Ekonomi

Menteri Pertanian Tutup Tahun dengan Bagikan 1.5 Juta Bibit Unggul Kakao

Perkebunan Kakao di Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). (FOTO: Dok. Kementan)
Perkebunan Kakao di Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). (FOTO: Dok. Kementan)

NUSANTARANEWS.CO, Kolaka Utara – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melakukan gerakan revitalisasi kakao di Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menjelang pertantian tahun 2018 ke 2019. Kegiatan ini bagian dari upaya Kementerian Pertanian dalam mengembalikan kejayaan komoditas perkebunan Indonesia dengan membagikan bibit unggul gratis kepada petani.

Mentan Amran memberikan bantuan Benih Unggul tanaman kakao sebanyak 1.5 juta batang untuk 1.500 hektare secara langsung kepada kelompok tani Desa Kalahunde, Kecamatan Pakue Tengah, Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Bantuan kakao ini yang terbesar di Sulawesi Tenggara yang totalnya 3,8 juta batang untuk 3.785 hektare.

“Tidak ada cara lain, pertanian Indonesia harus meningkatkan produktivitasnya dengan bibit unggul. Karena itu kita anggarkan 5,5 triliun untuk perkebunan dan horti termasuk kakao, cengkeh, lada, kopi dan lain-lain untuk seluruh Indonesia,” kata Amran kepada petani di Kolaka Utara, dilansir dari keterangan resmi Kementan, Jumat (28/12/2018).

Dalam kesempatan itu, Mentan juga memberikan semangat kepada seribu petani. Amran menyampaikan sejumlah program-program Kementan yang mendukung petani, mulai alokasi anggaran yang berpihak ke petani, hingga penindakan para mafia yang menainkan bibit, benih dan harga.

Baca Juga:  Bangun Tol Kediri-Tulungagung, Inilah Cara Pemerintah Sokong Ekonomi Jawa Timur

“Kami ingin, saudaraku petani terus berproduksi. Meningkatkan produktivitas, dan kualitas. Bila perlu prosesingnya ke depan ditangan para petani, sehingga nilai tambahnya bisa didapatkan. Kesejahteraan petani bisa meningkat,” pinta Amran.

Kolaka Utara merasakan masa keemasan untuk tanaman kakao pada tahun 1997. Bahkan ketika krisis ekonomi melanda, petani kakao sejahtera karena harganya juga terkerek naik. Namun, sejak maraknya hama penyakit tanaman tahun 2000-an, kakao tidak lagi menjadi primadona buat petani. Tanaman juga sudah berumur tua dan tidak produktif lagi.

Data Dinas Pertanian setempat menyebutkan, potensi kakao di Kolaka Utara mencapai 87 ribu hektare, dan 43 ribu harus segera direvitalisasi. Jika berhasil, maka akan bisa mengangkat kehidupan yang 80 persen masyatakatnya tergantung pada perkebunan kakao.

“Bibit Kakao Sambung Pucuk yang kita bagikan ini adalah yang terbaik dan sudah tersertifikasi. Produktivitasnya 3,5 ton per hektare, atau 7 kali lipat dari yang ada saat ini. Usia 10 bulan sudah berbunga dan 18 bulan sudah berbuah,” jelas Amran.

Baca Juga:  Mobilisasi Ekonomi Tinggi, Agung Mulyono: Dukung Pembangunan MRT di Surabaya

“Kita harus hati-hati memilih bibit terutama perkebunan, karena jika salah, kerugiannya bisa hingga 20 tahun,” tambah Amran.

Pewarta: Roby Nirarta
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,164