Kolom

Menyambut Arah Baru Indonesia, Sebuah Refleksi Arah Baru Indonesia bertransformasi di Level Daerah

pembangunan indonesia, ekonomi nasional, perekonomian asing, anti asing, rakyat indonesia, dominasi asing, tuan rumah, negeri sendiri, dadang irawan, nusantaranews, nusantara, nusantaranewsco, nusantara, anti asing
Peta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Menyambut Arah Baru Indonesia, Sebuah Refleksi Arah Baru Indonesia bertransformasi di Level Daerah

Jika dianalogikan sebuah daratan, maka Indonesia adalah sebuah padang pasir, yang kering narasi dan gagasan. Sebuah pergerakan fenomenal yang diinisiasi oleh tokoh muda bernama Anis Matta dan Fahri Hamzah. Sebuah pergerakan yang lahir dari forum-forum diskusi, menjadi sebuah pergerakan praktis dalam upaya melanjutkan transformasi gerakan kebangsaan menuju Indonesia sebagai kekuatan ke-5 di Dunia.

Sebuah narasi yang kembali menantang adrenalin publik, dapatkah Indonesia meraihnya yaitu menjadi kekuatan ke-5 di dunia? Sebuah pertanyaan yang sangat vital ini tentu tidak akan selesai hanya berhenti di ruang-ruang diskusi Fahri Hamzah dan Anis Matta. menjawab hal tersebut perlu penelaahan lebih dalam di level daerah. Perlu memeras ruang dan waktu yang lebih banyak, lebih dalam dan lebih luas.

Perlu dihadirkan mesin gagasan yang mampu memproduksi ide-ide perbaikan yang lebih jujur dan tepat sasaran. Arah Baru Indonesia yang bertransformasi menjadi sebuah gerakan yaitu Gerakan Arah Baru Indonesia dapat dipandang sebagai perahu ide dan gagasan yang maha besar dan mampu menampung ribuan bahkan jutaan ide dan gagasan perbaikan pembangunan bangsa Indonesia.

Baca Juga:  Polres Sumenep Gelar Razia Penyakit Masyarakat di Cafe, 5 Perempuan Diamankan

Gagasan perbaikan pembangunan yang penulis maksud adalah bagaimana tokoh-tokoh level daerah mampu menangkap ide besar Arah Baru Indonesia tersebut dalam sudut pandang regional interest.

Bagaimana tokoh-tokoh level daerah yang mayoritas juga didominasi oleh anak-anak muda ini, menangkap secara konseptual permasalahan kedaerahan. Sebab inti dari sebuah ketertinggalan adalah bukan terletak pada bagaimana Jakarta hari ini atau Jawa Hari ini, akan tetapi bagaimana realitas daerah luar jawa hari ini?

Sebab kita adalah Indonesia. Kita bukan hanya Jakarta atau Jawa, tapi kita adalah dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga pulau Rote. Ketimpangan yang nyata terhadap pembangunan antara Jawa dan luar Jawa harus secepat mungkin direspon sebagai cara menghadirkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Gerakan Arah Baru Indonesia ini seharusnya berkontribusi menjadi pelita yang menerangi jalan bangsa Indonesia menuju jalan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan. Jangan sampai realitas ketimpangan ini dibiarkan atau direspon dengan lambat dan berujung menjadi sebuah bom waktu.

Baca Juga:  Polres Sumenep Gelar Razia Penyakit Masyarakat di Cafe, 5 Perempuan Diamankan

Demi mengisi kekosongan ide dan gagasan, harapan penulis semoga terus hadir tokoh-tokoh level daerah yang mampu mengerti persoalan daerah dan mampu merumuskan persoalan daerah dalam rumus solusi demi hadirnya kesejahteraan. Harapan penulis selaku kader GARBI adalah lahirnya dinamika ide dan gagasan di level daerah.

Dialektika wacana yang terus ada dan mengalir tiada henti seperti air dan terus berhembus seperti angin yang menghadirkan sintesis-sintesis baru perbaikan pembangunan daerah. Kini Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) telah hadir hampir di seluruh indonesia. Deklarasi GARBI di berbagai kota besar di Indonesia menjadi realitas yang tak terbantahkan bahwa di bangsa ini masih sangat banyak anak muda yang ingin berkontribusi membangun Indonesia.

Sektor perdagangan, teknologi, teknologi digital, kehutanan, pertambangan, peternakan, perminyakan, pertanian, perkebunan, dan lain-lain harus diisi dengan narasi-narasi segar oleh kader GARBI se-Indonesia demi Indonesia menuju kekuatan ke-5 di dunia.

Penulis : Hilkadona Syahendra, Waketum II Bidang Keanggotaan dan Kaderisasi GARBI Chapter Kota Pekanbaru

Related Posts

1 of 3,049