Merajut Perdamaian di Halmahera Utara

Peserta studi perdamaian di Halmahera Utara yang diberlangsung mulai 7-12 September 2017. (Foto: Dok. Istimewa)

Peserta studi perdamaian di Halmahera Utara yang diberlangsung mulai 7-12 September 2017. (Foto: Dok. Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sedikitnya 10 mahasiswa yang tergabung dalam Jaringan Mahasiswa Lintas Iman telah melakukan kunjungan lintas iman ke Halmahera Utara, khususnya di desa Popilo dan Popilo Utara.

Dalm konflik berdarah yang meletus pada tahun 1999-2002, kedua desa bertetangga tersebut merupakan dua kubu yang terlibat aktif. Parahnya, konflik waktu itu menyeret isu agama dan kebetulan saja Desa Popilo dihuni mayoritas Islam dan Popilo Utara dihuni mayoritas Kristen.

Saat ini, terhitung sudah 18 tahun tragedi konflik berdarah itu terjadi. Halmahera Utara juga sudah ditetapkan sebagai wilayah kabupaten baru setelah pemekaran pada tahun 2003 silam bersama dengan pemekaran Provinsi Maluku Utara.

Konflik agama warga desa Popilo dan Popilo Utara sudah reda dalam kurun waktu 18 tahun terakhir. Deklarasi Deklarasi Hibualamo yang ditandatangangi oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama pada tahun 2001 telah berhasil membuat warga kedua desa tersebut hidup berdampingan dengan komitmen bersama menjaga kerukunan.

Mahasiswa Lintas Iman lantas melakukan kunjungan dan studi mengenai perkembangan perdamaian di desa Popilo dan Popilo Utara. Kegiatan ini merupakan kerjasama dari Senat Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Universitas Halmahera (UNIRA) dan Persatuan Intelegencia Kristen Indonesia (PIKI).

Kunjungan dan studi perdamaian ini diinisiasi sudah sejak lama oleh Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga. Tepatnya sejak 2014 silam. Namun baru dapat terlaksana di tahun 2017. Adapun tujuannya ialah belajar pada masyarakat pasca konflik tahun 1999 silam di Halmahera Utara.

BACA JUGA: Studi: Perdamaian di Wilayah Halmahera Utara Belum Sepenuhnya Pulih

Sedikitnya 6 mahasiswa Kristen dari UKSW dan 4 mahasiswa Islam dari UIN Sunan Kalijaga serta 2 pendamping melakukan kegiatan kunjungan dan studi ini. Kegiatan berlangsung di rumah warga di kedua desa tersebut secara live in.

Live in dilakukan dengan mencampur mahasiswa Islam dan Kristen untuk menginap di keluarga yang berbeda agama di desa Popilo dan Popilo Utara. Selain dari live in, mereka juga melakukan observasi untuk mengetahui hubungan relasi warga pasca konflik. Tempat-tempat yang dijadikan subyek observasi di antaranya pasar, pelabuhan dan lokasi penambangan pasir. Beberapa lokasi tersebut dinilai lokasi paling strategis karena melibatkan kontak sosial warga antar kedua desa.

Secara umum, hasil obsevasi menunjukkan bahwa kehidupan dan hubungan warga antar kedua desa relatif sudah normal. Kendati belum sepenuhnya pulih, tapi komitmen menjaga perdamaian antar warga sudah terbangun dan berjalan dengan baik.

Selanjutnya, kunjungan dan studi perdamaian ini berlangsung selama sepekan yang ditutup dengan dialog kerukunan umat beragama. Adapun tema dialog ialah memperkokoh kerukanan umat bergama di kawasan tepi yang digelar di Universitas Halmahera.

Hadir dalam dialog tersebut Wakil Bupati Halmahera Utara, Mukhlis serta dihadiri 400 mahasiswa Universitas Halmahera, tokoh agama Islam dan Kristen di Halmahera Utara.

Selain itu, hadir pula lima narasumber dialog di antaranya perwakilan PIKI Henry Sitohang, perwakilan GP Ansor Wilayah Salim Taib, Donsen UNIRA Pendeta James, Dosen UIN Sunan Kalijaga A. Rozaki dan Dosen UKSW Ishak.

(Editor: Redaksi/NusantaraNews)

Exit mobile version