Merkel Gagal Bentuk Pemerintahan Koalisi, Situasi Politik Jerman Kacau

Kanselir Jerman Angela Merkel/Foto: The Daily Beast

Kanselir Jerman Angela Merkel/Foto: The Daily Beast

NUSANTARANEWS.CO – Kanselir Jerman Angela Merkel telah gagal dalam upayanya membentuk pemerintahan koalisi setelah sebuah partai kecil mundur dari meja perundingan. Pada hari Minggu, Partai Demokrat Bebas pro-bisnis mengumumkan penarikannya dari perundingan. Pemimpinnya, Christian Lindner, mengatakan bahwa dia lebih baik tidak memerintah daripada memerintah secara salah.

Merkel sangat menyesalkan penarikan diri Lindner. Apalagi Merkel telah gagal mempersempit perbedaan dengan mitra koalisinya FDP dan Partai Hijau terkait isu imigrasi dan lingkungan.

Kegagalan Merkel membentuk sebuah pemerintahan koalisi telah membuat politik Jerman kacau, dan ini merupakan krisis terburuk Merkel selama 12 tahun masa jabatannya.

Kegagalan yang tak terduga telah memicu reaksi, mulai dari dunia politik Jerman yang biasanya dapat diprediksi, pasar keuangan yang semakin terdistorsi, serta munculnya spekulasi mengenai sebuah pemilihan baru Jerman.

Setelah pertemuan tengah hari dengan kanselir, Presiden Frank-Walter Steinmeier berusaha untuk menenangkan air yang berombak dengan sebuah pidato di mana dia meminta para pihak untuk kembali ke meja perundingan dan menghindari pemungutan suara baru setelah pemilihan September yang tidak meyakinkan.

“Tanggung jawab yang diberikan kepada partai-partai tetap ada. Seseorang tidak bisa mengembalikan tanggung jawab itu kepada para pemilih,” tegas Steinmeier.

Namun, terlepas dari pembelaannya, sebuah pemungutan suara baru tampaknya semakin mengggelinding – sebuah fakta yang diumumkan oleh Merkel pada Senin malam dalam sebuah wawancara dengan penyiar ZDF.

Pada kesempatan itu juga, Merkel menegaskan bahwa dia tidak akan mengundurkan diri. Bahkan Merkel juga mendukung diadakannya pemilihan baru yang dianggap akan lebih baik untuk memimpin sebuah pemerintahan. “Jerman membutuhkan pemerintahan yang stabil,” katanya.

Itu berarti bahwa tidak ada perubahan hati dari Demokrat Sosial kiri tengah, yang bersikeras bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk bergabung dalam sebuah koalisi, Jerman kemungkinan akan menuju sebuah pemilihan baru.

Kemungkinan pemilihan baru itu, disambut dengan antusias oleh Jerman, namun menimbulkan gelombang kekhawatiran di seluruh Eropa, mengingat stabilitas politik Jerman yang kuat selama ini.

“Setelah Brexit dan Trump, orang-orang Jerman sekarang mulai menghadapi sesuatu yang tidak biasa terjadi di negara mereka sendiri,” kata Sudha David-Wilp, wakil direktur kantor Berlin German Marshall Fund.

Seperti diketahui, setelah berminggu-minggu melakukan perundingan mengenai kebijakan suaka, pajak dan lingkungan, Demokrat Bebas secara tiba-tiba menarik diri meninggalkan Merkel dengan pilihan yang sangat terbatas.

Pilihan membentuk pemerintahan minoritas dengan Partai Hijau memang belum pernah dilakukan di tingkat federal di Jerman, tapi hal itu mengandung risiko ketidakstabilan negara yang bisa mempercepat jatuhnya Merkel.

Merkel terus membujuk rekannya dari pemerintah terakhir, Demokrat Sosial untuk bergabung dengannya dalam koalisi besar. Namun Demokrat Sosial terus menolak. Pemimpin Demokrat Sosial Martin Schulz mengatakan. “Sebenarnya, kami menyambut mereka.”

Bila terjadi pemilihan baru, kemungkinan pada awal tahun depan yang bisa menjadi keuntungan lebih lanjut bagi Partai Alternatif untuk Demokrasi (AfD) – yang secara bersamaan juga semakin meresahkan situasi politik Jerman.

Meskipun partai-partai tersebut dianggap berjauhan pada isu-isu kunci, sebagian besar pengamat memperkirakan bahwa mereka akan mengesampingkan perbedaan untuk menghindari pemilihan baru yang dapat meningkatkan dukungan untuk AfD anti-imigran, yang memenangkan kursi di Parlemen untuk pertama kalinya tahun ini setelah memperoleh hampir 13 persen suara. (Banyu)

Exit mobile version