Mancanegara

Mesir Gelar Pilpres, Capres Moussa Mostafa Moussa Singgung Proyek Arab Spring AS

NUSANTARANEWS.CO, Kairo – Mulai hari ini, Senin (26/3/2018) hingga dua hari ke depan Mesir menyelenggarakan putaran pertama pemilihan presiden Mesir. Jika tidak ada kandidat yang menang mutlak pada pemilihan putaran pertama, maka putaran kedua akan diadakan pada 24-26 April.

Hanya ada dua kandidat dalam Pilpres Mesir ini yakni Moussa Mostafa dan Abdel Fattah Sisi.

Diketahui, situasi di Mesir sudah tidak stabil sejak 2013 ketika militer menggulingkan Presiden Mohamed Morsi.

Baca juga: Arab Spring Membuat Sejumlah Negara di Tanah Arab Menderita

Morsi merupakan seorang presiden yang diketahui bagian dari organisasi Ikhwanul Muslimin yang terpilih pada tahun 2012 setelah pengunduran diri Hosni Mubarak di tengah pemberontakan musim semi Arab (Arab Spring).

Di tengah gelombang ketidakpuasan publik terhadap kepemimpinannya, pada Juli 2013 tentara Mesir menggulingkan Morsi dan menyatakan masa transisi negara beribukota Kairo ini.

Pendukung Morsi kemudian melakukan protes massal menuntut Morsi dikembalikan kekuasaannya. Akibat gelombang protes besar-besaran ini ratusan mereka tewas dalam kerusuhan dan bentrokan.

Baca Juga:  Rabat’s Choice as World Book Capital, Recognition of Morocco’s Commitment to Culture – Ministry

Baca juga: Membaca Skenario di Balik Blokade Qatar

Musim semi Arab adalah program Amerika Serikat yang telah menimbulkan gelombang protes secara serempak di Afrika dan Timteng. Gerakan ini dimulai sejak 18 Desember 2010 dan berhasil memicu terjadinya revoluasi di Tunisia, Mesir, perang sudara di Libya, pemberontakan sipil di Bahrain, Suriah, Yaman, protes besar di Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Oman, Kuwait, Lebanon, Mauritania, Arab Saudi, Sudan dan Sahara Barat, bahkan hingga kersusuhan di Israel. Kesemuanya terinspirasi dari gerakan musim semi Arab (Arab Spring).

Capres Mesir, Moussa Mostafa Moussa mengatakan kepada Sputnik bahwa gerakan musim semi Arab telah menyebabkan malapetaka di Mesir. “Proyek besar AS ini dilaksanakan oleh tim Condoleezza Rice. Tujuannya adalah untuk menggulingkan kepemimpinan semua negara Arab dan membagi negara-negara menjadi negara yang lebih kecil,” kata Moussa yang merupakan pemimpin Partai El-Ghad ini.

Pewarta: Almeiji Santoso
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

No Content Available