HukumTerbaru

Menunggu Aksi Pembebasan Sandera Jilid II di Filipina Selatan

Sandera Jilid 2
Ilustrasi Pembebasan Sandera

NUSANTARANEWS.COMenunggu Aksi Pembebasan Sandera Jilid II di Filipina Selatan. Metrotvnews.com, Jakarta: Sepuluh warga negara Indonesia yang ditawan sejak 23 Maret oleh Abu Sayyaf dibebaskan, Minggu (1/5/2016). Pelepasan sandera dilakukan sekitar pukul 12.15 waktu setempat di Pantai Parang, Sulu, Mindano Selatan, Filipina.

Deputi Chairman Media Group Rerie L. Moerdijat menjelaskan, pembebasan sandera dilakukan atas kerja sama Tim Kemanusiaan Surya Paloh….

“Proses pembebasan sendiri berlangsung sangat dinamis serta lancar karena Yayasan Sukma menggunakan pendekatan pendidikan, yang jauh sebelumnya sudah ada kerja sama pendidikan antara Yayasan Sukma dan Pemerintah Otonomi Moro Selatan,” jelas Rerie.

Desi Fitriani, reporter Metro TV menuturkan, setelah diserahkan kepada Tim Kemanusiaan Surya Paloh di Pantai Parang, sandera dibawa ke rumah Gubernur Sulu untuk proses verifikasi, makan, serta ramah tamah. Setelah itu, mereka langsung diterbangkan dari Sulu menuju Zamboanga menggunakan dua helikopter jenis UH 1 H…. 

Itulah sepenggal kisah pembebasan sandera jilid 1 oleh Tim Surya Paloh di Filipina Selatan sebagaimana yang dilaporkan oleh metronews.com. Lalu bagaimana kisah pembebasan sandera Jilid 2 yang sudah mulai hangat belakangan ini. Kita tunggu saja laporan Tim Surya Paloh melalui jalur pendidikannya dalam pembebasan sandera Jilid 2. Sebagai informasi, para pemain utama kelompok penyandera Jilid 2 masih sama, hanya menambah beberapa pemain baru biar terlihat lebih menarik jalan ceritanya.

Baca Juga:  Silaturrahim Kebangsaan di Hambalang, Khofifah Sebut Jatim Jantung Kemenangan Prabowo-Gibran

Berkaitan dengan kembali terjadi penyanderaan di kawasan Laut Sulu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengungkapkan bahwa tiga dari tujuh warga negara Indonesia yang disandera kelompok radikal Abu Sayyaf telah dipindahkan lokasinya pada Jumat (1/7), dari Panamao di Pulau Jolo, ke Pulau Lapac yang berjarak 64 kilometer, ujar Ryamizard.

Hal tersebut dipertegas oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo terus memantau keberadaan sandera. Gatot pun memastikan bahwa keberadaan tujuh sandera masih terdeteksi lokasinya, namun sudah dibagi dalam dua lokasi yang berbeda.

Seperti telah dinformasikan bahwa kelompok penyandera meminta uang tebusan sebesar Rp 61-65 miliar. Namun pemerintah Indonesia tidak mau membayarnya, seperti halnya pada kasus penyanderaan Jilid 1 yang dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf.

Seperti telah diberitakan bahwa penyanderaan tujuh WNI terjadi pada Senin (20/6) di perairan Filipina. Ketujuh orang itu merupakan anak buah kapal (ABK) Tugboat Charles 001 pengangkut batu bara. Proses penyanderaan itu pertama dilakukan terhadap tiga ABK yaitu Kapten Fery Arifin (nakhoda), Muhammad Mahbrur Dahri (KKM) dan Edy Suryono (Masinis II). Dan satu jam kemudian, menyusul penyanderaan terhadap empat ABK lainnya oleh kelompok berbeda, yaitu Ismail (Mualim I), Robin Piter (Juru Mudi), Muhammad Nasir (Masinis III) dan Muhammad Sofyan (Oilman).

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Gelar Gebyar Bazar Ramadhan Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat

Di tempat terpisah, Kivlan Zen menyatakan bahwa kelompok peyandera masih sama. Dan kepentingan kelompok penyandera Anak Buah Kapal TB Charles 001 dan TK Robby 152 adalah kepentingan bisnis semata. Mereka maunya uang, tidak ada kepentingan ideologi.

Sebagai negosiator dalam proses pembebasan sandera Jilid 1, Kivlan dengan tegas mengatakan bahwa pembebasan 10 warga negara Indonesia beberapa waktu lalu yang dia lakukan adalah murni negosiasi. Kivlan memaparkan bahwa pada waktu itu, dirinya langsung bernegosiasi dengan kelompok Abu Sayyaf sejak 27 Maret 2016, atas nama perusahaan dan mendapat bantuan dari pihak lokal di Filipina. Terutama bantuan yang diberikan oleh Gubernur Sulu Abdusakur Tan II yang merupakan keponakan pimpinan Moro National Liberation Front (MNLF) Nur Misuari.(Banyu)

Related Posts

1 of 9