS)

NUSANTARANEWS.CO, JakartaIslamic State in Irak and Syria (ISIS) dilaporkan memang telah jatuh dan nyaris lenyap di wilayah Suriah dan Irak sejak akhir tahun 2017. Kalau pun belum benar-benar lenyap, setidaknya kekuatannya sudah menyusut drastis. Dunia kemudian sedikit merasa lega dengan kabar kejatuhan ISIS. Tanggapan publik dunia ini seolah sama persis dengan berita kematian Osama bin Laden pada 2011 silam.

Setahun kemudian, tepatnya pada 2012 kekuatan dan pengaruh al-Qaeda perlahan tapi pasti menghilang lantaran pemimpin kharismatik mereka tewas di tangan pasukan Navy Seal Amerika Serikat di Abbottabad, Pakistan.

“Seperti kasus al-Qaeda, kelompok-kelompok teroris mungkin mengalami masa-masa kemunduran, namun mereka sangat ulet dan mudah menyesuaikan diri. Jika barat meremehkannya, ini akan berbahaya, karena sebagian besar kelompok teroris sebenarnya kini tengah mengalami kebangkitan,” kata analis pertahanan dan keamanan RAND Eropa, Antonia Ward dikutip dari catatannya, Jakarta, Kamis (26/3/2018).

Ward mengatakan hambatan utama pemerintah barat untuk memahami kekuatan al-Qaeda yang bangkit kembali adalah gangguan mereka yang mengalami evolusi paling baru dalam gerakan jihadis global, ISIS.

Baca Juga:  Hut Ke 78, TNI AU Gelar Baksos dan Donor Darah

“Fokus mereka tidak membuat semacam kejutan, terlepas dari keterlibatan al-Qaeda di Suriah dalam wujud faksi Jabhat al-Nusra, ISIS Suriah berhasil merebut dan menguasai 34.000 mil persegi wilayah Suriah dan Irak. Mereka kemudian membentuk struktur pemerintahan semu di kota-kota yang dikendalikannya,” jelasnya.

Belum ada kelompok teroris yang pernah mencapai apa yang dilakukan ISIS di Suriah dan Irak. Apalagi pemimpin al-Qaeda Ayman al-Zawahiri mengaku berhasil mendirikan kekhalifahan dengan cara membebaskan semua tanah dari pendudukan non-Muslim dan penguasa murtad. Tak hanya itu, ISIS juga mampu menarik dan merekrut konglomerat besar asing dari seluruh dunia dengan perkiraan 40.00 orang yang bergabung dengan kelompok teroris dari 110 negara.

Ketika perhatian dunia bergeser ke ISIS, al-Qaeda secara diam-diam memulai kebangkitannya kendati belum efektif. Menurut beberapa pakar terorisme dan akademisi, al-Qaeda mereka memiliki faksi di seluruh dunia. Organisasi ini memiliki afiliasi formal yang dijalankan oleh komandan al-Qaeda di Suriah, Rusia, Libya, Mesir, Maghreb dan Sahel, Yaman, Somalia, Afghanistan, Pakistan, India, Bangladesh, Myanmar dan Indonesia.

Baca Juga:  Satgas Catur BAIS TNI dan Tim Gabungan Sukses Gagalkan Pemyelundupan Ribuan Kaleng Miras Dari Malaysia

Tujuan mereka secara global sama, mengusir pasukan AS dan murtad dari negara-negara Muslim. Namun, al-Qaeda masih menyimpan rapat-rapat misinya. Tekanan yang hebat dari upaya kontraterorisme AS memaksa al-Qaeda untuk tidak fokus dan tidak mengaktifkan serangan di luar negeri.

Dikatakan, sejak 2011 rezim di kawasan Timur Tengah runtuh dan telah menciptakan kekosongan kekuasaan. Kondisi ini ternyata dimanfaatkan banyak kelompok teroris, termasuk al-Qaeda dan ISIS. Al-Qaeda mengeksploitasi konflik sipil dan ketidakpuasan mereka setelah merebaknya gerakan Arab Spring, yang membuat kelompok ini justru membuat faksi-faksi di seluruh wilayah, termasuk Jabhat al-Nusra di Suriah.

Tak sedikit negara dan publik dunia terlalu berpuasa diri karena asumsi bahwa kelompok teroris benar-benar telah lenyap dan aset utama mereka telah dihancurkan. Kehadiran para komandan utama yang tersebar di sejumlah daerah menunjukkan bahwa di bawah tekanan besar al-Qaeda dapat berhasil menyesuaikan ideologinya untuk menarik keluhan masyarakat lokal dan menyerap kelompok-kelompok jihadis tidak resmi lainnya.

Baca Juga:  Satgas Catur BAIS TNI dan Tim Gabungan Sukses Gagalkan Pemyelundupan Ribuan Kaleng Miras Dari Malaysia

“Pergeseran ke arah model terdesentralisasi ini membantu melindungi organisasi dari hilangnya anggota inti al-Qaeda. Strategi ini telah memungkinkan al-Qaeda untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuatannya kembali meskipun bin Laden telah tiada,” katanya.

Kata Ward, meskipun ISIS disebut-sebut telah kehilangan wilayahnya terutama di Suriah dan irak, kita tidak boleh berasumsi bahwa kelompok teroris telah benar-benar lenyap. Sebab, dalam periode kelemahannya saat ini, ISIS kemungkinan akan mengadopsi strategi yang sama. Bahkan, bukti menunjukkan ISIS mengakui pentingnya menyebarkan operasinya di berbagai negara dan menciptakan aliansi dengan kelompok jihadis lokal.

Selain itu, salah satu kekuatan terbesar ISIS adalah strategi propagandanya yang memungkinkan penyebaran pengaruhnya kepada individu dan sel di seluruh dunia. “Hal ini dengan sendirinya menunjukkan bahwa kelompok itu tidak boleh diremehkan,” tegasnya. (red)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,068