Puisi Azizi Sulung
Menjelang Tahun Baru
desember di ambang mata
berlompatan pelan-pelan
mengatar perjalanan ini pada akhir pekan
: akhir dari segala rencana dan kenyataan
masihkah kita akan sempurna bertemu
di perjamuan angka satu
atau kita akan pulang terburu-buru
sebelum kita berkemas meninggalkan angka tiga puluh satu
pergilah,
dengan membuang segala yang tumbang
dan bukalah ambang pintu
dengan penuh sesal dan mimpi-mimpi baru
setelah kita tahu
bahwa hari yang kita lalui terlanjur sia-sia bukan?
berdamailah,
dengan segala harap dan mimpimu yang hilang
selangkah kita rasuki ambang
sejengkal napas ini tergenggam.
Rumah Belimbing, 2017
Menunggu Hujan
sore itu,
langit tiba-tiba berkabung
mengusik nyenyak tidur burung-burung
seperempat perjamuan kita urungkan
tersebab langit tak kunjung usai melepas hujan
rumput-rumput terseok
memecah arah memenuhi panggilan angin
pada matamu aku membaca gelagat isyarat
: diam-diam kau menaruh ingin
hingga sore larut
langit hanya tampakkan wajah berkerut
dalam dekap waktu kita sempurna terhanyut
menunggu hujan: kita rampungkan rindu ini
yang sudah sekian kali merenggut.
Rumah Belimbing, 2017
Azizi Sulung, lahir di Sumenep, 07-07-1994. Santri Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura. Kumpulan Puisinya yang telah terbit, Accident: Malapetaka Terencana, Simposium, Solitude, Luka-Luka Bangsa, dan Rampai Luka.