Peristiwa

Menyaksikan Perobekan Bendera Belanda

bendera belanda, perobekan bendera belanda, arek-arek suroboyo, usir penjajah, warga surabaya, forkopimda surabaya, nusantaranews, nusantara news, nusantara
Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) dan masyarakat, Forkopimda Surabaya menggelar drama kolosal perobekan bendera Belanda, Rabu (19/9/2018). (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Perobekan bendera Belanda terjadi pada tanggal 19 September 1945, tepat 73 tahun silam yang merupakan salah satu peristiwa bersejarah bagi arek-arek Suroboyo dalam upayanya mengusir penjajah.

Bahkan, semangat arek-arek terlihat berkobar-kobar ketika melakukan perobekan terhadap bendera Belanda, yang kala itu berdiri kokoh di Hotel Yamato, yang saat ini bernama Hotel Majapahit.

Peristiwa itu, seakan menjadi peristiwa yang selalu diingat oleh seluruh warga Kota Surabaya hingga kini. Bahkan, setiap setahun sekali, Forkopimda Surabaya menggelar drama kolosal mengenai peristiwa tersebut.

Saat ini, dengan melibatkan seluruh pelajar, Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) dan masyarakat, Forkopimda menggelar drama kolosal tersebut, tepat di depan Hotel Yamato yang terletak di jalan Tunjungan, Kota Surabaya pada Rabu 19 September 2018.

Tak hanya itu saja, Walikota Surabaya Tri Rismaharini bersama Danrem 084/Bhaskara Jaya, Kolonel Kav M. Zulkiflidan Kapolrestabes Surabaya, Kombel Pol M Rudi Setiawan, juga turut mengenakan kostum ala pejuang, dan ikut menyaksikan aksi perobekan bendera tersebut.

Baca Juga:  Banyaknya Hoax Gempa Tuban, Ini Pesan Khofifah

Tri Rismaharini mengungkapkan, tak hanya drama kolosal saja, berlangsungnya acara tersebut, juga diwarnai dengan adanya nyanyian lagu Indonesia Raya, sekaligus penghormatan kepada Sang Merah Putih yang dilakukan secara bersama-sama di lokasi itu.

“Itu merupakan salah satu langkah guna memperingati jasa dan arwah para pejuang,” ujar Walikota Surabaya ini.

Sementara itu, ditambahkan Kolonel Zulkifli, berlangsungnya acara tersebut, seakan mendapat apresiasi tersendiri dari dirinya. Bagaimana tidak, ia menilai, selama berlangsungnya drama kolosal tersebut, sangat terlihat jelas bagaimana rasanya jika kekompakan, persatuan dan kesatuan masyarakat ditunjukkan dalam mempertahankan, sekaligus menjaga menjaga keutuhan NKRI.

“Betapa pentingnya persatuan dan kesatuan jika bisa diwujudkan di kalangan masyarakat,” ungkap Danrem 084/Bhaskara Jaya ini.

Dirinya berharap, berlangsungnya drama kolosal tersebut, bisa menjadi motivasi bagi masyarakat untuk tetap bisa menjaga keutuhan NKRI di era globalisasi saat ini.

“Jangan mudah goyah, hanya karena isu-isu negatif. Tetap perkokoh persatuan dan kesatuan,” pintanya. (eda/mysp)

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Editor: M Yahya Suprabana

Related Posts

1 of 3,147