Khazanah

Menteri Agama Mulai Mengendus Gejala Desepsi Ajaran Agama di Tahun Politik

menteri agama, lukman hakim saifuddin, kementerian agama, desepsi ajaran agama, kekerasan agama, moderasi islam, islam indonesia, ajaran agama, nusantaranews, nusantara news, nusantaranewsco
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin dalam Talkshow bersama Najeela Shihab di Hotel Alana, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (21/1). (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, SentulMenteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan belakangan ini muncul fenomena perang urat saraf yang berujung penistaan, caci maki, bahkan hingga kekerasan fisik yang dibungkus dengan agama. Hal ini dapat mengancam persatuan bangsa dan mendesepsi ajaran agama Islam yang sebenarnya.

Menurutnya, tahun politik yang panas harus disikapi dengan dingin oleh segenap umat beragama di Indoensia agar persatuan Indonesia tetap terjaga.

Demikian disampaikan Menteri Agama dalam Talkshow di Hotel Alana, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (21/1). Talkshow dipandu Najeela Shihab, putri Quraisy Shihab.

Menteri Lukman menuturkan, sebagian elemen masyarakat saat ini terlihat begitu berlebihan dalam mengekspresikan keberagamaanya, sehingga melakukan aksi yang justru bertentangan dengan esensi agama. Agama, kata Menteri Agama, pada prinsipnya menjaga kemuliaan manusia yang sudah termaktub secara eksplisit dalam al-Qur’an. Agama juga tidak mungkin berperan mensegregasi, tetapi menyatukan, merangkul, dan mengayomi semua elemen manusia tanpa terkecuali.

“Maka aksi kontra humanisme, seperti penistaan, caci maki, bahkan kekerasan yang mengusung ajaran agama adalah bentuk kesalahan menyerap ajaran agama,” ujarnya.

Menteri Agama menjelaskan, salah satu pagar yang menjaga keberagamaan di Indonesia adalah pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Agama. Titik utama yang penting diberi fokus perhatian terkait perilaku beragama adalah pendidikan Islam. Saat ini Kementerian Agama menaungi 78.000 madrasah, 28.100 pondok pentren, dan 770 perguruan tinggi Islam. Dari lembaga-lembaga inilah ajaran agama yang murni disampaikan.

Melalui pendidikan, kata dia, seseorang akan memiliki cara pandang yang waras dan memiliki nilai-nilai. Maka para pegiat pendidikan, mulai birokrasi hingga para guru dan tenaga pendidikan di lapangan pada dasarnya adalah orang-orang yang membangun peradaban Indonesia.

“Jangan menganggap peran ini hanya pekerjaan. Bila hanya itu, mesin bisa menggantikannya lebih baik. Tetapi kita pada dasarnya sedang membentuk manusia Indonesia,” terangnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menambahkan, tahun 2019 pihaknya akan meningkatkan kualitas sekolah-sekolah dan kampus Islam hingga sebagian besar berakreditasi minimal B. Sekolah-sekolah itu didisain agar mengambil peran kunci dalam moderasi beragama. Dia berjanji agar aksi keberagamaan yang moderat, toleran, dan humanis dapat terefleksi dalam aktifitas pendidikan islam. Ia mengklaim, kontribusi pendidikan Islam selama ini dalam menjaga artikulasi islam di Indonesia sangat fundamental.

“Kita hidup di negara paling majemuk di dunia, tetapi mampu bertahan sampai sekarang karena memiliki gaya keislaman yang humanis, toleran, dan damai, meskipun masih ada peristiwa sporadis yangg bertentangan dengan itu. Namun secara umum keislaman kita sangat baik,” tambah Amin.

(eda/anm)

Editor: Ani Mariani

Related Posts

1 of 3,153